Mohon tunggu...
Ulil Lala
Ulil Lala Mohon Tunggu... Administrasi - Deus Providebit - dreaming, working, praying

Bukan penulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadhan, Rindu Mercon Bumbung hingga Hikmah Pertobatan

19 April 2021   15:00 Diperbarui: 19 April 2021   15:05 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.hops.id/jadwal-puasa-ramadhan-2021

Suara dentuman meriam bambu itu sering terngiang ditelinga seiring suara keras panggilan untuk sholat tarawih. Ramadhan, ya ramadhan seperti perahu rindu yang membawaku pulang ke masa kecil yang lugu dan penuh petualangan.

Bagi umat muslim sedunia, bulan ramadhan adalah bulan besar, bulan suci yang selalu ditunggu kedatangannya, karena banyak keistimewaan di dalamnya.

Salah satunya ada malam Lailatul Qodhar yang disebut juga malam seribu bulan. Hingga puncak istimewanya pada 1 Syawal saat takbir terus dikumandangkan.

Bagi saya semua itu membawa kerinduan masa kecil dan kampung halaman. Saya memang Katolik, tapi keluarga besar adalah muslim, jadi sudah sangat akrab dengan adat kebiasaan yang menjadi bagian dari hidup saya termasuk  pada bulan ramadhan dan lebaran.

Bagi anak-anak, kegembiraan ramadhan adalah adanya perubahan kebiasaan. Sarapan jadi sahur yang lebih pagi, masih gelap, kadang masih mengantuk. Namun rasa kantuk menghilang tatkala anak-anak mulai disibukankan dengan permainan mercon bumbung.

Mercon bumbung adalah salah satu permainan yang sangat populer saat itu. Mercon yang dibuat dari jenis bambu besar dengan diameter kurang lebih 10 cm dan panjang 1,5 m, merupakan tiruan senjata meriam ala penjajah.

Mercon bumbung disulut dengan api dan didalam bambunya telah diisi minyak tanah, karena panas udara dalam bambu memuai, maka akan mengeluakan suara dentuman seperti meriam. Itulah mengapa mercon bumbung disebut juga sebagai meriam bambu.

Kebetulan kampung saya dilintasi sungai, jadi anak laki-laki dari kampung seberang dan kampung saya saling berlomba main mercon bumbung untuk mengeluarkan suara paling keras. Seru banget pokoknya.

Permainan ini hanya muncul tiap bulan ramadan saja hingga lebaran, usai 1 syawal, selesai sudah. Paling lama dimainkan setelah tarawih, karena ada waktu cukup panjang. Kalau habis sahur hanya sebentar saja, karena anak-anak memilih balik tidur, mengingat mesti masuk sekolah menjelang pukul 07.00 wib. 

Kini sudah hampir sepuluh tahun meninggalkan kampung halaman, saya hanya bisa mengenang semua itu saat ramadhan tiba, apalagi permainan ini hampir tidak ada lagi. Generasi sekarang lebih suka petasan lempar dan kembang api atau justru main game di hp. Yah, memang jamannya sudah berubah, sudah lain pula kebiasaannya.

Selain kenangan mercon bumbung yang sangat ngetren kala itu, ramadhan juga membawa hikmah tersendiri bagi tiap-tiap orang muslim. Salah satunya adalah pertobatan. Insyaf.

"Seumur hidup, dari kecil hingga tua, baru kali inilah aku puasa." Ungkap seorang Bapak yang berusia kira-kira 60an tahun.

Insyaf, siapa yang bisa memaksakan hal yang satu ini pada seorang individu? Insyaf yang sejati datang dari hati bukan permintaan atau paksaan karena keadaan. Paksaan atau permintaan hanya akan mengotori pertobtan, karena adanya keterpaksaan dan niat yang setengah hati saja. Dampaknya muncullah istilah tobat sambal, saat terasa terlampau pedas akan berhenti, tapi setelah pedas hilang akan pengen lagi makan sambal. 

Pertobaatan yang timbul dari hati akan mendorong seseorang jauh lebih setia dalam menekuni hal baik yang mulai dilakukan, karena kesadaran akan takut pada dosa dan bahwa Tuhan melihat segala sesuatu yang kita kerjakan bahkan suara hatipun tak akan luput.

Datangnya pertobatan juga tidak ada yang tahu, esok lusa, tahun depan, saat sakit, saat susah, saat sudah kaya dan entah kapan itu. Itu tidaklah penting, hanya satu hal yang perlu disadari adalah Tuhan selalu membuka pintu tobat sebelum ajal sampai di tenggorokan.

Hal itu juga yang menjadikan bulan ramadhan menjadi bulan yang istimewa, karena Tuhan juga membuka pintu pengampunan seluas-luasnya. Rahmat pengampunan dosa bisa didapat, tentu dengan jalan ibadah dan berbuat baik.

Bapak yang berusia 60an melakukan puasa, kewajiban muslim yang sama sekali belum pernah dilakukannya, saya yakin jika Tuhan tidak campur tangan untuk mengetuk hati terdalamnya, hal seperti ini akan sulit terjadi. Inilah hikmah ramadhan yang aku dengar dari seseorang di pulau seberang.

Selamat menunaikan ibadah puasa untuk saudara, kawan, kerabat dan semuanya saja. Semoga amal ibadah di bulan yang penuh berkah ini, diterima oleh Allah Yang Maha Kuasa. 

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun