Mohon tunggu...
Ulil Lala
Ulil Lala Mohon Tunggu... Administrasi - Deus Providebit - dreaming, working, praying

Bukan penulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketika Hobi Tak Sejalan dengan Waktu dan Uang di Saku

8 Februari 2021   20:13 Diperbarui: 8 Februari 2021   20:35 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengintip dari balik lensa, hobi yang gagal, tapi berhasil dialihkan. | dokpri

"Karena setiap hobi membutuhkan modal 

Dan modal itu tak selalu uang atau barang 

Yang didapatkan dari hasil sumbangan

Atau pemberian, tapi juga waktu

Lebih-lebih bisa dapat uang saku

Itu yang diharapkan selalu."

Membedakan antara hobi dengan sesuatu yang sebatas suka, menurut saya kalau hobi biasanya ditekuni dan menimbulkan gairah tersendiri atau semangat untuk terus berusaha melakukannya. Namun kalau suka biasanya terdorong oleh keinginan sesaat, biasanya akan lekas bisan bila dilakukan secara terus menerus.

Sejak kapan hobi itu muncul? 

Pertanyaan tentang apa sih hobimu? Biasanya sudah ditanyakan sejak sekolah dasar. Karena masih SD, anak-anak cenderung mengatakan apa yang disukainya, itulah hobinya. Tidak salah memang, karena mereka belum begitu memahami apa itu hobi dan masih mencari, juga kecenderungan masih mengikuti jawaban teman dekatnya.

Menginjak pendidikan menengah anak mulai menemukan hal-hak yang mereka anggap menarik dan fokus menekuni bidang tersebut. Bidang musik, menyanyi, menari, mengarang, berpuisi dan lain sebagainya.

Lalu apakah hobi membutuhkan modal?

Modal itu kan tak hanya uang, tapi bisa jadi alat atau spirit untuk melakukan sesuatu dari dalam hati, kesempatan atau waktu yang mendukung dan akan lebih mantep jika ada dana yang mendukung. 

Ada hobi yang tak pernah lekang di tiap waktu dan suasana, tak mandang tempat dan umur. Mendengarkan musik. Ini seperti rutinitas klasik yang dilakukan oleh setiap orang. Saya pikir meski mendengarkan musik modal yang diperlukan tak begitu signifikan. Kalo dulu semasa kecil untuk mendengarkan musik saya harus beli baterai supaya radio bisa bunyi, sekarang harus beli kuota supaya bisa download lagu.

Mendengarkan musik menjadi hobi pertama yang saya kenali, karena dalam keseharian saya tak pernah lepas dari radio. Bahkan saat merantau pun, radio yang pertama kali saya beli dari pada televisi dan saya rasa hobi yang satu ini belum pernah gagal hingga saat ini. Tak terasa 20 tahun saya bisa hidup tanpa televisi, tapi akan sangat menggelisahkan bila sehari tak dengar radio.

Sudah menulis sejak belum kenal internet, meski hanya menuliskan khayalan ala anak ingusan. | dokpri
Sudah menulis sejak belum kenal internet, meski hanya menuliskan khayalan ala anak ingusan. | dokpri
Hobi selanjutnya yang saya geluti adalah menulis. Gabung dengan blog dan ini hobi yang tidak murah. Saat itu saya tidak punya perangkat untuk untuk menulis, kecuali kertas dan pena saja. Jadi saya tulis apapun yang saya inginkan lalu ke warnet untuk posting tulisan tersebut. Tentu butuh modal untuk bayar warnet yang saya dapat dari menyisihkan keuntungan jualan kue.

Kalo hobi menulis ini, saya hanya hanya terkendala waktu, apalagi kalau nulis untuk kompasiana tak bisa hanya sekedar menulis saja. Harus baca juga, karena banyak hal positif yang bisa saya dapat di blog ini.

Hobi selanjutnya yang benar-benar butuh modal adalah kuliner dan masak. Saya seneng banget kalau sudah di dapur. Mencoba resep baru, eksperimen menu yang lagi hit maupun sekedar masak karena butuh makan. Jujur saja, hobi yang satu ini membutuhkan banyak modal uang, tenaga dan waktu. Walaupun hasilnya dimakan sendiri dan dibagi-bagi, akan terasa "tekor" saat yang dimasak gagal total. 

Mencoba masakan dengan bahan dasar yang memang sudah mahal, tenaga untuk menyiapkan, prosesnya dan penyelesaian yang dilakukan sendiri, sangat menyita waktu dan tenaga juga rupiah. Biasanya yang dikurangi waktu istirahat di rumah.  

Lain halnya dengan hobi kuliner. Tak perlu ditanya, hobi yang satu ini jelas-jelas butuh modal dong. Dengan budget terbatas, tapi ingin makan yang mahal karena belum pernah, dengan dalih sekali seumur hidup cukuplah. Biasanya nabung dulu atau menunggu dapat extra lembur baru ada alasan untuk itu. Semenjak ada korona, jangan harap ada lembur, gaji sebulan masih utuh saja sudah sangat bersyukur. Jadi stop kuliner, tak ada modal lagi.

Selanjutnya, sepertinya ini yang terakhir. Hobi motret. Pertama kalau motret hanya dengan kamera pocket yang harganya masih sangat mahal waktu itu. Lalu oleh kawan disarankan beli kamera yang lebih canggih, sebuah kamera prosummer. 

Saat ini hobi motret masih berjalan hanya ganti gedget yang lebih sederhana. Handphone. Hal yang paling saya sukai food photography karena saya juga hobi masak serta kuliner. Selain itu, karena saya juga suka menulis, saya jadikan foto-foto itu sebagai inspirasi, sumber ide untuk menulis dan sebaliknya.

Gagal menjalani hobi

Mengintip dari balik lensa, hobi yang gagal, tapi berhasil dialihkan. | dokpri
Mengintip dari balik lensa, hobi yang gagal, tapi berhasil dialihkan. | dokpri
Sebelum pergi merantau ke luar jawa, saya bergabung dalam komunitas kecil yang berawal dari dunia maya lalu ketemuan dan jadi kompak. Tentunya kami ada kesamaan yaitu motret dan jalan-jalan. Hobi tersebut terhenti begitu saya keluar dari jawa. Selain faktor ketidaktahuan wilayah baru, dan belum nemu kawan yang memiliki kesamaan hobi. Pun kalau ada kemungkinan kecil hobi ini juga tak mudah terlaksana, karena jam kerja dan kesibulan lainnya.

Banyak kendala yang menyebabkan suatu hobi tak terlaksana. Kesibukan yang menyita waktu untuk melakukan hobi itu. Kendala dana. Tak dipungkiri dana sangat berpengaruh untuk beberapa hobi. Keadaan fisik. Habis sakit atau menderita sakit tertentu yang membatasi gerak fisik. Faktor usia tentu juga akan sangat berpengaruh. Kendala yang tak terduga lainnya, misalnya seperti saat ini. Pandemik yang membatasi ruang gerak setiap orang untuk melakukan hobi, khususnya outdoor.

Pengalihan atau ganti hobi

Ada beberapa cara untuk mengisi waktu luang atau mengganti hobi yang tidak bisa lagi dilakukan. Hal paling sederhana adalah membaca. Saya sempat punya kegemaran membaca khususnya baca novel dan mengoleksi novel terbitan Harlequin, Sherlock Holmes, buku resep juga aneka buku bahasa asing. Sekali lagi buku-buku itu harganya sudah tidak murah, jadi terpaksa berhenti.

Mengalihkan hobi mengoleksi novel, saya beralih ke bercocok tanam. Meskipun suka, tapi tak bisa dikatakan sebagai hobi. Hanya sebatas suka bertanam saja dan berusaha dapat panen meski hanya beberapa buah pare, cabe, kembang telang, terong dan daun seledri.

Kalau untukengalihkan hobi motret pemandangan yang harus melakukan perjalanan, saya alihkan menjadi motret makanan atau makro dengan obyek yang ada di halaman rumah saja, kupu, capung, ulat dan lain-lain, pokoknya yang ga perlu jalan jauh dan mengeluarkan modal besar. Kebetulan saya juga pecinta macro photography

Untuk yang hobi outdoor seperti bersepeda, jalan-jalan, mungkin masih bisa meski terbatas. Untuk sementara tetap di rumah dan ganti dengan menulis saja pengalaman selama menjalani hobi outdoor, bagaimana?

Semoga dunia segera kembali pada keadaan normal yang baru. Terlebih perekonomian Indonesia. 

Salam sehat selali Sodara-sodara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun