Menjadikan tempat kerja sebagai "rumah kedua"
Masih mengatasnamakan loyalitas, karena ini yang paling sering saya dengar dari rekan kerja. Adakalanya karyawan diminta kerja lembur baik dengan alasan pekerjaan atau permintaan secara pribadi untuk membantu meringankan pekerjaan karyawan lain di divisi yang berbeda.Â
Saya sendiri juga pernah sampai harus menginap di tempat kerja, karena memang kondisinya sedang dikejar target, karena akan ada visitasi atau audit eksternal.Â
Sah-sah saja, namun yang cenderung terjadi dan pernah saya alami, beberapa justru lebih memilih tinggal lama di tempat kerja tanpa ada aktivitas pekerjaan yang cukup urgen untuk dilakukan.Â
Misalnya saja, karena memiliki ruang kerja sendiri dengan kunci dipegang sendiri, maka karyawan bisa dengan leluasa menggunakan ruangan tersebut untuk kepentingan pribadi, membawa peralatan penunjang kebutuhan pribadi, menjadikan ruang kerja sebagai tempat persinggahan rekan kerja yang lain yang ujung pangkalnya hanya untuk ngobrol.Â
Dari tindakan yang sederhana ini, menjadi sebuah kebiasaan dan pada akhirnya lebih banyak waktu yang dihabiskan di tempat kerja dari pada di luar.Â
Saat itu saya belum mengembangkan hobi saya memasak dan menulis, jadi memang menyenangkan untuk tinggal lama-lama di kantor dari pagi sampai sore, terlebih saya tinggal di kos sendirian. Manfaatkan fasilitas internet untuk nonton film impor atau sekadar numpang mandi dan mencuci baju.
Tidak berani menolak permintaan pimpinan
Rasa takut, mungkin lebih tepatnya tidak enak atau sungkan dan untuk mendapatkan "nilai plus" dimata pimpinan, karena kebiasaan di atas, karyawan tidak berani untuk menolak tidak melakukan kerja lembur yang sebenarnya tidak perlu.Â
Terlebih bila permintaan itu dari teman kerja yang cukup dekat, hanya dengan dalih, "Tolong temani saya ya, saya takut dan ga enak lembur sendirian." Saya mengalami hal ini juga dan saya pikir, betapa banyak waktu yang sudah saya sia-siakan.