Blogger dan Ageisme
Aku melabel diri sebagai blogger sejak tahun 2013, awal aku punya blog pribadi dan tahu bahwa blogger bisa menjadi ladang cuan. Semakin tahun perkembangan sosial media semakin ramai, blogger dipaksa bisa menjadi influencer so bukan hanya sekedar menulis namun harus mampu juga membuat tulisan menjadi media lain seperti platform video maupun sekedar visual grafis.
Tak cukup sampai disitu blogger juga dituntut memiliki jumlah follower minimal untuk bisa mendapat job dari sebuah brand, semula ada dua kategori blogger dan selebgram namun kini brand mencari blogger yang mampu menginfluence followernya, alhasil jangan heran kini blogger juga mampu punya follower puluhan ribu.
Memasuki usia 40 tahun, aku merasa semakin sedikit peluang job menulis yang bisa aku apply, kalau dulu kepentok jumlah follower sosial media kini banyak brand yang memberi syarat usia, dan usia 40an jarang yang meminta. Padahal meski usia 40 aku juga suka melakukan apa yang brand butuhkan, meski usia kepala empat nyatanya aku juga masih punya anak kecil, mengapa dibatasi Ibu usia 35 tahun memiliki anak kecil?Â
Bukan hanya aku, banyak teman blogger yang tidak masuk lagi usianya menyayangkan pembatasan usia, namun ya balik lagi andai aku pihak brand maka jujur saja aku juga akan membatasi usia untuk lebih efektif mencapai target market, begitu aku kerap memaklumi diskriminasi usia ini.
Pengertian Ageisme dalam Industri Influencer
Ageisme adalah pandangan atau perlakuan diskriminatif yang didasarkan pada usia seseorang. Dalam dunia influencer, ageisme merujuk pada praktik membatasi peluang berdasarkan usia, baik dalam menerima tawaran kerjasama, pekerjaan, atau meningkatkan keterlibatan di media sosial. Terlepas dari nilai konten dan dampak yang dihasilkan, beberapa influencer menghadapi hambatan akibat batasan usia yang diterapkan oleh brand atau agensi.
Mengapa Beberapa Brand Menggunakan Batasan Usia
Beberapa brand mungkin menerapkan batasan usia pada influencer atas pertimbangan berikut :
1. Target Audiens Tertentu : Brand mungkin percaya bahwa influencer dalam kelompok usia tertentu lebih mampu menjangkau dan berbicara langsung kepada target audiens mereka.
2. Daya Tarik Visual : Dalam beberapa kasus, brand menginginkan influencer yang memiliki tampilan fisik atau gaya yang sesuai dengan produk atau layanan yang dipromosikan. Jujurly aku setuju sih, karena agak geli emang kalo produk anak muda trus aku ikutan hehe