Dugaanku salah, selama nyaris 2 bulan aku tak diberi tugas apapun, bahkan sekedar mencetak laporan pun tak didelegasikan kepadaku.Â
Beberapa kali aku menawarkan bantuan pun ditolak, dua bulan menunggu perubahan sikapnya menurutku sudah cukup, aku pun mengambil tindakan menemui atasannya atasanku, kebetulan beliau terlibat dalam proses hiringku.Â
Aku menceritakan apa yang aku rasakan, dan meminta beliau membantu mencari tahu. Beliau akhirnya memanggil rekanku, menanyakan apakah yang aku rasakan adalah benar demikian. Untungnya rekanku mengaminkan dan setelahnya aku, rekanku dan atasanku dipanggil oleh direktur. Beliau memfasilitasi dan memberi job desc lebih spesifik sehingga mau nggak mau atasanku akan memberikan tugas kepadaku.
Hasil dari pertemuan tersebut memang mulai mencairkan suasana hati atasanku, perlahan dia mulai melibatkanku sampai akhirnya direktur yang mendamaikan tadi resign dan atasanku berulah kembali.Â
Kebenciannya makin nyata terlihat bukan sekedar rasa tapi siapapun yang melihat akan paham bahwa ada something wrong antara aku dan atasan.
Ketika Aku Menyadari Skenario Quiet Firing
Prinsipku dalam bekerja adalah melakukan job desc dengan maksimal, tak ragu mengerjakan apa saja apalagi selama jam kantor.Â
Setelah direktur tersebut resign, aku kembali merasakan hal tak mengenakkan, namun agak terbantu beberapa saat ketika atasanku mendadak punya konflik dengan rekanku yang lain. Beliau menjadi lebih komunikatif kepadaku.Â
Situasi ini meski nggak mengenakkan bagi rekanku tapi ini adalah kesempatan bagiku untuk menunjukkan skill yang aku punya. Mulailah beliau membanding-bandingkan dan seolah berpihak kepadaku.Â
Rekanku akhirnya mutasi ke departemen lain karena sikap atasan kami yang tak menyenangkan, wah bahagia dia seolah terselamatkan. Kini hanya ada aku dan atasan dalam satu ruangan, sampai tibalah pengganti rekanku tadi, dan drama quiet firing mulai tercium.
Aku percaya selagi kita benar, maka mau bagaimanapun orang menjebak inshaallah susah terkabul.
Rekanku ini menanyakan kepadaku, "Bu maaf ya, kenapa kok keknya bos kita nggak suka sama Ibu?" jawabanku adalah fakta yang menurutku jadi penyebab bahwa atasan merasa dilangkahi ketika saya direkrut tanpa sepengetahuannya.Â