Alhamdulillah sudah lebaran ya sob! Aku ingat betul suasana lebaran di rumah ketika aku kecil, shubuh kami sudah dibangunkan lalu kami makan aneka hidangan khas lebaran setelahnya kami akan berjejer untuk saling bermaafan.
Momen bermaafan akan dimulai Mamak kepada Papa, adegan bermaaf-an ini selalu membuat kami menangis. Mamak dengan sesenggukan memohon maf lalu Papa pun demikian meneteskan air mata meminta maaf kepada Mamak. Kami anak-anak ikutan menangis tanpa tahu apa yang Mamak Papa rasakan. Giliran kami anak-anak menyalam Papa Mamak sambil cecengesan karena biasanya Mamak Papa akan memberi uang sebagai hadiah telah menjalankan ibadah puasa.
Saling bermaafan membuat aku menjadi 'bersih' ada niat untuk tak membuat 'noda' kembali, tapi selalu saja berulang dan saat lebaran kembali menunggu momen saling bermaafan
Lalu era internet tiba, meminta maaf bukan lagi perkara sulit karena tinggal ketik template lalu kirimkan ke banyak kontak, isi balasannyapun sama makanya nggak jarang aku hanya membalas "sama-sama ya"
Kini saat semua orang bisa mengakses aplikasi design secara gratis, maka ucapan maaf dibuat sekeren mungkin dengan latar belakang foto keluarga, semua melakukan hal yang sama dan semua akan jawab "sama-sama ya" maafkan aku juga.
Minta maaf saat lebaran menurutku hanya sebatas tradisi, begitu juga memaafkan rasanya seperti kalimat biasa saja. Bahkan ketika aku mengirimkan pesan ke seseorang yang aku nggak suka isinya adalah permintaan maaf, dan beberapa saat lalu dibalas hanya dengan kata "sama-sama ya". Rasanya aku tak tulus diapun demikian, entahlah apakah pesan maaf itu memang mampu menghapuskan dosa atau hanya menambah prasangka lainnya?
Ketika aku meminta maaf harapannya mendapatkan maaf, ketika aku mengirim pesan maaf dan tak dibalas ya sudahlah yang penting aku sudah minta maaf.
Sosial media juga menjadi shortcut untuk meminta maaf, satu status mampu membuat kami saling bermaafan. Template permintaan maaf itu juga banyak banget, namun apapun templatenya yang harus diperhatikan apakah kita benarn mendapat maaf?
Lebaran adalah saat dimana kata maaf diobral, mengucapkan nya ringan dan menuliskannya juga mudah. Hari ini mungkin aku mengirim ratusan kalimat permintaan maaf hasil copas, baru beberapa detik sudah di reply dengan untaian kalimat permintaan maaf juga yang aku percaya juga hasil copas.
Aku pribadi lebih senang mengirimkan permintaan maaf menggunakan kalimat sendiri daripada menulis macam-macam tapi aku nggak paham maknanya.
Saling bermaafan memang khasnya Idul Fitri, dulu senang berjabat tangan dan kini cukup lambaikan tangan dan saling bermaafan.
Semoga saja obral kata maaf di hari lebaran bukan hanya sekedar kebiasaan, sungguh berat memaafkan andai memang ada yang salah, sungguh mudah meminta maaf dengan berharap dosa dihapuskan.
Lantas seberapa layak kita dimaafkan? Itulah alasan Mamak Papa dulu saling bertangisan, mereka berpikir tak layak mengucap permintaan maaf, namun nggak punya kekuatan untuk langsung minta maaf kepada Allah, karena memang harus saling bermaafan dulu baru Allah ridha.
Jangan sampai makna saling bermaafan hanya sebagai aksesoris lebaran ya, ketika memberi maaf maka berikan maaf dengn ikhlas,demikian juga ketika memohon maaf lakukan dengan ikhlas sehingga kita benar bahwa maaf yang kita ucapkan memang karena kita sadar bukan manusia sempurna.
Saling bermaafan jangan tunggu lebaran, lakukan setiap saat sehingga kita bebas dari beban mendendam.
So sudahkah kalian memaafkan dan menerima permintaan maaf dari ku?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H