Pagi itu kaki melangkah untuk sebuah acara yang selalu mengangkat tema kekayaan alam Indonesia. Yayasan Doktor Sjahrir yang bergerak untuk mengawal pelestarian hutan dan alam kali ini mengajak blogger untuk mengenal Andaliman yang merupakan rempah asli pinggiran Danau Toba dengan Tema "Andaliman Cita Rasa Danau Toba".
Ketika aku memasuki ruangan di sebuah sudut berdiri seorang Pria yang rambutnya mulai beruban, dengan ramahnya menyapa para blogger dan memperkenalkan aneka produk yang ada di meja nya. Dari logatnya jelas aku tahu beliau orang batak dan dengan semangat 45 beliau menjelaskan bahwa semua olahan produknya mengandung Rempah khas batak si "Andaliman".
Buatku pribadi Andaliman ini memang Rempah khas batak yang selalu membuat rindu, dan alhamdulillah nya aku selalu menemukan orang batak yang menjual aneka bumbu batak jadi memang selama ini enggak pernah kehilangan akan Andaliman, tapi sejak lama selalu berpikir kapan sih Andaliman ini ada dalam bentuk bubuk ? Supaya bisa awet dan anytime pengen bisa langsung eksekusi resep masakan.Â
Acara pun dimulai menjelang pukul 10.00 wib, Ibu Amanda Katili membuka sesi dengan menceritakan sebuah event International pada tahun 2018, dimana Andaliman diperkenalkan ke mata dunia, respon positif  jelas terlihat dengan laris manisnya masakan Indonesia yang diracik menggunakan rempah andaliman.
Setelahnya Ibu Amanda memperkenalkan seorang Bapak which is beliau adalah pria yang berdiri tadi namanya Bapak Marandus Sirait, awalnya kami tertawa mendengar celoteh beliau, perjalanan hidupnya yang tampak lucu sampai akhirnya enggak terasa kami terdiam menatap haru "wow..gila men ini Bapak kok hatinya mulia banget" ! Siapa sih Marandus Sirait ini ?
Mengenal Sosok Marandus Sirait
Jujur aku baru pertama kali ini mendengar nama beliau, disela acara aku mencoba mengetikkan namanya di mesin pencari dan what ? Ternyata beliau adalah salah satu warga negara yang mendapatkan penghargaan Kalpataru pada tahun 2005, perlahan suara pria di depanku menceritakan kisahnya sejak lajang sudah terbiasa melihat hamparan luas hutan milik Ayahnya.
Ketika menjelang SMA akhir keluarganya mengalami kesulitan keuangan dan sebuah solusi hadir ditahun 80-an bahwa areal hutan yang dimiliki keluarganya akan dibeli senilai 1 Milyar rupiah, hatinya sempat berbungan membayangkan dia akan bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah yang diidamkannya di kota Medan. Tapi ternyata itu hanya impian karena Ayahnya memutuskan tidak menjualnya. Meski tak bisa menyelesaikan pendidikan formalnya MArandus tetap mengikuti pendidikan informal dengan mengikuti teman-temannya yang kuliah.
Aku belajar tapi bukan sebagai mahasiswa karena aku tak terdaftar, ucapnya dalam talkshow disambut gelak tawa blogger. Lantas hobinya bermain musik mengantarkannya menjadi Guru Musik di Tobasa dan dalam setiap mengajar dia selalu menyampaikan pesan bahwa "Tuhan selalu ingin umatnya menjaga lingkungan".Â
Lambat laun beliau menyadari bahwa apa yang dilakukannya hanya sekedar ucapan belaka, alias tak ada bukti nyata. Untuk mengubah haluan itu dia menjual semua alat musiknya dan memutuskan untuk berhenti menjadi guru musik supaya bisa merealisasikan apa yang diinginkan Tuhan kepada umatnya.
Dengan bekal dana dari menjual alat musik akhirnya Marandus merealisasikan impiannya, membuat sebuah taman konservasi yang diberi nama "Taman Eden 100", kini kalau kalian ke Danau Toba sebut saja "Taman Eden" maka semua orang akan menghubungkan kalian dengan Marandus Sirait. Mengejar impiannya ternyata tak mudah, perjuangan membangun Taman tak murah, dan sebuah quote terkeren yang aku dengar hari itu menyadarkanku bahwa Pria ini memang sudah membuktikan dirinya layak mendapatkan berbagai penghargaan lingkungan.Â
"Lebih berharga menaman sebatang pohon daripada menyimpan sebatang emas di lemari besi"
Saking cintanya pada lingkungan, Marandus memilih tanggal pernikahannya bertepatan dengan Hari Lingkungan Sedunia dan berbeda dengan adat khas Batak maka hari itu pesta pernikahannya dirayakan dengan melakukan aksi tanam pohon. Uniknya setiap tamu boleh menanam pohon tapi berbayar, akhirnya semua tamu undangan menanam pohon dan menorehkan nama mereka di masing-masing pohon, see ? Gila bukan idenya ?
Persoalan datang bahwa menanam pohon itu mudah, merawatnyalah yang susah, sehingga semua penghargaan yang diperolehnya harus dijual untuk mendapatkan dana, tak sedikitpun Marandus menyesalkan semuanya karena pada akhirnya hari ini Taman impiannya sudah hampir terwujud, dan kini Taman Eden 100 menjadi salah satu destinasi wisata di pinggiran Danau Toba.
AndalimanÂ
Salah satu tanaman yang bisa dijumpai di Taman eden adalah kebun Andaliman, Andaliman adalah tanman hutan yang bisa menjaga ekosistem lingkungan. Sebagai tanaman hutan ternyata Andaliman bisa melindungi dirinya dari bahaya dan yes wajar saja ges ternyata dari ujung ke ujung tanaman ini berduri, dan dia enggak bisa hidup ditempat yang bersih maka Andaliman bisa berdampingan dengan semak lainnya dan tak perlu susah payah memerangkap binatang yang merusak Andaliman karena durinya mampu menjaganya. Dalam merawat nya pun tidak dibutuhkan bahan kimia karena itu Andaliman merupakan tanaman yang menjaga keseimbangan ekosistem.
Andaliman dikenal juga sebagai Szechuan Pepper dengan nama latin Zanthoxilum acanthopodium, Andaliman hanya bisa tumbuh di ketinggian 1000 m sampai 1.800 m dpl, merupakan tanaman perdu dan dibudidayakan di kawasan Danau Toba. Andaliman mempunyai buah yang bergerombol menyerupai lada/merica. Kalau digigit Andaliman membuat lidah kaget, pedas, harum lemon dan segar serta memiliki rasa getir diujung lidah. Uniknya rasa andaliman menjadikannya rempah khas yang digunakan untuk acara-acara pesta di tanah batak.
Marandus, Kenalkan Andaliman ke Dunia
Suatu ketika Marandus didatangi team TV swasta, Marandus mengenalkan rempah khas batak dan mereka pun berjalan kaki menuju tempat Andaliman tumbuh, namun sayang saat itu mereka kecewa karena tak menemukan tanaman Andaliman. Hal ini membuat Marandus berpikir bagaimana membudidayakan Andaliman di Taman Eden sehingga kelak semua orang bisa melihat tanaman Andaliman tanpa harus mendaki jauh.
Dari mulut ke mulut akhirnya Andaliman mulai dikenal orang luar Danau Toba, Marandus mengajak petani untuk menanam Andaliman dan benar saja Andaliman banyak peminatnya namun ketika Andaliman panen raya sayangnya tidak bertepatan dengan perayaan apapun, hal ini membuat Marandus berpikir harus bisa mengolah Andaliman sehingga mempunyai nilai jual. Saat itulah Marandus diajak bekerjasama untuk mengenalkan Andaliman kepada Dunia.
Ide bermunculan untuk menghadirkan Andaliman dalam bentuk bubuk kering, makanan ringan, produk kecantikan dan sebagianya. Namun ini bukan pekerjaan mudah karenanya Marandus berharap akan banyak pihak yang membantunya merealisasikan idenya. Selama berada di luar negeri sambutan sangat baik, semua masakan yang menggunakan Andaliman disantap habis.Â
Para blogger juga penasaran dengan Andaliman dans emua mencoba Andaliman dan meski bukan orang Batak semuanya suka, dan ternyata Andaliman bubuk sangat cocok ditambahkan kedalam aneka makanan seperti bakso, kuah sup atau bahkan mie instant. Dalam kesempatan kali ini Pak Marandus juga memberi kami oleh-oleh Sambal Andaliman yang enak banget untuk dijadikan sambal cocol ketika memakan gorengan atau pizza kesukaan kalian.
Pak Marandus juga bilang semua motivasinya itu untuk membangun desanya , satu lagi quote asyik dari beliau adalah
"Tinggalkan rupiah di kota dan bawa pulang dollar ke desamu"
Berkat Andaliman kini Pak Marandus sudah membuat sebuah Band Andaliman dan bakalan da cafe Andalimanta untuk tempat anak muda menikmati segala makanan khas andaliman, ehm penasaran bukan ? Oh iya Pak Marandus juga membawa tanaman asli Andaliman dan meski harpan unuk hidup tipis tapi aku bersemangat untuk merawatnya hehe
So anak muda mana semangatmu membangun negeri  Jangan kalah dengan Marandus Sirait , bahwa untuk mencintai negeri tak butuh titel yang panjang hanya butuh tekad dan kemauan, terima kasih pak Marandus sudah memberikan saya semangat !
Oke guys, next psoting aku akan kenalkan kalian dengan berbagai aneka produk Andaliman dalam bentuk video ya so tungguin saja kelanjutan Andaliman Rempah asli orang Batak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H