Ketika Bahas Pernikahan Ideal , eh anak Pak Ustadz Nikah, Hestek #NikahMuda Menjamur !
Tarik Nafas..
Huffftt...
Draft sudah saya buat, tapi rasanya terpaksa saya ubah haluan. Miris..iya miris.. ketika seorang pesohor di negri ini yang memiliki jutaan ummat lalu menjadi inspirasi bagi teman anak-anaknya yang masih remaja, duh bisa kacau dunia persilatan. Untunglah anak-anakku masih kecil jadi ketika nanti di usia remajanya mungkin kisah ini hanya sebuah sejarah. Yup, tersentak sih ketika poto yang menjadi trend di Instagram mendadak riuh dengan hestek #NikahMuda , banyak kebanggaan disana, ada kesan si anak sudah siap mental, hanya karena bisa mengajak 3 orang untuk pindah agama, Â NO WAY !
Hematnya begini, aku pernah berada di usia 17 tahun, konon katanya perempuan itu lebih dewasa dibanding pria. Bahkan di dunia asuransi selisih nya diilustrasikan terpaut 3 tahun maka artinya ketika seorang perempuan berusia 17 tahun, maka si pria berusia 14 tahun, itu dari sisi psikologis. Dan makanya saat berpacaran dengan teman seusia banyaklah debatnya daripada menikmati "pacaran". Lantas apa dalilnya menikah muda ? Karena takut zinah ? Plis deh stadz ! ketika yang dipikirkan hanya sekedar menghindari zinah maka disitu sudah jelas tampak secara mental dan pemikiran si anak belum dewasa !
Keberadan public pigure bisa menjadi ancaman bagi kesuksesan program pemerintah saat ini  katakanlah BKKBN yang sedang mengadakan roadshow GenRe (Generasi Berencana) ah semoga para remaja kita masih smart untuk mensikapi pernikahan muda, toh si pelaku nikah muda juga mengakui bahwa hal ini bukanlah yang patutu dicontoh, diapun mengakui butuh persiapan matang, mental dan finansial, entahlah!
Tak dipungkiri banyak yang mengidolakan ustadz artis, sehingga keberadaan mereka ini tentunya mempunyai pengaruh, buktinya mendadak hestek #Nikahmuda menjadi trend dan jujur aku merasa aneh ketika beliau bangga anaknya harus menikah diusia 17 tahun, bangga karena anaknya mengikuti sebuah sidang hanya untuk urusan nafsu! Lah alesannya karena nggak mau zinah! Nggak kebayang andai anak-anak sudah berada diusia17 tahun dan lalu mereka datang kehadapan ku "Mi kawinkan aku donk, toh anak pak ustadz aja nikah muda".Â
Simplenya apapun didunia ini kalau dikaitkan dengan Agama maka tamat cerita karena memang bukan untuk dibantahkan. Bahkan Rasulpun sudah memberi suri tauladan dalam menyikapi pernikahan. Andai Allah menginginkan hambaNYA ini beranak pinak dari menikah muda maka yakinlah contohnya ada pada Rasulullah, tapi yang terjadi apa ?Â
Rasul pun menikah di kala usia ideal bagi seorang laki-laki. Ketika beliau sudah melalui segala perjuangan dalam kehidupan, beliau dilatih untuk menjadi sosok yang bertanggung jawab bukan hanya untuk dirinya, keluarganya bahkan untuk ummatnya sampai beliaupun mandiri secara finansial dan mempunyai jiwa kepemimpinan dan semua kaum muslim tahu bahwa Baginda rasulullah menikah diusianya yang ke 25 tahun, ah sudahlah pak ustadz pasti punya alasan dan sang anakpun berani menikah muda pastilah karena situasi sosial dan lingkungan yang mendukungnya wallhu a'lam bi shawaab.
Menikah itu bukan lah hal sederhana, bahkan aku yang sudah menikah di usia kepala tiga saja masih keteter dalam memahami makna pernikahan, di awal menjadi Ibu aku masih saja kaget, tetiba jadi mellow, suami pun yang sudah dianggap siap mental karena sudah tiga puluhan usianya, masih kaku dalam urusan menggendong anak, bahkan kami masih butuh nasehat dari mamak papa, masih terus beradaptasi dan kini fase kami adalah belajar menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kami. Bisa saja secara ekonomi sudah mapan, banyak kok sekarang anak-anak remaja yang jadi milyoner, jadi ini bukan hanya masalah ekonomi, menikah itu memang butuh persiapan yang cukup mapan disegala bidang.
Sepanjang hidup di negeri ini, konotasi menikah muda adalah negatif, hah kawin muda ? Karena hamil ya ? Habis udah nggak sekolah sih . Rasanya begitulah komentar yang kerap dilontarkan. Lantas bagaimana pemerintah kita menyikapi pernikahan ideal ? Apakah ada diatur didalam undang-undang negara? Pasti ada, wong definisi anak saja ada kok diundang-undang no 23 tahun 2002, bahwa seseorang yang usianya dibawah 18 tahun termasuk janin di dalam kandungan disebut anak, artinya ketika ada yang menikah pada usia 17 tahun tentulah kita menyebutnya belum dewasa.Â
Jadi keingat deh usia 17 tahun , usia remaja, usia dimana mencari jati diri, usia dimana organ reproduksi sedang bergejolak, usia dimana nyaris susah membedakan antara larangan dan kebebasan, psikolog bilang usia remaja itu usia galau, usia dimana orang tua menghadapi karakter anak dengan perjuangan, harus hati-hati menyikapinya karena bisa jadi salah arah maka akan menghasilkan generasi yang tak tahu arah.
Menikah itu bukan hanya urusan nafsu, memang alasan takut zinah bisalah kita apresiasi, tapi jangan lupa guys! Banyak cara kok untuk bisa terhindar dari zinah, banyak hal positif yang bisa dilakukan remaja untuk terhindar dari perbuatan seksual dini dan yang pasti yakinlah menikah muda itu bukan untuk semua orang !Â
BKKBN sedang melakukan roadshow untuk mengajak para remaja indonesia melek tentang Usia Nikah Ideal Raih Masa Depan Cemerlang, pada akhir Juli 2016 lalu Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bapak Surya Chandra Surapaty, BKKBN mengajak remaja untuk terlibat aktif dalam kampanye GenRe " Generasi Berencana", saat ini tak dipungkiri banyak remaja yang mencuri perhatian, contohnya belum lama ini kita dikagetkan oleh sosok Awkarin, sosok remaja yang menjadi idola karena sisi kreatif negatifnya, inilah yang harus dibina bagaimana remaja harus bisa memanfaatkan usia produktifnya secara optimal dengan hal yang positif. Menyikapi keberadaan Awkarin pun bisa dilihat dari dua sisi dan tentu harapan kita para remaja bisa mengambil sisi positifnya, jangan kebalikan ya nggak mau kuliah hanya karena nggak bisa nemanin pacar hehehe.Â
So Apa Sih GENERASI BERENCANA (GenRe)
Yang pasti Generasi sehat itu adalah generasi yang berencana, Remaja diharapkan memiliki karakter dan nilai kompetensi , kalian bisa memulainya adari sekarang seperti :
- Mempunyai pola hidup sehat dalam kesehariannya, dimulai dari mengkonsumsi makanan bergizi, hidup teratur dan disiplin. Hal ini tentu membutuhkan peranan keluarga dan lingkungan yang baik pula.
- Menempuh pendidikan setingi-tingginya, selagi muda maka gunakan kesempatan untuk meraih pendidikan terbaik, kalau sudah berkeluarga mungkin bisa saja sambil kuliah tapi tentu sudah tak 100% fokus.
- Mempunyai daya saing di dalam dunia pekerjaan
- Merencanakan pernikahan sebaik mungkin
- Mempunyai peranan sosial di lingkungannya.
Nah kira-kira kalau remaja menikah muda apakah kelima hal diatas bisa berjalan maksimal, no way ! Aku aja masih punya cita-cita sekolah lagi, memang kendala yang paling aku rasakan adalah biaya kalaupun ada apa iya aku bisa egois meninggalkan anak dan suami ? Sama halnya dengan pekerjaan aku selayaknya bisa menuju posisi yang lebih baik, nyatanya aku mengutamakan anak dan suami, sedangkan untuk berperan aktif dilingkungan dekat rumah masih susah karena ada anak kecil, so apa lagi yang bisa membuat menikah muda itu sebuah nilai positif ? Pernikahan dini sudah pasti membuat ruang gerak mu terbatas, bisa jadi pasangan memberi ruang tapi nurani mu sebagai orang tua atau sebagai suami/istri akan membatasi gerak mu, apapun ceritanya masa remaja itu indah bila dilewati sesuai fungsi usia dan penuh dengan rencana.
Aku dulu berpikir akan menikah di usia ideal, ya bagiku 25 tahun adalah ideal, sudah lulus minimal strata 1, sudah bekerja minimal 4 tahun, sudah bisa memberikan sedikit rupiah kepada orang tua, paling tidak ketika 25 tahun aku sudah bisa mandiri dan menjadi seorang istri. Rencana tinggal rencana, Allah yang berkehendak toh sudah direncanakan begitupun tetap saja aku menikah di usia kepala tiga tapi pada akhirnya aku sadari dengan rencana memang jauh lebih baik , kita lebih bertanggung jawab terhadap diri kita dan otomatis membawa pengaruh yang baik di sekitar kita.
Buruknya Pernikahan DiniÂ
- Perempuan biasanya kaget loh, lah aku saja yang sudah 33 tahun langsung kaget hahaha, capek tadinya bisa leyeh-leyeh sambil creambath eh setelah kawin malah nyisir rambut saja susah hehehe. Nah buat yang nggak bisa adaptasi bisa dibayangkan pasti mengalami stres dan kebosanan.
- Biasanya kalau nikah muda nantinya akan merasa tiba-tiba kehilangan masa muda, lah yang suruh kawin siapa? kok nuntut masa muda disaat sudah punya momongan ? akhirnya rumah tangga berantakan
- Usia dibawah 20 tahun sangat labil, bisa-bisa kamu akan merasa tiba-tiba tidak mengenal pasanganmu padahal tadinya menikah atas nama cinta
- Mengurus anak, suami itu nggak gampang, butuh emosi yang matang suapaya bisa menjadi istri sekaligus ibu bagi anak-anak.
- Pernikahan dini banyak berujung perceraian, banyak kesempatan untuk menikah lagi sehingga berefek ke kesehatan reproduksi dan terkena penyakit menular.
- Bagi priapun sama, kebanyakan tidak siap dengan tuntutan kehidupan berumah tangga, merasa terganggu ketika tidak diijinkan kongkow dengan teman, merasa terbebani dengan pekerjaan yang tak mapan dan banyak masalah lainnya.
Kenapa pemerintah memberi batasan usia ideal menikah ?Â
Perempuan dianjurkan menikah ketika berusia diatas 20 tahun (bila dilihat dari ilmu kedokteran secara epidemiologi minimal usia seorang perempuan untuk menikah adalah usia 20-21 tahun pada usia inilah perempuan secara reproduksi sudah dianggap siap untuk memiliki anak) dan pria diatas 25 tahun. Secara undang-undang usia 17 tahun itu masih kategori anak-anak, bisa jadi memang mapan secara materi tapi belum dewasa dalam mengambil keputusan, usia remaja itu labil, usia galau istilahnya.Â
Pemerintah membuat sebuah peraturan karena memang tidak menutup mata ada beberapa budaya yang mengharuskan pernikahan muda, ah saya jadi teringat sebuah serial India Andini, dimana sudah menjadi kebiasaan disana menikah kan anak bahkan masih sangat kecil, boro-boro 17 tahun ini anak usia 7 tahun loh ya, tapi itupun tak lantas melepas mereka menjadi pasangan, anak-anak ini hidup dalam satu rumah, belum tidur layaknya suami istri, dan dari film ini pula diketahui pada akhirnya menuju kedewasaan banyak hal yang mempengaruhi tumbuh kembang mereka bahkan akhirnya mengetahui bahwa dia tak menyukai seseorang yang menjadi istrinya sejak kecil. Apa yang terjadi ? Perceraian? Perempuan menjadi janda dan akhirnya nanti akan menikah pula dengan yang lainnya, gonta ganti pasangan selama masih muda, efeknya? Jelas tak baik bagi keduanya, selain faktor psikis tentu penyakit pun mengancam keduanya.
Beruntung di Indonesia BKKBN menyadari betapa masih banyak remaja yang melakukan pernikahan dini, terutama diperkampungan, hal ini bisa terjadi akibat pendidikan yang rendah, masalah ekonomi, adanya budaya lokal untuk menikah muda, seks bebas yang menyebabkan hamil diluar nikah dan terpaksa dikawinkan atas dasar agama.Â
Dampaknya pun beragam bisa jadi pernikahan dini membuat angka kematian pada ibu dan anak meningkat, adanya KDRT, gangguan kesehatan reproduksi dan masalah sosial lainnya. Dan dengan sosialisasi program GenRe (Generasi Berencana) maka pemerintah berperan didalam membantu menyiapkan rencana bagi remaja untuk siap berumah tangga.Â
Edukasi bagi remaja perlu dilakukan sehingga mereka bisa meningkatkan pemahaman, pengetahuan serta sikap dan perilaku positif remaja sehingga remaja bisa menghindari seks pranikah, mencegah nikah muda, dan menjauhi narkoba, dan remaja bisa membekali diri dengan kecakapan hidup (fisik, mental, spritual, kejujuran dan kemampuan mengambil keputusan dalam masa sulit) inilah yang disebut pembentukan karakter bagi remaja. Sasaran program GenRe adalah remaja usia 10 tahun sampai 24 tahun dan tentunya yang belum menikah, keluarga dan masyarakat peduli remaja.
So guys, dari zaman Soekarno sudah diteriakkan bahwa pemuda itu adalah harapn bangsa, siapa yang memiliki pemuda maka akan menguasai masa depan, semoga tahun 2020 bonus demografi memang mebawa berkah bagi kita, so buat moms and paps yuk jadikan anak-anak kita generasi sehat generasi berencana. So tunda pernikahan dini ya, siapkan masa depan cemerlang dengan rencana.Â
Facebook : https://www.facebook.com/ulihartati.panggabean
Twitter : https://twitter.com/ulihape
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H