Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mimpi Tak Pernah Salah, Jadi Wujudkanlah!

17 Mei 2016   15:22 Diperbarui: 17 Mei 2016   15:35 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau berbicara tentang mimpi, membuat impian wanita adalah ahlinya. Apalagi di saat remaja banyak angan-angan  dan impian di kepala yang ingin dilakukan, bahkan tak jarang ada impian untuk berbuat 'nakal disana' sekedar ingin merasakan bolos pertama di sekolah atau bahkan kabur dari rumah demi sebuah kebebasan.

Aku sendiri suka menulis jadi tak heran bila ketika ingin sesuatu aku akan menuangkan nya dalam sebuah buku diary, terkadang mencurahkan suara hati lewat tulisan merupakan cara terbaik untuk mengendalikan emosi, ketika pena menyentuh titik seketika semua ingin menjadi hilang atau bahkan menjadi sebuah langkah kecil.

Diary bersampul warna hijau berukuran 12 CM x 14 CM bermotif kodok menjadi sahabat setia melewati masa remaja, kala itu usiaku 13 tahun (remaja SMP), diary itu adalah pemberian teman baikku, mereka tahu aku menyukai kodok sehingga hampir semua aksesoris bermotif kodok. Suatu malam entah kenapa di lembar kesekian aku menulis-kan ke-ingin-an ku, dan itu aku tulis menjadi 8 poin memang (andai bisa mencari diary itu dan aku photo mungkin akan lebih meyakinkan bahwa apa yang aku tuliskan selanjutnya adalah nyata), tulisan ini sebagai uraian atas kedelapan mimpi yang aku tuliskan.

Dear Diary,

Aku bukan anak yang baik, tapi tahu nggak ? Aku punya banyak keinginan, nanti ketika aku dewasa aku ingin mamak bangga padaku. Dear Diary, bantu aku untuk mewujudkan impian ku.

1. Mekkah adalah negara pertama yang harus aku kunjungi selain Indonesia

2. Malaysia selanjutnya ya ... (gambar tokoh fido dido senyum)

3. Kuliah di Kedokteran

4. Ke Jerman untuk kuliah gratis

5. Menjadi wanita karir, pergi pagi pulang malam

6. Mempunyai rumah, mobil dan setiap weekend aku di Bogor

7. Menang Undian, terus kasih ke abang, mamak, papa dan adik-adik

8. Ke Masjidil Aqsa membawa mamak, papa, abang , anak dan suami.

Oke Diary, itu saja keinginanku, jangan kasih tahu siapa-siapa yah, nanti aku akan mengajakmu, tapi kalao ke Ka'bah Diary nggak boleh masuk ya..

Salam Manis,

UHape (sketsa mulut senyum dengan lidah keluar)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tahun berjalan, Diary bersampul hijau sudah di dalam kardus, mamak pasti tak membuangnya hanya saja kami yang suka berpindah-pindah selalu direpotkan dengan barang bekas sehingga mamak menumpuknya ke dalam sebuah peti , kupikir diary ku masih berada disana.

Kedelapan keinginan diatas hanya sebatas goresan tangan anak remaja, tak ada analisa di dalam menuangkan mimpi-mimpi itu dan sampailah pada tahun 2006 sebuah keadaan yang membuatku kembali ingin menemukan diary bersampul hijau itu. Tetiba seseorang yang baru ku kenal membuat inginku menjadi nyata, tahun 2006 atas ijin Allah akhirnya aku berhasil ke Mekkah dan memang inilah negara lain yang pertama kalinya ku kunjungi, you know what ? My dream come true ! *1) Bila dilihat dari keuangan sangat mustahil aku bisa mengunjungi Mekkah, mungkin disaat aku menulis diary bersampul hijau aku ditemani malaikat sehingga hal ini terjadi. Impian kedua juga membuat aku merinding, semula pesawat direncanakan terbang langsung ke Zeddah, entah mengapa kami harus mendarat darurat di Malaysia, dari balik kaca jendela pesawat ku tatap bendera negara kedua yang ingin ku kunjungi, meski hanya mencium dan menghirup udaranya tapi ini nyata *2).

10 Tahun Lalu
10 Tahun Lalu
Kuliah di Kedokteran *3), secara akademis aku mungkin bisa meraih nya, akan tetapi keterbatasan ekonomi membuat aku sadar diri, daripada tidak bisa menyelesaikan kuliah maka aku pun mengambil bidang lain yang orang tua yakin bisa membiayai nya. Hobbyku menjaga adik ku selagi masih bayi, keberanianku menyaksikan korban kecelakaan di depan rumah (dulu rumah kami persis di tepi jalan raya besar) membuat aku begitu ingin menjadi seorang Dokter. Tapi disamping keinginan itu ada hati mamak papa yang perlu aku temani, lagian aku memiliki 4 orang adik yang nantinya akan kuliah juga, dream not come true but i am still happy !

Kuliah ke Jerman, sempat mencari informasi untuk kuliah ke Jerman. Motivasinya karena aku mengagumi Habibie, disana beliau adalah warga kehormatan, konon katanya kita bisa kuliah gratis di sana, namun sebuah artikel menyatakan pajak hidup seorang single adalah sangat tinggi, dan entah mengapa aku langsung tak meneruskan nya dan impian ke Jerman saat ini masih menggebu meski hanya sekedar untuk bertandang. Tahun 2009 aku bekerja di Pontianak, ada seorang bule Jerman yang membutuhkan bantuanku untuk sekedar sharing dan menurutku ini hadiah dari Allah bahwa tak harus ke Jerman untuk bisa mencium aroma kebaikannya. Sazkia namanya, sangat baik dan ternyata ada kebiasaan orang indonesia yang sama persis, misal ketika kita mendengar hal-hal tak baik maka kita akan mengetok meja dengan ucapan "ihh amit-amiiit" nah hal itu sama persis ternyata. Pengalaman bersama sazkia aku anggap sebagai wujud nyata dari impianku poin *4).

Nah impian ke lima merupakan kebosananku melihat mamak sebagai full time mother, hari-harinya diisi dengan merawat kami, aku rasa mamak tak mempunyai dunia lain selain kami anak-anaknya. Setelah lulus kuliah aku bekerja di perkebunan, dan jauh dari bayangan wanita karir *5) metropolitan yang ada dalam bayanganku dahulu,pergi kerja dengan mobil merah, berhak tinggi, menggunakan rok mini dan super sibuk. Untuk urusan sibuknya aku dapat banget, untuk urusan pergi pagi pulang malem dapat banget juga. Lah wong aku di site, dunia perkebunan pula, habis sholat shubuh langsung apel pagi, setelahnya balik ke mess sarapan langsung ke kantor, lalu pulang ke barak untuk beristirahat setelah jam 1 malam hahahha, bukan apa-apa siapa yang tahan dengan jangkring yang masuk lewat celah kayu dinding kamar tidurku, karenanya aku tunggu malam sangat larut baru aku kembali ke kamar.

Bahkan impian keenam dalam diary bersampul hijau itupun menjadi nyata, dikala aku menyusun skripsi ada seorang teman yang sangat kaya namun dia urung menyelesaikan kuliahnya, rumahnya yang besar, kendaraan pribadi beserta ART nya dititipkan padaku. Saat aku beres kuliah nyatanya aku masih stay disana, aku bekerja di Jakarta dan setiap weekend aku kembali ke rumahnya hanya sekedar memastikan rumah dalam keadaan bersih, kendaraan di rawat dan ART di gaji. Dalam sebuah sujud aku seperti tersadar "wakwaaaaw" ini kan impianku toh? kerja di Jakarta, setiap weekend ke Bogor, stay dirumah besar, ada mobil dan ART komplit!!! dan aku beristighfar karena rasanya ketika aku menuliskan poin ke-6 aku lupa kasih tanda bintang * semuanya milikku yaa..... Doanya gak komplit jadilah aku menikmati apa yang aku mintakan meski itu hanya titipan seseorang hehehe, terima kasih ya Rab ! *6)

Menang Undian, entah kenapa aku ingin sekali mendapatkan undian, dulu pas aku SD ada namanya porkas, nggak paham juga itu dosa, terlarang atau bagaimana ? Yang aku paham banyak orang mengupahku untuk membelikan deretan angka-angka, nah jadi itulah yang aku maksud menang undian, dari memasang modal sedikit ada harapan mendapatkan ratusan juta rupiah. Trus mau diapain ? Mau aku kasih abangku ! Sisanya bagi-bagi. dan anehnya ketika aku di Nabawi di Raudhah, aku sampai memohonkan hal ini "ya rab ijinkan Hamba menang undian, entah itu dari Bank atau darimana saja" supaya Hamba bisa memberikan abang Hamba uang. Mamak pun geram dengan doaku ini "bukannya minta jodoh malah minta undian" haddeuuhhh... Trus sudah kejadian belum li ? Hehehe si impian ketujuh ini belum menjadi seperti inginku, tapi ya kalao menang lomba di kompasiana sih adalah ya, ngasih juga sih ke abangku, tapiii aku mau yang lebih besar, yang bisa bagi-bagi ke banyak orang hehehe *7)

Nah, perjalanan hidup ku benar-benar sejalan dengan isi mimpi yang tertulis di Diary bersampul hijau. Impian kedelapan ini memang unik, ternyata aku juga baru paham bahwa Palestina merupakan tanah suci juga setelah Mekkah , Madinan ada Palestine, Rasul pun sampai mengatakan sekecil-kecil nya perbuatan mu untuk palestine adalah doa. Dan Entah kenapa aku ingin mengajak mamak papa kesini, bahkan kalao dana berlebih bisa mengajak abangku, anak-anak dan suami. USahanya apa donk ? Doa sudah, SMS Ahok sudah (tapi gak dibalas), mention Pak Jokowi juga sudah (ya kellues beliau sempat baca) dan keinginan kedelapan ini sempat direkam oleh Dokter Kandungan yang membantu persalainan anak pertamaku. Ketika itu aku meminta dibius total hanya untuk 3 jahitan, terlaaaallluuuu kata dokternya. Ya dokter saya kan ingin sekali tahu rasanya pingsan, kapan lagi coba ini mumpung klaimnya di biaya kantor hahahha. Akhirnya dokter mengiyakan dan pengalaman untuk bangkit sadar aku mendengar suaraku seperti memanjatakan doa, "Ya Allah murahkanlah rezeki hamba, supaya hamba bisa membawa mamak ke tanah suci, bawa papa, bawa abang, anak dan suami Hamba" berulang seperti itu. Ketika aku sadar sang dokter tersenyum "ah ibu ini anak yang sayang orang tua ya, pantas saja melahirkannya gampang. Ibu adalah pasien pertama saya yang dengan mudah melahirkan anak" Akupun langsung membantah sang Dokter, ahh saya ini bandal dok. Nah ini bu rekamannya, lalu dia mendengarkan untaian keinginanku untuk mamak papa, ahh aku jadi terharu. Ya udah Bu saya aamiinkan ya supaya bisa kesana. *8)

Hmmm...sampai disini rasanya aku akan berterima kasih kepada Diary bersampul hijau, apa yang kita goreskan malam itu telah terjalani dan harapan itu belum pupus.

Dear Diary,

Dimanakah kau kini ? Aku sudah dewasa dan benar aku tak membawamu ke Ka'bah.

Dear Diary,

Aku masih ingin mengukir sebuah kisah suci, berjiarah ke Palestine tempat dimana semua kisah Nabi ada dan tiada.

Dear Diary,

Mimpi itu tak pernah salah , tak ada batasannya, dan telah menjadi nyata dibeberapa harapan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun