Sesampai dirumah saya masih minum obat pemberian dari dokter di karantina, setelah habis saya minum obat batuk yang di rekomendasikan teman saya, berupa antibiotik dan obat batuk.Â
Tapi gak kunjung sembuh, akhirnya kubeli lagi, obat tersebut, karena kami tinggal di perdesaan dan hanya dekat dengan kota kecil, obat yang di rekom temanku gak ada, dan aku minta di kasih obat yang sejenis dengan obat tersebut, teryata setelah aku minum 3 kali sehari, badanku sakit, lemes dan keringat dingin bercucuran, tetapi aku tersukan sampai dua hari, semakin sakit badanku, dan pikirku kenapa, aku punya penyakit apa lagi ini, kok gak semakin membaik, malah semakin memburuk.Â
Akhirnya aku hentikan obat tersebut. kayaknya aku keracunan obet deh. Dan aku mulai mengkonsumsi obat herbal, tapi pnemounia yang di timbulkan dari virus sars tersebut tidak juga membaik, akhirnya aku berinisiatif tes dahak, untuk melihat kemungkinan apakah ini positif tb, 3 hari hasil ctm baru muncul, hasilnya negatif.Â
Dan akhirnya aku konsultasi dengan dokter puskesmas dan diobati, ini ihtiar terkini yang aku lakukan, harapanku bisa sembuh, kalau gak ada perkembangan aku akan berobat ke dokter penyakit dalam atau paru.
Aku berbagi disini agar semua orang gak meremehkan apa itu covid 19, karena sebagian besar orang dilingkunganku masih menggelar hajatan yang di hadiri 300 orang lebih, tanpa prokes, artinya tanpa cuci tangan pakai sabun atau menggunakan masker, apalagi jaga jarak. Sebagian besar orang belum percaya kalau covid itu benar-benar ada. Mereka terakan hoak di media sosial yang itu konspirasi politik dan lain sebagianya. Justru aku yang menjadi paranoid karena sudah terpapar covid, yang sakitnya tidak hilang sampai sekaran, atau aku terkena long covid. Smoga ada manfaat dan mengsipirasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H