Mohon tunggu...
Ulfi Rizki Utami
Ulfi Rizki Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Sains Al-Qur'an

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Politik Luar Negeri Indonesia Bebas-Aktif dan Penerapannya

13 Januari 2023   14:08 Diperbarui: 13 Januari 2023   16:05 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di dalam hubungan luar negeri atau hubungan internasional setiap negara mempunyai cara atau strategi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Hal itu dikarenakan setiap negara mempunyai karakter yang berbeda-beda pastinya. Strategi atau taktik itulah yang kemudian sering disebut dengan istilah politik. Sedangkan politik luar negeri adalah kebijakan atau sikap negara dalam hubungan dengan negara lain dengan maksud tercapainya kepentingan nasional negara. Kebijakan itu biasanya berupa peraturan-peraturan yang melandasi sikap suatu negara untuk melakukan hubungan dengan negara lain.

Politik luar negeri juga dapat diartikan strategi, cara, atau taktik yang dipakai oleh suatu negara dalam melakukan hubungan dengan negara lain. Namun pada saat Indonesia baru saja merdeka, tepatnya tahun 1945 indonesia dihadapkan oleh kondisi dunia dengan dua kekuatan besar yaitu sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan pakta warsawa yang dipimpin oleh Uni Soviet.

Ini menjadi hal yangsangat membingungkan bagi Indonesia jika harus memilih antara dua blok tersebut. Kemudian pada saat itu muncul pertanyaan ".. tetapi mestikah kita, bangsa Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara kita hanya harus memilih antara Pro-Uni Soviet atau pro Amerika? Apakah tidak ada pendirian lain yang harus kita ambil dalam mengejar cita-cita kita?"

Pada saat sidang Komite Nasional Indonesia Pusat pada tanggal 2 September 1948, Mohamad Hatta berpidato yang berjudul mendayung diantara dua karang. Maksudnya adalah bahwa Indonesia adalah negara baru yang diibaratkan sebagai sampan yang didayung (bergerak aktif). Sedangkan diantaranya ada dua kekuatan besar dunia yang diibaratkan karang. Indonesia berada diantara dua karang tersebut tanpa memihak kekanan maupun kekiri. Sesuai dengan pidato tersebut maka politik luar negeri Indonesia yang pas adalah politik bebas aktif.

Yang dimaksud dengan politik bebas aktif yaitu politik luar negeri yang hakikatnya bukan politik netral. Melainkan politik luar negeri yang secara bebas menentukan sikap dan kebijaksanaannya terhadap permasalahan global dan tidak mengikatkan diri pada salah satu kekuatan dunia manapun, serta berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan konflik, sengketa, dan permasalahan dunia lainnya demi terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Politik Bebas Aktif dapat dikatakan sebagai sikap atau langkah yang dilakukan untuk tidak memihak pihak manapun dan sekuat tenaga untuk mengutamakan perdamaian serta kemerdekaan dunia atas penjajahan. Mengenai politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, Drs. H. Mohamad Hatta dalam bukunya Politik Luar Negeri Republik Indonesia merumuskan politik luar negeri Indonesia sebagai berikut :

-Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara.

-Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar untuk memperbesar kemakmuran rakyat jika barang-barang itu tidak atau belum dapat dihasilkan sendiri.

-Meningkatkan perdamaian nasional karena hanya dengan keadaan damai Indonesia dapat membangun dan memperoleh syarat-syarat yang diperlukan untuk memperbesar kemakmuran rakyat.

-Meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai pelaksana cita-cita yang tersimpan di dalam Pancasila, dasar, dan falsafah negara kita.

Jadi jelas artinya bahwa tujuan bebas aktif ini adalah sikap saling menguntungkan yang ditunjukan Indonesia pada dunia luar. Dahwa dengan perdamaian semua dapat terwujud. Semua bertanggung jawab terhadap negaranya masing-masing dan bergaul secara damai.

Dalam melaksanakan politik bebas aktif, Indonesia memiliki tiga landasan. Diantaranya adalah landasan ideal atau landasan idiil. Landasan dalam melaksanakan politik bebas aktif ini adalah Pancasila. Sebab, nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan pedoman dan pijakan dalam melaksanakan politik luar negeri Indonesia. Mohamad Hatta mengatakan bahwa Pancasila merupakan salah satu faktor objektif yang mempengaruhi Politik Luar Negeri Indonesia karena kedudukan Pancasila sebagai falsafah negara mengikat seluruh bangsa Indonesia.

Landasan yang kedua adalah landasan konstitusional. Landasan konstitusional berkaitan dengan konstitusi negara Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea pertama landasan konstitusional pelaksanaan politik luar negeri Indonesia secara jelas menyatakan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dengan kata lain, politik luar negeri Indonesia menentang segala bentuk penjajahan di dunia.

Yang ketiga adalah landasan operasional. Landasan operasional politik luar negeri bebas aktif diperlukan agar prinsip bebas aktif dapat dioperasionalkan dalam politik luar negeri Indonesia. Oleh karena itu landasan operasional politik luar negeri Indonesia senantiasa berubah sesuai dengan kepentingan nasional.

Beberapa contoh politik bebas aktif yang dilakukan Indonesia terhadap negara lain diantaranya yaitu sebagai penyelenggara konferensi asia afrika pada tahun 1955. Konferensi ini menciptakan sebuah deklarasi Bandung. Selain itu Indonesia menjadi salah satu negara pendiri gerakan non blok pada tahun 1961. 

Munculnya gerakan ini bertujuan untuk meredakan proses dari  ketenggangan yang telah ada diantara wilayah blok timur dan blok barat yang memiliki pemikiran yang berbeda. Indonesia juga aktif dan ikut serta dalam mendirikan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations). Yaitu organisasi politik yang terdiri dari beberapa negara di wilayah Asia tenggara.

Dalam perang Rusia-Ukraina, Indonesia melalui kementerian luar negeri mengecam serangan terhadap Ukraina. Kecaman ini menuai pro kontra bukan hanya di kalangan akademikus tetapi juga kedutaan besar rusia yang menilai Indonesia tidak netral. Lantas atas apa yang dimaksud politik bebas aktif dan bagaimana Indonesia menerapkannya?

Sejak berakhirnya perang dunia kedua, tatanan dunia terpolarisasi oleh dua negara adidaya yang berbeda idealisme. Sesuai dengan amanat UUD 1945 indonesia diharapkan turut andil dalam melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. 

Dan kemudian atas dasar itulah, proklamator Mohammad Hatta menggariskan dasar kebijakan politik luar negeri Indonesia agar bebas dan aktif. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 tahun 1999 pasal 3, politik luar negeri Indonesia menganut prinsip bebas aktif yang diabdikan untuk kepentingan nasional. Namun apakah berarti Indonesia harus senantiasa netral dalam hubungan luar negerinya?

Menurut seorang guru besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, bapak Hikmahanto Juwana mengatakan " tidak harus netral sebetulnya ". "ketika rakyat kita menghendaki pemerintah untuk melakukan tindakan yang keras karena ada negara yang menyerang negara lain. Sepanjang itu memang dikehendaki oleh masyarakat tentu mau tidak mau aspirasi rakyat itu harus dimunculkan" imbuhnya.

Hal ini terlihat dari dukungan Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Presiden Indonesia kerap mengecam agresi Israel terhadap rakyat Palestina dan menganggap Israel melanggar hukum internasional. Adapun dalam konflik Rusia-Ukraina sikap Indonesia yang mengecam serangan Rusia terhadap Ukraina menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Repubik Indonesia menyerukan deeskalasi konflik Rusia dan Ukraina. Plt kepala badan strategi kebijakan luar negeri kemenlu, Teuku Faizasyah mengatakan : " Justru disitulah wujud nyata dari sikap kita yang bebas aktif . Bebas aktif kita menetapkan satu pilihan kebijakan tanpa dipengaruhi oleh pihak ketiga. Prinsip kita adalah telah terjadi serangan dan serangan itu mengancam stabilitas dan keamanan internasional."

Lebih lanjut beliau menambahkan " Kita diamanahkan oleh konstitusi untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia. Dengan demikian apa yang dilihat sebagai satu tindakan yang mengancam stabilitas internasional kita utarakan secara jelas bahwa ini adalah sesuatu yang berpotensi mengancam, tidak hanya di Ukraina saja, tetapi menimbulkan impack yang lebih luas lagi."

Hingga saat ini kementerian luar negeri Republik Indonesia terus menyerukan deeskalasi serta mendorong Rusia dan Ukraina berkomunikasi agar persepsi ancaman yang dihadapi kedua negara tersebut dapat diselesaikan hingga perang dapat berakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun