Mohon tunggu...
Ulfiah Falufi
Ulfiah Falufi Mohon Tunggu... Guru - CGP Angkatan 2 Kab. Malang

Belajar dan berkarya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Budaya Positif mellui Penyusunan Kesepakatan kelas

25 Juli 2021   15:16 Diperbarui: 25 Juli 2021   16:15 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kesepakatan-6-60fd10331525104f2c65ae42.png
kesepakatan-6-60fd10331525104f2c65ae42.png
A. LATAR BELAKANG 

Dalam Filosofi Ki Hajar Dewantara menyampaikan bahwa pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat termasuk masyarakat dunia. Oleh karena itu guru sebagai pendidik hanya dapat menuntun tumbuh dan berkembangnya kekuatan kodrat yang ada pada anak agar dapat memperbaiki perilaku/karakternya.

Sekolah adalah institusi pembentuk karakter murid, menjadi tempat yang aman, nyaman, dan memberikan kesempatan seluas-luasnya pada murid untuk berkembang sesuai kodratnya, serta menumbuhkembangkan karakter murid agar memiliki Profil Pelajar Pancasila.  

Profil Pelajar Pancasila adalah Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.  Membangun karakteristik seseorang bukanlah hal yang mudah, bahkan sangat sulit. Akan tetapi, sebagai pendidik, kita diberikan tugas untuk dapat membentuk calon-calon penerus bangsa yang memiliki karakter sesuai Profil Pelajar Pancasila. Untuk itu sekolah perlu menumbuh kembangkan budaya positif  yaitu  nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab.

Budaya positif di sekolah bisa dimulai dengan budaya  positif di kelas dengan diawali pembuatan Kesepakatan Kelas yang melibatkan murid.  Kesepakatan kelas dengan menggali pendapat/ide kelas yang diimpikan murid dapat menumbuh kembangkan disiplin positif, dimulai dengan pembiasaan dan membuat murid belajar untuk bertanggung jawabkan atas pilihannya sendiri, menghargai pendapat orang lain serta mendorong motivasi intrinsik.

B. Deskripsi aksi nyata

Sebelum melaksanakan kegiatan ini, penulis terlebih dahulu menyampaikan rancangannya kepada Kepala sekolah dan staff.  Kemudian sharing dan diseminasi materi yang sudah diperoleh selama Pendidikan Guru Penggerak kepada warga sekolah.  Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2021 bersamaan rapat dinas dan workshop untuk persiapan pembelajaran pada tahun ajaran baru, disini penulis menyampaikan tentang Budaya Positif dan kesepakatan kelas. Sebetulnya   pada perencanaan sebelumnya pembelajaran bisa dilaksanakan dengan tatap muka terbatas, tetapi karena ada kenaikan penderita Covid maka pembelajaran dilakukan secara daring.  

Dari sharing dan diseminasi ini beberapa teman sejawat menanggapi secara positif antara lain dengan menanyakan bagaimana pelaksanaannya secara daring.  Penulis menyampaikan bahwa teknis menggali pendapat/ide dari siswa bisa dengan google formulir kemudian diskusi dengan g-meet.  Kemudian mereka minta link untuk bisa menggunakan/mengedit g-form yang digunakan.

Kegiatan aksi nyata ini dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2021, saat awal pembelajaran tahun pelajaran 2021/2022.   Dimulai dengan menggali ide murid tentang kelas impian atau kelas ideal mereka dengan mengisi goole-formulir (link: https://forms.gle/q7hGXaAsh6S6U9ps7 ) yang dishare 2 hari sebelum g-meet.  Kemudian penulis mendiskusikan hasil isian mereka dan bagaimana mewujudkan kelas impian tersebut melalui g-meet. Siswa dibimbing untuk merumuskan bersama sehingga terbentuk kesepakatan kelas.  Selanjutnya penulis  menuliskan rumusan tersebut dan di share, setelah semua menyetujui penulis meminta salah satu dari siswa membuat dalam bentuk poster dan dijadikan ikon grup.  Penulis mengajak semua siswa untuk melaksanakan kesepakatan tersebut dan saling mengingatkan jika ada yang melanggar.  Diskusi lewat g-meet ini dan dilanjutkan dengan wa berlangsung kurang lebih selama 4 jam, untuk meetnya sendiri sekitar 1,5 jam.  

Dari meet ini siswa menyampaikan bahwa mereka sudah bosan dengan pembelajaran daring dan menginginkan interaksi yang lebih dengan guru pengajar dan teman-temannya.  Jadi mereka sangat senang ketika diajak meet untuk berdiskusi menyusun kesepakatan kelas, meskipun banyak kendala antara lain sinyal yang tidak stabil tapi masih bisa diatasi.  Pada saat  menggali ide tentang kelas impian,  siswa mendapat kesempatan untuk merumuskan apa yang ingin dicapai dari proses pembelajaran daring ini. Secara tidak langsung siswa ikut merancang proses pembelajaran yang akan mereka lakukan

C. Hasil dari Aksi Nyata yang dilakukan

C. 1 Kendala

  1. Saat meet jaringan/sinyal tidak stabil sehingga suara dan gambar tidak jelas/putus-putus, tetapi bisa diatasi dengan memanfaatkan kolom chat dan dilanjutkan wa

  2. Siswa sulit menyampaikan idenya (karena belum terbiasa), diatasi dengan pertanyaan pancingan

C. 2. Temuan  

  1. siswa merasa bosan/jenuh dengan pembelajaran daring karena merasa lebih sulit memahami materi 

  2. siswa menyukai pembelajaran daring yang bisa menimbulkan interaksi dengan guru dan temannya (misalnya dengan meet atau video call)

  3. siswa tidak menyukai pembelajaran daring yang tidak ada interaksi dengan guru (hanya materi dan tugas saja / tidak ada meet)

  4. siswa lebih suka belajar berkelompok dengan temannya daripada belajar secara mandiri

C.3 Hasil yang diperoleh

  1. Siswa dapat belajar berinisiatif dan menyampaikan ide dan permasalahanya

  2. Siswa dapat belajar mendengar dan menghargai pendapat orang lain

  3. Siswa dapat belajar merencanakan dari awal apa yang harus dilakukan agar proses pembelajaran dapat berhasil 

  4. Tersusunnya kesepakatan kelas yang disetujui bersama

D. Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

  1. Guru sebaiknya menyusun kesepakatan kelas di awal tahun pelajaran , karena bisa membuka komunikasi efektif dan menimbulkan kedekatan yang baik dengan murid mengingat pembelajaran daring kurang bisa berinteraksi dengan murid

  2. Guru bersama murid melakukan refleksi dan evaluasi rutin agar kesepakatan kelas dapat terlaksana

  3. Guru lebih banyak membuat inovasi agar murid tidak merasa bosan/jenuh dalam pembelajaran dan murid lebih mudah dalam memahami materi

E. Penutup

Demikian artikel kami tentang penerapan budaya positif melalui penyusunan kesepakatan kelas, semoga bermanfaat dan memiliki nilai guna pada kita semua khususnya pada pembaca dan penulis pribadi. 

Tentunya kritik dan saran sangat kami tunggu untuk kebaikan kita bersama dalam memajukan pendidikan nasional di Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun