Mohon tunggu...
ulfatul khasanah
ulfatul khasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka melihat konten mukbang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Sibernetik dan Penerapannya dalam Pembelajaran

24 Juni 2024   17:20 Diperbarui: 24 Juni 2024   17:22 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

A. Definisi teori belajar sibernetik

Apa itu belajar? Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Seseorang dikatakan belajar apabila dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. 

Sibernetik berasal dari bahasa Yunani Cybernetic yang berarti pilot (pengendali). Bidang ini menjadi disiplin ilmu komunikasi yang berkaitan dengan mengontrol mesin komputer. Kemudian istilah sibernetik berkembang menjadi sesuatu yang berhubungan dengan internet, kecerdasan buatan dan jaringan komputer.

Jadi, teori belajar sibernetik merupakan teori yang membahas tentang komunikasi atau bisa dikatakan teori belajar ini yang menggali informasi melalui komputer, internet, media sosial, radio, koran dan sumber informasi lainnya. Teori belajar ini sangat bagus diterapkan kepada mahasiswa, akan tetapi tidak terlepas dari pengawasan dosen, dikarenakan setiap teori mempunyai landasan sebagai dasar perumusannya, agar teori ini bisa berjalan dengan baik maka dosen juga harus bisa mengelolanya dengan baik.

B. Tujuan belajar menurut aliran belajar sibernetik

Teori belajar sibernetik adalah teori belajar yang mementingkan proses pembelajaran dan menggunakan teknologi dalam mendapatkan informasi yang cepat dan tepat. Tujuan dari pada teori belajar ini adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima informasi dan mengkreatifkan instruktur di dalam pembelajarannya.

Secara umum pembelajaran berbasis digital memberikan banyak manfaat baik kepada pendidik maupun peserta didik, diantaranya: 1) Menjadi media interaksi antara pendidik dan peserta didik. 2) Memfasilitasi pendidikan untuk menyampaikan materi ajar meskipun tidak dilakukan secara tatap muka. 3) Sebagai media dan alat transfer informasi. 4) Mendorong inovasi pembelajaran. 5) Membuat pekerjaan lebih efektif dan efesien. 

C. Kelebihan dan kekurangan teori belajar sibernetik

Kelebihan teori belajar sibernetik dapat dilihat dari beberapa penjelasan para ahli, yang terdiri atas: (1) Teori ini menekankan suatu proses dalam berpikir, karena pada dasarnya didalam diri seseorang proses belajar harus melewati berbagai tahapan-tahapan tertentu. (2) Informasi yang didapatkan melalui pengalaman belajar akan tersusun sebagai suatu informasi umum, dan peserta didik tidak cepat lupa dalam informasi yang telah diterima, karena peserta didik yang lebih berperan. (3) Hasil akhir dari teori belajar ini adalah adanya perubahan dapat dilihat dari paradigma, attitude maupun secara pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat dikembangkan oleh peserta didik itu sendiri.

Teori belajar sibernetik ini dikritik karena tidak secara langsung membahas proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas, terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini. 

D. Prinsip-prinsip belajar menurut aliran belajar sibernetik

Dalam pembelajaran sibernetik harus ada umpan balik dari peserta didik kepada pendidiknya. Dengan adanya umpan balik tersebut, pendidik akan tahu apakah materi yang disampaikan kepada peserta didik telah dipahami atau belum. Pendidik juga dapat mengetahui kesulitan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan. Selain peserta didik, pendidik juga harus memberikan feedback berupa nilai dari hasil belajar peserta didik tersebut. Selanjutnya menurut Hamdani (2011) "siswa akan mengintropeksi diri dan menentukan tindakan yang akan dilakukan apabila hasil yang diperoleh kurang memuaskan. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya".

Aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya yang dikutip oleh M. Thobroni dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran

b. Menentukan materi pembelajaran

c. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pembelajaran

d. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah algoritmik atau heuristik)

e. Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya

f. Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.

E. Pembelajaran menurut L Nev Landa

Seorang penganut teori sibernetik pasti memiliki pemahaman tentang cara menggunakan sibernetik ini. Landa merupakan seorang psikologi yang beraliran sibernetik, di mana dia menekankan bahwa ada dua macam proses berpikir, yaitu: 1) proses berpikir algoritmik yaitu proses berpikir sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, terarah untuk menuju suatu target tujuan yang dicapai. Contohnya kegiatan menelpon, menjalankan mesin mobil dan lain sebagainya. 2) proses berpikir heuristik yaitu cara berpikir devergen, menuju target tujuan sekaligus. Dalam mengunakan cara berpikir heuristik seperti pemilihan atribut geometri, penemuan cara-cara permasalahan, dan lain-lain. Dari pemahaman Landa disitu kita mengetahui bahwa siebernetik ini berfokus pada tahap berpikir yang sistematis terarah untuk menuju target yang hendak dicapai dengan berbagai macam penemuan yang mendukung.

F. Pembelajaran menurut Pask dan Scott

Pask dan Scott juga termasuk penganut teori sibernetik, menurut mereka ada dua macam cara berpikir, yaitu cara berpikir serialis dan cara berpikir wholist (menyeluruh). Berpikir serialis ini juga memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Namun cara berpikir wholist (menyeluruh) tidak sama dengan heuristik. Perbedaannya yaitu cara berpikir wholist adalah berpikir cenderung melompat kedepan, langsung kegambaran lengkap sebuah sistem informasi. Hal ini bisa diketahui bahwa serialis lebih berfokus dalam mempelajari sesuatu yang cenderung menggunakan cara berpikir algoritmik. Sedangkan wholist lebih mempelajari sesuatu yang cenderung dilakukan dari tahap yang paling umum kemudian bergerak kelebih khusus. Dari berbagai pendapat tokoh pengembangan sibernetik di atas, maka menurut penulis sibernetik ini adalah lebih menekankan kepada sistem informasi. Ciri khasnya yakni memiliki daya ingat yang kuat, mempunyai suatu target yang harus dicapai, lebih mengutamakan proses dalam mengelola informasi, informasi dapat dilihat dari berbagai sumber teknologi atau media digital lainnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun