"Naeva, kamu tidak perlu lagi memperpanjang kos di sini," katanya tanpa basa basi.
Aku berhenti memperhatikan kakiku yang mulai perih. Kedua kaki sudah lolos dari heels dan aku melihat Pak kos dengan penuh tanda tanya. Aku yakin bulu mata anti badai yang direkatkan oleh Desi dengan lem super itu pun tak akan goyah hanya dengan menatap bapak kos.
"Kamu sudah selesai, tidak perlu melanjutkan lagi." Katanya santai. Kemudian masuk ke dalam tanpa permisi.
Aku tidak mengerti dengan sikap unpredictable pak kos. Aku masuk dengan lunglai. Rasa perih di kaki ditambah dengan keram dan rasanya aku tidak mampu berjalan. Aku masuk dan disambut dengan anak-anak kos yang siap ngerujak di bawah tangga.
Bukannya menyambutku dengan ucapan selamat, mereka tercengang melihatku. Ariaty mengiris buah, Nadia mengulek bumbu rujak, Desi sedang mengelap piring. Mereka kehilangan kata-kata.
Nova muncul dengan sendok kecil di tangan, "Kak Va diusir, ya?"
Air mataku langsung luruh tanpa permisi. Aku capek dan komentar ini seperti garam yang ditabur di atas luka. Aku naik ke atas tanpa berkata apa-apa. Aku masih bisa mendengar suara Nadia terdengar menasehati Nova.
"Jangan begitu, Nov. Kak Naeva pasti sangat shock dengan sikap bapak kos. Kenapa kamu malah bertanya begitu?"
Aku masuk ke kamar. Kurebahkan diri di atas kasur. Aku menangis. Lucunya bulu mataku tak lantas terlepas.
-o0o-
"Kak Naeva! Kak Naeva!" kudengar seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku terbangun dan melirik jam weker di atas lemari pakaian. Jarum jam menunjuk angka sembilan.