CeCerita ini merupakan sekuel dari 'Aku dan Cerita Dari Kamar ke Kamar' yang dipublikasikan di www.oliverial.com
Cerita ini merupakan sekuel dari 'Aku dan Cerita Dari Kamar ke Kamar' yang dipublikasikan di www.oliverial.com
-o0o-
Aku bangun saat azan Subuh berkumandang. Sudah menjadi kebiasaan memang terbangun ketika azan Subuh. Azan menjadi alarm bertahun-tahun lamanya. Jauh sebelum tinggal di indekos.
Aku lupa jam berapa tertidur setelah mendengar penghuni kos lain duduk di teras. Tentu saja satu-satunya yang menjelaskan aku tidak cukup tidur adalah rasa kantuk yang menggelayut di mata. Akan tetapi aku tidak bisa mengikuti hasrat ingin bobok yang menggoda. Selain menjadi kebiasaan nantinya, aku tidak mau terlambat menghadiri yudisium.
Sesuai janji dengan Desi, kami akan memulai eksekusi wajahku setelah Subuh. Segera mandi dan mendirikan shalat Subuh.
"Kak Naeva, sudah siap?" suara Desi terdengar di luar tepat saat aku menyelesaikan shalat.
Kulipat mukena cepat-cepat sambil menjawab, "sudah. Sebentar ya, Des."
Kuambil baju kebaya putih dari bahan renda dengan sulaman emas. Furingnya dari bahan rosella berwarna putih. Sedangkan kerudungnya sudah ditetapkan harus berwarna putih.
Aku masuk ke kamar Desi takut-takut. Ini heavy make up pertamaku. Pertama kali dalam hidup aku didandani dan bersentuhan dengan benda selain bedak tabur, pelembab, dan lipgloss di area wajah. Entah bagaimana hasilnya, aku sangat ketakutan.
Semua alat make up milik Desi. Sesekali dia memang menerima jasa make over untuk wisuda, karnaval, dan tim tari di pesta perkawinan. Harusnya kemampuannya tidak perlu diragukan lagi. Aku meragukan diriku sendiri.