Mohon tunggu...
Muhammad Ilham Akbar Rukmana
Muhammad Ilham Akbar Rukmana Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Konten

Cinephile

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Vaksin Itu Mungkin Bernama Pagebluk

3 April 2023   22:20 Diperbarui: 5 April 2023   13:16 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

montase.org
montase.org

Tahun rilis: 2023 | Studio: Montase Productions | Sutradara: Himawan Pratista| Produser: Himawan Pratista| Penulis Naskah: Himawan Pratista | Pemain: Hadi Manuto  Teky Nugroho  Gunadi | Music: G. Yogaswara| Sinematografi: Anton Rah Utomo | Durasi: 71 menit | Bujet: 35-50 juta | Box office: -

"Saiki ng omah wae.. ojo metu-metu"

"Man's measure is dwarfed by the vastness of nature." Kalimat sebelumnya saya nukil dari dialog dalam film Dersu Uzala (1975), karya salah satu sutradara paling berpengaruh di muka bumi asal Jepang, Akira Kurosawa. 

Kalau anda ingin menerjemahkan secara harfiah menggunakan Google Terjemahan, maka artinya adalah ukuran manusia dikerdilkan oleh luasnya alam. Atau jika ingin dibuat terjemahan dengan versi yang lebih retoris, sebesar apapun kehebatan manusia, pada akhirnya, tidak ada seujung kuku pun bila bandingannya adalah alam. 

Pernyataan sebelumnya terbilang sangat kontemplatif dan penuh rindu terhadap kefitrahan kita. Mengingat manusia hari ini hidup di tengah hiruk pikuk zaman yang terus berlari menjauh dengan segala temuannya. Dan sebagai penonton terhadap medium film yang berhakikat multi-tafsir, saya menangkap pesan itu disampaikan ketika menonton Pagebluk (2023). Sebuah debut film panjang berdurasi 80 menit. Film persembahan Montase Production ini bisa disaksikan di Genflix. Untuk film tersebut, inilah sebuah ulasan.


Membayangkan Akira Kurosawa bekerja

Pagebluk adalah sanjungan gamblang terhadap Akira Kurosawa secara bertanggung jawab. Himawan Pratista kepada Akira Kurosawa, seperti seorang anak kecil mengidolakan tokoh pahlawan. Lalu dengan penuh keliaran, mungkin berkata pada dirinya sendiri, "apa jadinya kalau Akira Kurosawa sempat membuat film horor?" dan lalu segera direvisinya, "apa jadinya kalau saya, menjadi Akira Kurosawa, lalu membuat film horor?"

Alkisah, di salah satu sudut lereng gunung Merbabu, terjadi sebuah kejadian yang janggal menimpa sebuah desa. Kematian merenggut korban jiwa begitu banyak dalam hitungan waktu yang singkat. Mereka yang mati disebabkan oleh sebuah wabah, namun tak ada yang tahu apa nama pun jenis penyakit ini. Semuanya terjadi begitu misterius. Hingga seorang sesepuh dari entah bernama Mbah Surip mencium keadaan ini. Dengan kolaborasi bersama Pak Bayan, si kepala desa terdampak wabah, mereka mencoba memecahkan dan mengatasi malapetaka ini.

Baik di dalam layar maupun di luar layar, Pagebluk mencoba menjabarkan hubungannya dengan alam raya. Dan ini juga umum kita lihat dalam setiap film Akira Kurosawa. Hujan, salju, angin, dan kabut menjadi elemen tak terpisahkan bahkan nyaris dalam setiap shot-nya. Di dalam layar, Pagebluk menjalin hubungan mesra dengan kabut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun