Mohon tunggu...
Ulan Nurhayati
Ulan Nurhayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa yang aktif dan berprestasi di kampus, dengan minat khusus dalam dunia penulisan. Hobi saya menari dan membaca buku fiksi. Saya juga memiliki ketertarikan dalam hal administratif dan menikmati tugas-tugas yang melibatkan kedisiplinan. Orang-orang sering menggambarkan saya sebagai wanita yang perfeksionis, mandiri, pintar, dan memiliki sikap positif yang ceria. Saya mendasarkan nilai hidup pada kejujuran dan kedisiplinan.

Selanjutnya

Tutup

Book

Menapak Ketinggian dan Impian: Eksplorasi Perjalanan dalam Negeri 5 Menara

24 Januari 2024   04:00 Diperbarui: 24 Januari 2024   04:04 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama pengarang: Ahmad Fuadi

Judul buku: Negeri 5 Menara

Penerbit Novel: Gramedia Pustaka Utama

Tebal buku: 440 halaman

Tahun terbit: 2009 (cetakan pertama)

Link buku: Klik disini

"Negeri 5 Menara" merupakan buku pertama dari sebuah trilogi karya yang ditulis oleh Ahmad Fuadi. Buku ini menceritakan tentang kisah inspiratif dari perjalanan tokoh utama, yaitu Alif dalam menempuh Pendidikan di pondok pesantren. Seumur hidupnya Alif tidak pernah menginjak tanah di luar ranang Minangkabau. Namun, tiba-tiba dia harus pergi dan melintasi punggung Sumatera untuk memenuhi permintaan ibunya belajar di pondok pesantren di Jawa Timur.

Dihari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada (siapa yang bersunggung-sungguh pasti dia akan mendapatkannya). Mantera yang digaungkan dikelas pertamanya oleh Ustadz yang mengajar. Alif tidak pergi sendirian dalam perjalanannya. Ia ditemani oleh teman-temannya yang dipersatukan oleh hukuman jewer berantai. Alif berteman dengan Raja Lubis pemuda asal Medan, Said Jufri pemuda dari Surabaya, Dulmajid yang berasal dari Sumenep, Atang merupakan pemuda asal Bandung dan Baso Salahudding yang berasal dari Gowa. 

Mereka berlima datang ke pesantren dengan tujuan dan impian yang berbeda-beda, tetapi di bawah bimbingan dan bantuan pemimpin pesantren, Kyai Rais, mereka belajar banyak tentang kehidupan, agama, persahabatan, dan tekad. Mereka berenam selalu berkumpul dan berdiskusi tentang apapun di bawah menara masjid pondok pesantren saat waktu luang. Hal itu membuat mereka berenam dijuluki sahibul menara. Sejak tahun pertama, mereka bercita-cita pergi merantau ke negara-negara yang memiliki bangunan dan menara yang terkenal di dunia saat dewasa kelak.

Enam bersahabat ini menjalani kehidupan pesantren dengan berbagai tantangan. Mulai dari tunduk pada peraturan asrama yang ketat, bermain kucing-kucingan dengan senior yang selalu siap menghukum setiap ada pelanggaran yang dibuat, hingga akhirnya mereka berhasil beradaptasi dengan kehidupan asrama dan tantang akademik di pondok. Mereka ikut berbagai perlombaan dan berkompetisi untuk memenangkan setiap perlombaan agar mereka tetap bisa eksis di lingkungan pesantren. Keberuntungan mereka terletak pada bimbingan ustad-ustad yang baik dan dibawah kepemimpinan Kyai Rais. Selain itu, metode pengajaran para ustadz di pondok pesantren mereka kadang berbeda dengan sekolah menengah atas pada umumnya. Hal itu membuat pembelajaran menjadi makin menarik dan menyenangkan. 

Sangat disayangkan, pada tahun berikutnya mereka harus kehilangan salah satu sahabat mereka, yaitu Baso. Baso memutuskan untuk keluar dari pondok karena adanya permasalahan ekonomi keluarga. Hal ini membuat Alif dan teman-temannya merasakan kesedihan karena harus berpisah dari sahabat mereka Baso. Namun, hal tersebut tidak membuat para sahibul menara menyerah akan impian dan tujuannya. Dibawah bayang-bayang menara Pondok Madani, mereka bersumpah dan bertekad untuk meraih kesuksesan, menjadi orang besar yang dapat memberikan manfaat bagi banyak orang sekitar. 

Perjalanan mereka dalam menempuh pendidikan ditanah rantau yang jauh dari kampung halaman bukanlah hal yang mudah dilewati. Mereka harus mengatasi rasa lelah, kelaparan, dan ketakutan. Namun, mereka tidak pernah kehilangan tekad mereka untuk mencapai tujuan dan impian mereka. Ketika mereka tiba di pesantren, mereka harus beradaptasi dengan lingkungan yang sangat berbeda dari yang biasa mereka alami. Mereka harus mengikuti disiplin ketat pesantren dan menjalani rutinitas harian yang ketat. Ini tidak selalu mudah bagi mereka, dan mereka harus berjuang keras untuk tetap berpegang pada nilai-nilai agama dan moral yang mereka yakini. 

Selama berada di pesantren, sahibul menara memetik banyak pembelajaran tentang kehidupan, persahabatan, dan ketahanan. Mereka belajar tentang pentingnya bekerja keras dan tekun dalam mengejar impian mereka. Selama di pondok mereka merasakan susahnya mendapatkan nilai bagus dengan tantangan menggunakan bahasa arab dan bahasa inggris dalam menjalani kehidupan sehari-hari di pondok.

Mereka juga belajar tentang pentingnya menjaga nilai-nilai kejujuran dan integritas dalam hidup mereka. Selain tantangan akademik, mereka juga menghadapi perbedaan budaya, bahasa, dan karakter yang menguji persahabatan mereka dalam kehidupan pesantren. Ini menguji persahabatan mereka, tetapi pada akhirnya, mereka tetap bersama dan mendukung satu sama lain.

Novel ini juga menggambarkan bagaimana pendidikan agama dapat memiliki dampak positif dalam kehidupan seseorang. Para sahibul menara memiliki negara dan benua impian masing-masing. Ke mana impian membawa mereka? Mereka tidak ada yang tahu. Namun yang mereka tahu adalah jangan pernag meremehkan impian, walau setinggi apapun itu. Alif dan teman-temannya harus menghadapi berbagai rintangan dan tantangan di sepanjang perjalanan mereka mengejar impian-impian mereka. Mereka harus bekerja keras dan tidak pernah menyerah. Mereka percaya bahwa Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Amanah yang saya dapatkan dari buku ini adalah jangan pernah ragu dalam menggapai impian, yakinlah dan teruslah bersungguh-sungguh dalam mengejar dan meraihnya walaupun impian itu terlihat sangat tinggi dan jauh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun