Mohon tunggu...
Ulan Hernawan
Ulan Hernawan Mohon Tunggu... Guru - I'm a teacher, a softball player..

Mari berbagi ilmu. Ayo, menginspirasi!

Selanjutnya

Tutup

E-Sport Artikel Utama

Game PUBG, Layakkah Diharamkan?

25 Maret 2019   22:40 Diperbarui: 26 Maret 2019   16:02 2893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[Foto : foxsportsasia.com]

Akhir-akhir ini media Indonesia sedang hangat membicarakan tentang fatwa MUI terhadap game PUBG (Player Unknowsn's Battle Grounds) besutan perusahaan pengembang game, Tencent Games. Pasalnya, setelah peristiwa penembakan massal di Selandia Baru, di mana pelaku penembakan menyinggung sebuah game ternama Fortnite (sebuah game tembak-tembakan berbasis online dan bergenre battle royale), ternyata membawa dampak yang cukup menghebohkan para pemain game di Indonesia.

Perlu diketahui, model game battle royale adalah di mana pemain secara real time (waktu sekarang/nyata) berkumpul baik secara solo, duo, atau squad bertarung memperebutkan posisi pertama.

Masing-masing pemain (baik secara mandiri atau berkelompok) akan bertahan dan mengeliminasi pemain lain, sampai tersisa hanya satu orang / kelompok di akhir permainan. 

Seperti PUBG dan Fortnite jumlah pemain yang bertarung adalah 100 pemain dalam 1 permainan battle royale. Intinya, yang hidup paling akhir adalah yang menang.

PUBG dan Fortnite saat ini memang menjadi game online bergenre battle royale yang sedang populer di dunia. Game PUBG sendiri yang rilis pada tahun 2017, berhasil memikat banyak kalangan untuk download dan bermain. Pemain lintas platform PUBG sendiri sudah mencapai 400 juta orang. 

Sedangkan unduhan di ponsel untuk PUBG mobile sendiri sudah mencapai 300 juta kali. Bahkan, penjualan game ini mencapai 50 juta kopi per Juni 2018.

PUBG dapat dimainkan di Windows, Playstation 4, Xbox, dan di smartphone dengan kualifikasi tertentu dan dapat didownload di Playstore.

Di pasar Indonesia, PUBG mobile saat jni masih mendominasi game tembak-tembakan yang paling laris baik dari kalangan anak-anak, remaja bahkan dewasa. Bahkan presentase pemain wanita pun cukup banyak peminatnya. Artinya game ini disukai oleh semua jenis kelamin. 

Sedangkan popularitas game Fortnite, di Indonesia belum terlalu populer. Karena pengembang game ini, Epic Games, tidak mengeluarkan versi mobile yang bisa didownload di smartphone atau playstore seperti PUBG mobile.

Bagaimanakah permainan PUBG?
Sebagai salah satu pemain PUBG, saya akan mencoba menjelaskan bagaimana permainan ini sesuai pengalaman dan pandangan saya.

Saya akan mencoba menjelaskan secara garis besar dan melihat dari dua sisi, yaitu sisi positif dan sisi negatif dari game ini. Karena akan tidak adil bagi pembaca apabila saya menjelaskan hanya sisi positif (karena saya termasuk penyuka permainan ini). 

Juga sebagai catatan, bahwa game ini tidak berdampak buruk atau berpengaruh secara buruk bagi saya (misal, kecenderungan melakukan tindak kekerasan setelah bermain game, atau terinspirasi melakukan kejahatan bersenjata).

Di awal permainan, game ini mengharuskan pemain membuat ID atau akun dirinya. Membuat karakter pemain sesuai yang diinginkannya. Seperti kebanyakan game online lainnya.

Setelah itu, baru pemain dapat bertarung baik secara individu, atau berkelompok dengan teman, atau berkelompok dengan pemain lain bukan teman. 

Artinya, pemain akan bertemu pemain lainnya dalam satu game. Setiap gamenya, 100 orang pemain akan bertemu dalam satu tempat.

Oh ya, yang paling menarik adalah setiap player dapat mengubah dandanan karakter mereka sesuai keinginan. Dari baju, celana, topi, masker, senjata, bahkan parasut pun dapat dirubah.

Ketika 100 pemain berkumpul, mereka akan diterjunkan ke sebuah map , sebagai lokasi pertarungan. Masing-masing orang akan terjun sesuai keinginan mereka.

Setelah terjun, para player akan berusaha bertahan dengan strategi masing-masing dan dengan kemampuan masing-masing untuk bertahan hidup.

Mencari senjata, menembak pemain lain (yang merupakan musuh), dan mencapai zona aman yang telah ditentukan oleh sistem. Akan ada waktu tertentu, di nmana zona aman akan berpindah, dan para pemain akan dipaksa bertemu dalam satu tempat untuk berperang dan menyisakan satu orang, atau kelompok. 

Di dalam permainan, akan ada banyak senjata untuk berperang, sampai aksesoris lain seperti obat-obatan dan kendaraan untuk transportasi.

Yang menarik adalah, apabila bermain secara squad atau berkelompok (duo atau kuartet/4 orang) player mau tidak mau harus menjalin komunikasi dengan teman satu tim nya.

Hal tersebut perlu untuk mengatur strategi berperang yang diinginkan tim. Di sinilah terjalin komunikasi dan silaturahmi antar pemain yang meskipun berbeda daerah, berbeda suku, agama, bahkan negara. Karena game ini menyediakan voice chat yang dapat diaktifkan oleh semua player.

Memang di dalam permainan ini, karena genre nya adalah battle royale, dan tipe tembak-tembakan, maka sudah sewajarnya ada yang dibunuh dan membunuh.

Namun, bukan berati kekerasan yang ada di dalam game ini seheboh yang diberitakan. Yang dibunuh hanya karakter pemain.

Dan sebagai pemain game ketika karakter mereka terbunuh, adalah hal yang biasa. Bahkan seringkali adegan-adegan lucu dari pemain muncul di permainan ini (lihat Youtube).

Di dalam permainan ini pun banyak event dan tantangan khusus yang dapat dimainkan oleh pemain. Dan itupun terserah pemain untuk menyelesaikan misi atau tidak.

Permainan ini memiliki beberapa server di dalamnya. Pemain Indonesia seringkali bermain di server Asia. Server lain adalah Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, KRJP. 

Nah, pada saat 100 orang berkumpul, ketika bermain di server Asia, kita tidak hanya bertemu orang Indonesia saja. Pengalaman saya bertemu dengan orang Malaysia, China, India, Singapura, Thailand, dll. Disinilah silaturahmi budaya, bahasa dan pertemanan terjalin. 

Bukankah hal yang bagus, ketika bermain game, bertemu dengan orang-orang dari negara lain, saling membantu mengatur strategi, bermain bersama dan menikmati permainan. Bukankah dari permainan ini sedikit banyak suatu saat akan mampu mendatangkan devisa negara?

Sisi lain bermain PUBG
Memang game PUBG adalah game yang berbasis kekerasan. Artinya, untuk mencapai kemenangan, harus membunuh karakter player lain.

Namun, bukankah hampir semua game berbasis perang menggunakan senjata begitu? Entah membunuh karakter player lain, atau membunuh karakter monster. 

Intinya adalah adanya kegiatan kekerasan seperti menembak, menghunus pedang, melepaskan anak panah, mengeluarkan magic untuk menghancurkan musuh seperti dalam game-game lainnya.

Entah apakah sudah ada penelitian dan kajian secara mendalam apakah game akan mempengaruhi pola pikir seseorang untuk berbuat kekerasan dan tindak kriminal dalam dunia nyata. 

Berdasarkan PM Kominfo No 11 Tahun 2016, tentang Klasifikasi Permainan Interaktif Elektronik, game PUBG ini termasuk golongan game untuk 18+, atau 18 tahun keatas. Namun, di lapangan, anak SD pun yang telah memiliki akun, dapat bermain secara bebas.

Apakah regulasi di Indonesia yang masih kurang ketat, atau perlu adanya pengawasan dari berbagai pihak, edukasi ke orang tua yang paling dekat, misalnya?

Bermain PUBG, menurut saya seperti ketika kita bermain game lainnya. Kecenderungan untuk adiktif atau mempengaruhi pola pikir adalah masalah pribadi dan kedewasaan cara berpikir masing-masing orang. Untuk anak remaja dan dibawah umur, memang perlu pengawasan.

Namun, perlu diingat, game adalah salah satu hiburan masyarakat luas (manusia) yang merupakan hak asasi pribadi yang diperlukan. 

Apabila dengan bermain game, orang cenderung melepaskan stres, penat, membuat relaksasi pikiran menjadi terhibur dan senang (dengan porsi yang wajar). Maka, tidak ada urgensinya untuk melarang seseorang bermain game dengan wajar.

Apakah PUBG layak haram?
Wacana ini muncul setelah adanya kasus penembakan di dua masjid di Selandia Baru. Kemudian MUI pun mulai membahas apakah game ini layak untuk dikaji atau tidak. Di media pun banyak yang kontra dan ada pula yang pro agar wacana ini dikaji sampai tahap kementrian dan DPRD.

Pertanyaan yang mendasar adalah, apakah benar-benar perlu, kajian bahwa sebuah game (PUBG) layak haram? Kenapa harus PUBG ? Bukankah game Fortnite yang disinggung oleh penembak massal di Selandia Baru?

Menurut hemat saya, ada sedikit benarnya ketika MUI mengeluarkan wacana tersebut. Pada awalnya, saya skeptis terhadap wacana haram PUBG. Namun, ada sisi lain yang perlu kita lihat ketika wacana itu muncul. 

Yang pertama adalah adanya kejadian di Selandia Baru yang membuat luka seluruh umat muslim di dunia. Banyak pihak yang kemudian antisipatif agar kejadian itu tidak terjadi di negaranya masing-masing. 

Meskipun si penembak massal tersebut memiliki kecenderungan rasisme dan teori "The Great Replacement"-nya yang ia nyatakan sebagai manifestonya dalam penembakan itu, namun ia sempat menyinggung sebuah game yang ia katakan sebagai ajang latihan menembak (Fortnite). 

Hal ini kemudian yang disoroti MUI Jabar sebagai salah satu bahan untuk tindakan antisipasi. Mengingat Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Maka tekanan dari berbagai pihak agar MUI paling tidak memberikan tindakan yang nyata untuk umatnya di Indonesia.

Kemungkinan besar adalah mengantisipasi masyarakat muslim agar menjauhi hal-hal yang dilarang agama, salah satunya adalah kekerasan.

Dari sisi agama, tindakan kekerasan adalah hal yang dilarang oleh Tuhan. Dalam bentuk apapun, dalam hal ini, game. Juga antisipasi, bibit-bibit terorisme yang menggunakan game sebagai ajang latihan berperang. Antisipatif tersebut wajar dilakukan. Namun, sekali lagi diperlukan kajian mendalam.

Karena ketika membicarakan game, tidak bisa hanya dikaitkan dengan agama. Perlu dipertimbangkan kemajuan teknologi, pengetahuan, sisi-sisi positif game tersebut. Karena game bersifat universal. 

Semua yang bermain game tidak memandang agama, suku, golongan, ras. Artinya game adalah hiburan yang dimainkan semua orang secara sadar.

Banyak pertanyaan yang harus dijawab apabila game PUBG ternyata diblokir karena layak haram. Seperti, apakah regulasi pembuatan akun benar-benar diawasi dan ketat? Apakah rating game 13+, 18+ hanya sekedar rating semata? Karena di negara negara maju, seseorang membeli bir, menonton film di bioskop, membeli rokok, apabila di bawah umur dan rating, mereka tidak diijinkan.

Bagaimana dengan hak asasi manusia yang layak dan bebas menentukan hiburan untuk dirinya sendiri? Apabila diblokir, karena status haram, hanya berlaku untuk umat muslim saja. Bagaimana dengan umat non muslim yang bermain PUBG?

Layaknya rokok yang di fatwa haram namun masih beredar, dan prostitusi yang jelas haram, namun masih bertahan.

Mungkinkah game lain yang sedang populer, juga akan terkena fatwa haram? Ataukah hanya sekedar wacana?

Ulan Hernawan

(baca juga Sisi Humanis dalam Gim PUBG)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten E-Sport Selengkapnya
Lihat E-Sport Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun