3. Bangun Komitmen dan Konsensus dengan Pasangan
Iman atau agama merupakan masalah pribadi seseorang dengan Tuhannya (private business). Karenanya, wajib disepakati tidak ada dominasi dan upaya misi pribadi terhadap pasangan untuk pindah (konversi) iman atau agama. Penting disepakati dari awal, tidak ada pemaksaan iman kepada pasangannya. Biarkan, masing-masing melihat dan menimbang keindahan dan keelokan agama pasangannya, sehingga nantinya secara sadar memilih dan menentukan keyakinannya.
Bila pasangannya muslim atau muslimah, berikan kebebasan untuk melaksanakan rukun Islamnya. Begitu juga bila pasangannya Kristen atau Katolik, antar dia ke gereja. Bebaskan dia dengan iman Kristianinya. Bila pasangan beragama Hindu, antar ke vihara untuk beribadah, fasilitasi dia untuk hari raya Nyepi. Begitu juga jika pasangan anda beragama Budha, Konghucu atau kepercayaan lain yang sah menurut negara.
4. Masa Depan Anak-Anak
Pasangan nikah beda agama perlu mengikat komitmen mengenai iman atau agama anak-anak. Jangan sampai masalah iman anak-anak justru menjadi pemicu keretakan rumah tangga. Yang terpenting jangan menjadikan anak sebagai "pertarungan" untuk merebut simpati.Â
Apabila anak mengalami kebingungan maka bimbinglah dengan baik, beri mereka kebebasan untuk memilih agama yang terbaik untuk mereka tanpa menjelekkan agama lainnya. Juga apabila anak mengalami keterpecahan kepribadian (split of personality), karena kebingungan menentukan pribadi yang diakibatkan adanya dua keyakinan dalam rumah tangga atau konflik iman dan agama, maka bimbinglah dengan baik. Arahkan mereka sesuai kesepakatan dari awal.
5. Menata "Aroma" dan Nuansa Rumah Tangga
Seperti pernikahan pada umumnya, "aroma" rumah tangga perlu dibangun sejak awal. Mewujudkan "home sweet home" adalah salah satu cara mendapatkan kebahagiaan berumah tangga, meski beda agama sekalipun. Hindari konflik konflik yang berkaitan dengan perbedaan keyakinan. Jangan sampai terucap sepatah katapun tentang kekurangan keyakinan atau agama pasangan yang berlainan. Meski dalam keadaan emosi sekalipun. Harus benar-benar adanya kontrol diri dalam berumah tangga.
6.Membangun Komunikasi dan Komitmen Kepada Orang Tua
Salah satu problem mendasar banyak nya pasangan yang gagal menikah beda agama adalah orang tua masing-masing. Tentu sangat wajar. Namun, alangkah baiknya pasangan beda agama dengan bijak, santun dan penuh hormat menunjukkan komitmen yang baik kepada orang tua mereka, dan orang tua pasangan (calon mertua). Pembicaraan dari hati ke hati adalah jalan mudah.Â
Jangan sampai kawin lari atau melakukan tindakan negatif lain yang beresiko. Hendaklah dengan kepala dingin dan tenang. Â Karena bagi umumnya orang tua, perbedaan agama adalah "sumber masalah", atau sekurang-kurangnya "tambahan masalah". Itulah sebabnya tak mudah memberi pengertian atau pemahaman dan restu dari mereka.