Hasil yang dapat diilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut.
- Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning berlangsung dengan baik. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak problem based learning megharuskan siswa aktif selama proses pembelajaran.
- Pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge. Setelah melakukan kegiatan literasi, pengamatan video, diskusi serta presentasi terkait materi menganalisis alat musik tradisional berdasarkan jenis dan fungsinya peserta didik memahami pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural.
- Penerapan model pembelajaran problem based learning meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi peserta didik untuk bertanya dan menanggapi topik yang dibahas dalam pembelajaran.
Kurangnya inovasi dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis membuat motivasi belajar peserta didik kurang maksimal. Materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasan), membuat peserta didik cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik adalah apa yang diajarkan oleh guru.
Berbeda dengan kondisi setelah pembelajaran seni budaya menggunakan e-modul berbasis pendekatan saintifik dengan menerapkan problem based learning. Dalam pembelajaran ini pemahaman peserta didik tentang menganalisis alat musik tradisional berdasarkan jenis dan fungsinya lebih baik karena dengan pendekatan saintifik peseta didik bisa mengakses informasi dari berbagai sumber.
- Penerapan model pembelajaran problem based learning ini juga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving). Model problem based learning yang diterapkan dengan menyajikan bahan tayang berupa video pertunjukan tar dan tayangan materi dalam bentuk powerpoint dan e-modul yang berisi permasalahan kontekstual mampu mendorong peserta didik merumuskan pemecahan masalah.
Sebelum menerapkan problem based learning, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan buku guru dan buku siswa. Meskipun permasalahan yang disajikan dalam buku teks kadang kala kurang sesuai dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, tetap saja penulis gunakan. Jenis teks yang digunakan juga hanya pada teks tulis dari buku teks.
Dengan menerapkan problem based learning, peserta didik tidak hanya belajar dari teks tulis, tetapi juga dari gambar serta diberi kesempatan terbuka untuk mencari data, materi dari sumber lainnya.
MASALAH YANG DIHADAPI
Beberapa masalah yang dihadapi adalah masih banyak peserta didik yang kurang motivasi pada saat KBM berlangsung khususnya pada saat pembelajaran teori serta menganggap teori itu tidak begitu penting dalam bermain tar. Yang terlibat dalam kegiatan ini adalah peserta didik, pendidik, teman sejawat dan kepala sekolah. Tantangan itu yang menyebabkan pendidik harus melewatinya dengan berbagai cara seperti menerapkan media yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik serta model pembelajaran yang mendukung.
CARA MENGATASI MASALAH
Dalam mengatasi masalah yang dihadapi penulis melakukan strategi dengan cara menentukan model dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan karakteristik materi. Disini guru memilih model pembelajaran Problem Based Learning yang dikolaborasikan dengan pendekatan saintifik. Pemilihan model Problem Based Learning dikarenakan model pembelajarannya yang melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah nyata. Model ini mampu memacu dan meningkatkan motivasi serta rasa keingintahuan peserta didik dalam
proses pembelajaran. Model pembelajaran tersebut juga potensial untuk mewujudkan iklim pembelajaran optimal, dimana guru tidak hanya menjelaskan saja tetapi peserta didik yang harus lebih aktif untuk mencari tahu dan membangun sendiri pengetahuannya. Selaras dengan makna peran guru sebagai fasilitator dan motivator, konsep pembelajaran optimal tersebut bertujuan agar peserta didik menjadi lebih mandiri, terampil, dan aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Sementara itu pemilihan pendekatan saintifik pada dasarnya dipersiapkan agar peserta didik aktif mengonstruksi ide melalui mengamati, merumuskan masalah, mengumpulkan data, menalar/mengasosiasi, serta mengomunikasikan ilmu yang didapatkan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk menyampaikan bahwa penggalian informasi dapat bermula dari mana saja, tidak terikat pada guru saja, sehingga pembelajaran lebih bermakna. Model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk aktif dalam pemecahan masalah perlu diimbangi dengan media pembelajaran yang menarik. Oleh karena itu, guru mencoba berinovasi dengan membuat media pembelajaran berupa e-modul sebagai acuan belajar peserta didik, di samping tetap mengaplikasikan Power Point sebagai media presentasi guru. Selain itu e-modul merupakan alternatif media pembelajaran yang dapat dijadikan terobosan untuk menjangkau para peserta didik dengan seluruh keberagaman cara belajarnya. Melalui e-modul, pelbagai penyajian materi, baik melalui tulisan hingga gambar bergerak dapat didapatkan peserta didik. Pun dengan teknik pengumpulan tugasnya juga bisa beragam, dan peserta didik dapat menyelesaikan tugas secara interaktif.
BAB IV