Jagalabilawa : TIDAK! Tak akan pernah hai yang bermulut manis. Yang kami butuhkan adalah kalian
segera lenyap seperti asap …
Raksasa : HAH … SETAN ALAS. Tahukah kami adalah pemilik nyawamu saat ini kawan?
Kami tahu kau suka minum air putih di warung Pojok.
Kami tahu anak mu sekolah di TK Semi.
Kami tahu istrimu sedang mengandung 5 bulan.
Kami tahu celanamu hanya dua.
Kami tahu jalan pulangmu lewat Kebon Kacang.
Kami tahu bahkan yang kau sudah lupa … kawan ..
Jagalabilawa : So what, hai kalian yang menganggap semua bisa dibeli?
Raksasa : Ok. Jika kau tak mau terima tawaran kami, sadarkah kau ini wayang?
Hanya sebentuk wayang? Kuasamu tak sekeras mulutmu, kawan.
Musik menghentak, sebagian raksasa membuka barisan dan muncullah … SANG DHALANG.
Raksasa : Selamat datang Pak Dhalang apa kabar? Bagaimana apakah usahanya berjalan lancar?
Maaf mengganggumu dengan urusan ini. Ada urusan kecil mengenai seorang
wayang. Jika wayang ini tak ikut kami, pasti kau tak keberatan menerima pinangan kami
Pak Dhalang?
Pak Dhalang : Eh .. oh .. sebenarnya Nak Jagal ini orang baik, jadi aku bisa mengerti
dan jangan khawatir … dia pasti bisa menerima atau akan aku masukkan ke dalam
kotak .. terimakasih-terimakasih … he he …
Musik mengalun …
Jagalabilawa : (Dengan gaya suara suluk dhalang)
Oooong … Yen korupsi wus tekan Pak Dhalang
Sang Bagaskara kaya sirna katutup mendung angendhanu
Wakiling Gusti jare kok bisa tinumbas arta
He … kalian yang bersaudara sehidup semati …
Dengarlah rahasia terbesar ini
Aku tak akan takut menjadi wayang yang diberangus dalam kotak
Kini dengarlah kalian hai raksasa pemerkosa Ibu Pertiwi
Dengarlah kenyataan paling pahit dalam kehidupan glamor kalian
Raksasa : Berpandangan dan merasa terteror seolah akan ditelanjangi.