Stereotip bahwa saat ini orang sudah tak bisa lepas dari gawainya mungkin ada benarnya. Jujur saja, saya sendiri salah satu yang tak bisa lepas dari smartphone. Bukan soal maniak media sosial, ketergantungan saya lebih kepada uang yang tertanam di perangkat pintar yang saya miliki tersebut.
Waktu menunjukkan pukul 04.30 saat mata saya terbuka. Alarm yang berbunyi nyaring serta tepukan lembut istri di pipi membangunankan saya dari lelap tidur. Â Saya segera beranjak mandi dan berwudhu. Persiapan pergi ke masjid untuk sholat shubuh.
Selepas sholat, saya membuka-buka ponsel dan scrolling timeline di facebook. Saya biasanya mencari postingan terbaru dari laman Kita Bisa, Sebuah crowdfunding untuk membantu mereka yang terkena musibah. Entah itu sakit, terkena bencana ataupun mereka yang berjuang untuk kesembuhan kerabatnya. Lewat Kita Bisa, saya mencoba merutinkan kebiasaan baru saya, sedekah shubuh.
Setelah beberapa kali menggeser tampilan layar, mata  saya tertumbuk pada kampanye membantu Jordan, balita penyintas kanker darah. Tak berpikir panjang, Segera saya mengetik sejumlah nominal untuk berdonasi. Selepas notifikasi tagihan masuk lewat SMS, saya segera membuka m-banking. Dengan beberapa kali klik, saya mentransfer sejumlah dana untuk berdonasi ke Kita Bisa. Dalam hitungan detik, notifikasi penerimaan sedekah saya segera masuk ke ponsel saya. Alhamdulillah!
Sekitar jam 07.30 WIB saya sudah mendarat di kantor. Ritual pagi sebelum bekerja biasanya saya awali dengan membuka email yang masuk. Benar saja, ada email pemberitahuan dari kompas.id perihal jatuh tempo biaya langganan bulanan saya.
Di sela bekerja, sebuah pesan masuk ke whatsapp saya. "Pak, mohon dicek rekening. Honor kegiatan yang kemarin sudah ditransfer." rupanya rekan dari instansi sebelah memberi kabar gembira. Bergegas saya buka kembali aplikasi m-banking untuk mengecek transferan tersebut. Benar saja, ada sejumlah uang masuk ke rekening saya. Saya tersenyum. Ah, rejeki nomplok di akhir bulan. Â
Sebelum lupa, saya segera mentransfer sebagian uang tersebut ke rekening lain untuk simpanan saya. Saya memang memiliki rekening lain sebagai rekening tabungan untuk dana simpanan saya. Ini sudah jadi Komitmen saya dan istri untuk menyisihkan sebagian pendapatan untuk dana simpanan yang tak boleh diutak atik kecuali darurat.