Padahal, sebenarnya sebagai berikut:
- Dengan memaafkan kita mengangkat derajat kita dari korban/objek menjadi subjek. Pelaku pemaafan. Orang yang tak mau memaafkan berarti baperan, menikmati peran sebagai korban.
- Dengan memaafkan, kita menghancurkan dendam yang bisa menjadi racun dalam hati kita.
- Memaafkan bukan atribut pecundang, sebaliknya kita jadi pemenang dalam mengalahkan ego diri sendiri.
- Memaafkan adalah membela hak kita untuk bebas dari penyakit hati.
- Memaafkan keputusan ktia dengan diri sendiri untuk hidup merdeka. Tak jadi soal apakah orang lain akan berubah atau tidak.
Btw, akademisi barat juga memberi pandangan soal maaf memaafkan ini. menurut Lawana Backwell, maaf memaafkan adalah tindakan yang unik. Katanya ketika kita meminta maaf maupun memaafkan orang lain, tubuh akan mengeluarkan hormon serotonine yang membuat hati bahagia.
Gak percaya? Buktikan saja sendiri. Eh, sudah kirim broadcast Whatsapp maaf-maafan belum? Minal aidzin wal faidzin
dok: kompasianer purwkarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!