Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Connecting Happiness Lewat Buku

8 Mei 2020   22:11 Diperbarui: 8 Mei 2020   22:04 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Connecting Happiness Versi Saya (Sumber: FB Putri Kinasih)

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Al-Imran 92)

Ada banyak amalan yang dianjurkan oleh para ulama untuk dilakukan pada bulan ramadan ini. Wajar sih, bukankah di bulan mulia ini semua amal kebaikan dilipatgandakan pahalannya? Salah satu amalan yang dianjurkan tersebut adalah bersedekah.

Bahkan di luar bulan Ramadhan pun, amalan sedekah ini sangat dianjurkan karena memiliki berbagai keutamaan. Sebut saja, menghapus dosa dan kesalahan di masa lalu, menambah kecukupan harta benda, menghilangkan gelisah, dan membahagiakan diri sendiri dan orang lain. 

Soal keutamaan yang terakhir ini, boleh dibilang ini yang paling spesial dari amalan sedekah. Kenapa? Karena amalan ini berhubungan dengan hubungan antar manusia. 

Sedekah itu menjadi semacam perantara connecting happiness kita dengan orang lain. Ini berbeda dengan sholat yang urusannya hanya antara kita (individu) dengan Allah langsung.

Belajar Soal Sedekah (Sumber: IG @rizarichias)
Belajar Soal Sedekah (Sumber: IG @rizarichias)
Agar dapat membahagiakan orang lain, tentu saja syaratnya sedekah kita harus sesuai dengan kebutuhan orang yang akan kita beri tersebut. 

Karena itu, Allah menegaskan kalau bersedekah tuh harus dengan harta yang kita cintai, atau yang terbaik, sebagaimana tertuang dalam surat Al-Imran ayat 92 di atas.

Sebaliknya, Allah melarang kita untuk bersedekah dengan barang yang buruk. Ini juga sudah ditegaskan oleh Allah pada surat Al- Baqarah ayat 267.

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Al Baqarah 267)

Soal sedekah, begini-begini juga Insya Allah saya sudah mengamalkannya dengan apa yang dirasa semaksimal mungkin. Kebanyakan dilakukan dengan menyisihkan sebagian pendapatan untuk sedekah, setelah zakat tentunya. Implementasinya beragam, bisa secara langsung diberikan pada kencleng masjid ataupun pengemis yang lewat, maupun berdonasi melalui Lembaga atau Yayasan amal.

Termasuk pada Ramadhan ini, saya berusaha merutinkan beramal sedekah setiap hari di waktu shubuh. Ada keterangan yang menyebutkan keutamaan bersedekah di waktu shubuh ini, karena itu saya programkan untuk melaksanakannya di bulan Ramadhan ini secara rutin.

Tadinya saya ingin menyumbang lewat kencleng masjid selepas sholat shubuh. Akan tetapi karena ada pandemi corona, saya tak bisa beribadah sholat shubuh di masjid karena masjid di lingkungan saya di tutup. Alternatifnya, saya salurkan secara mentransfer ke rekening Lembaga amal.

Akan tetapi, saya tergelitik untuk mencoba menelisik maksud dari surat Al-Imran 92 tersebut di atas. Gara-garanya sih beberapa hari lalu saya membaca surat ini pada salah satu postingan teman saya di akun instagramnya. Dari sini saya mencoba mencari tahu, apa saya sudah melakukan yang diperintahkan ayat tersebut?

Apa maksud  dengan harta yang kamu cintai dalam ayat di atas? Saya sudah bersedekah dengan uang saya, dan pastilah semua orang cinta pada uang mereka termasuk saya. Tapi kok berasa masih ada yang kurang. Apa sebenarnya barang yang saya miliki yang begitu saya cintai.  

Ketika saya mencoba berdiskusi dengan istri, dengan enteng dia bilang, "barang yang kamu cintai tentu saja buku-buku yang kamu koleksi itu." Hmm, setelah dipikir-pikir, bisa jadi sih koleksi bukulah yang menjadi barang special saya selama ini.

Sejak kecil saya memang senang baca. Saya sudah mengkoleksi buku setelah mampu membeli dengan uang sendiri. Dari sini saya punya obsesi untuk memiliki perpustakaan sendiri di rumah, dimana saya bisa menikmati koleksi saya tersebut kapan saja saya mau. 

Saya tak pernah berhitung berapa banyak buku koleksi saya, tapi indikator berlebihnya sih Ketika rak buku di rumah sudah tidak muat menampung buku-buku baru yang saya beli.

Menyumbangkan Buku Karya Sendiri Untuk Perpustakaan Daerah (Sumber: Dokpri)
Menyumbangkan Buku Karya Sendiri Untuk Perpustakaan Daerah (Sumber: Dokpri)
Ramadan kali ini saya mencoba mempraktekkan perintah Allah di atas. Saya ingin sedekah dengan harta yang saya cintai, buku koleksi saya. Niatnya, saya akan menyumbangkan buku saya tersebut pada perpustakaan warga yang dikelola oleh teman sesama kompasianer di kota saya.

Niat ini sebenarnya sudah tercetus sejak lama ketika melihat postingan teman tersebut yang menunjukkan foto keceriaan anak-anak membaca koleksi perpustakaannya. 

Saya punya koleksi komik, buku bacaan novel, ensiklopedia ilmu popular yang rasanya bisa dibaca untuk anak-anak. Sementara untuk orang dewasanya pun, tentu ada banyak lagi koleksi saya yang rasanya bakal bermanfaat juga untuk mereka.

Tahukan kamu apa yang paling berat untuk melaksanakan sedekah ini? keikhlasan untuk melepas harta yang kita cintai. Sungguh, saya sempat maju mundur untuk melepas sebagian koleksi yang saya punya tersebut. Ternyata untuk ikhlas itu berat yaa?

Tapi niat saya sudah bulat, bayang-bayang keceriaan anak-anak dan mereka yang menjadi pengunjung setia perpustakaan warga tersebut menjadi semacam energi yang menguatkan saya untuk melepas koleksi buku saya tersebut. Saya ingin buku-buku ini menjadi connecting happiness bagi banyak orang.

Demi mengalahkan ego sendiri, saya bahkan memasukkan buku-buku yang punya tempat lebih di hati saya untuk masuk list yang disumbangkan. Buku-buku yang menjadi 'tropi' atas kemenangan saya dalam mengikuti beberapa lomba menulis. Sebut saja, buku Sudut Istana karya Sunardi Rinangkit, adalah salah satu hadiah dari lomba flash blogging yang diadakan kemenkominfo beberapa waktu lalu. Kemudian, buku Hidup Yang Lebih Berarti adalah salah satu hadiah dari blog competition Kompasiana beberapa waktu lalu. 

Koleksi Buku Tropi Kemenangan Lomba Menulis Yang Saya Sedekahkah (Sumber: Dokpri)
Koleksi Buku Tropi Kemenangan Lomba Menulis Yang Saya Sedekahkah (Sumber: Dokpri)
Tapi ternyata, sesaknya tuh hanya sebentar. Rasa berat hati melepas barang yang kita cintai berganti dengan rasa bahagia setelah saya menyedekahkan buku-buku tersebut. Ada rasa lega mengetahui barang tersebut akan lebih bermanfaat bagi banyak orang.

Connecting Happiness Versi Saya (Sumber: FB Putri Kinasih)
Connecting Happiness Versi Saya (Sumber: FB Putri Kinasih)
Semoga saja buku-buku itu akan membuka jendela pengetahuan banyak pembaca yang berkunjung ke Perpustakan tersebut. Ah, dari sini saya kemudian faham apa itu esensi sedekah. Connecting happiness itu ketika kita bahagia melihat orang lain bahagia.

Trust me, sedekah itu gak bikin rugi, yang ada bikin hepi! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun