"Awalnya saya hanya ingin memperkenalkan sate maranggi kepada saudara saya di Sumatera, Bali dan Kalimantan."
Begitu kata Ani Rinawati, pemilik usaha Sate Maranggi Ibu Rina, ketika saya menanyakan awal mula bisnis sate maranggi vacum ini dimulai. Pagi itu, Saya bertandang ke rumahnya di kawasan Sadang, Purwakarta untuk membeli sate maranggi vacum yang akan dibawa sebagai buah tangan saat melancong ke rumah saudara di luar kota.
Niatnya sih saya hanya datang hanya untuk membeli langsung produk ini saja. Kalau saja saya tak melihat kesibukan dirumahnya, saya mungkin tak akan bertanya soal bisnisnya lebih jauh.
Iya, pagi itu rumahnya lumayan ramai. Ada yang memotong daging, menusuk sate, menyiapkan bumbu, dan kemudian membakarnya. Hari itu, rupanya karyawannya sedang mempersiapkan orderan untuk dikirim ke berbagai daerah.
"Sate maranggi vacum ini memang dipacking dalam kondisi matang. Jadi nanti penerima hanya tinggal menghangatkannya saja. Tidak perlu membakarnya lagi," Bu Rina menerangkan bagaimana sate maranggi vacuum ini diproduksi.
"Jadi, prosesnya sih kita bikin sate matang, diberi bumbu kecap khas maranggi, didinginkan ... kemudian baru dipacking dalam kondisi hampa udara menggunakan mesin vacum. Nanti, cara penyajiannya cukup dikukus saja, karenai hasilnya lebih juicy. Aroma sate aslinya masih akan terasa, sama dengan yang baru matang," kata bu Rina melanjutkan. Â
Kenapa harus matang?
"Yaa biar pembeli gak perlu repot menyiapkan sate. Tahu kan betapa repotnya kalau harus menyiapkan pembakaran sate dan sebagainya?" Begitu alasan Bu Rina mengapa produknya dibuat dalam kondisi matang. "Tak perlu dibakar lagi, karena ini sudah matang, ... malah kalau dibakar lagi nanti bakal gosong."
Dalam hati saya memuji inovasi yang dilakukan bu Rina ini. Kalau dulu untuk menikmati sate maranggi orang harus datang jauh-jauh ke Purwakarta, kini mereka dapat cukup tinggal memesan sate maranggi vacuum hasil kreasi ibu Rina. Kreatif ya?