Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Biarkan Duyung Terus MeLamun

26 Mei 2018   16:48 Diperbarui: 27 Mei 2018   10:53 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duyung sedang meLamun (sumber: Anugrah Nontji/ Buku Dugong Bukan Puteri Duyung)

 Halo kawan, perkenalkan namaku Dugong.  Kalau kamu sering mendengar cerita dongeng tentang Duyung, maka kukatakan akulah Duyung asli itu. Tentu saja aku tak berwujud wanita cantik berbadan setengah ikan sebagaimana seringkali digambarkan dalam buku atau film kartun di televisi kesayanganmu. Tapi benar, aku juga hidup di air seperti duyung-duyung dalam imajinasi kamu itu.

Hmm, biar pun tak secantik imajinasimu tentang putri duyung, rasanya aku juga cantik untuk hewan yang tinggal di air. Buktinya hingga kini aku sering diburu oleh nelayan liar!

Badanku bongsor, panjang tubuhku bisa mencapai 3 meter dan beratku mungkin sekitar 400kg. pastinya aku tak tahu, aku tak pernah mengukur badanku secara detail. Walau terhitung bongsor,  aku jago berenang lho. Aku akan dengan mudah meliuk-liuk di lautan, entah untuk bepergian ke samudera atau sekedar mencari makan.

Oh ya, biarpun badanku serupa ikan, menurut ilmu pengetahuan aku sejatinya bukanlah ikan, tapi hewan mamalia laut. Aku sejenis dengan paus yang bernafas dengan paru-paru, bukan insang. Makanya setiap 6 menit sekali aku pasti muncul ke permukaan, untuk mengambil nafas. Sementara di air, aku bisa menahan nafas hingga 12 menit lamanya.

Dugong sedang mencari makan di padang lamun (sumber: noblebrute.com)
Dugong sedang mencari makan di padang lamun (sumber: noblebrute.com)
Usiaku saat ini 50 tahun. Tua yaa? Iya, Dugong memang mempunyai rata-rata umur hidup seperti kalian, manusia. Usia Kami bisa mencapai 70 tahun. Aku sudah melewati episode hidup yang panjang, ada banyak kisah yang ingin kuceritakan padamu tentang pengalaman hidupku. Mau kan kamu membaca kisahku ini?

Deskripsi Dugong (Sumber: DSCP Indonesia Factsheet 2017)
Deskripsi Dugong (Sumber: DSCP Indonesia Factsheet 2017)
Kisah yang ingin kuceritakan ini mungkin tak begitu menyenangkan. Sedikit getir. Tapi kurasa kamu perlu membacanya, karena apa yang menjadi keresahanku bisa jadi berhubungan dengan apa yang kalian lakukan.

Ya, saat ini aku resah soal kelangsungan hidup kami.  Selama ini kami, para Dugong, tak bisa tenang mengarungi samudera kehidupan kami. Eaaa... sedikit lebay yaa bahasanya. Tak apa lah, toh faktanya memang seperti itu.

Apa yang menyebabkan para Dugong begitu resah? Boleh dibilang hidup kami terancam karena dua hal, pertama kami diburu oleh para nelayan, dan kedua  karena semakin sulitnya kami mencari makan.

Perburuan Dugong

Kisah perburuan Dugong telah ada sejak dahulu. Pada beberapa wilayah pesisir, berburu Dugong bahkan sudah menjadi tradisi masyarakat sekitar. Jaman dahulu ketika populasi kami begitu besar, mungkin ini tak dilihat sebagai masalah. Tapi kini, kami sudah mulai terancam punah.

Penangkapan dan penjualan Dugong telah dilakukan sejak lama (Sumber: Anugerah Nontji/Buku Dudong Bukan Puteri Duyung)
Penangkapan dan penjualan Dugong telah dilakukan sejak lama (Sumber: Anugerah Nontji/Buku Dudong Bukan Puteri Duyung)
Kami diburu untuk dikonsumsi dagingnya, diambil taring, gigi serta lendir mata kami. Iya, lendir mata kami yang kalian sebut air mata duyung itu dipercaya punya kekuatan magis. Katanya untuk pelet atau pengasihan, bahkan bisa mengabulkan permintaan kalian.

Kadang aku suka geli sendiri tentang mitos air mata duyung itu. Darimana logikanya lendir mata Dugong bisa mempunyai khasiat seperti itu? Manusia memang terkadang aneh, disatu sisi sudah bisa menciptakan teknologi yang begitu canggih, tapi disisi lain masih berkutat dengan tahayul.

Kabarnya, harga satu Dugong bisa dijual sampai seratus juta rupiah. Wow, bukankah itu fantastis? Khusus Air mata Dugong saja bisa dihargai sampai lima juta rupiah. Alasan inilah yang membuat Dugong begitu menggiurkan untuk diburu.

Selain perburuan, terkadangkami juga tertangkap secara tak sengaja oleh jala nelayan ikan, atau istilahnya bycatch. Kalau saja nelayan itu mengerti tentang kami, kami akan dilepas kembali ke laut. Masalahnya, banyak juga nelayan yang tetap menyeret kami ke darat, untuk kemudian menjual kami, baik secara utuh maupun dengan dipotong-potong.

Dugong yang terdampar di pantai (sumber: Anugerah Nontji/Buku Dugong Bukan Puteri Duyung)
Dugong yang terdampar di pantai (sumber: Anugerah Nontji/Buku Dugong Bukan Puteri Duyung)
Menurut data WWF Indonesia, WSI (Whale Stranding Indonesia) dan DSCP (Dugong and Seagrass Conservation Project) Indonesia, dalam 2 tahun terakhir ini, setidaknya ada 53 kasus Dugong terdampar, diburu dan terjerat jarring (bycath) baik dalam kondisi hidup maupun mati. Ironi sekali bukan nasib kami?

Plis deh, aku sudah banyak mendengar dari para Dugong yang harus kehilangan kerabat mereka karena terjala secara tak sengaja. Aku juga sempat kehilangan anakku yang terjaring nelayan. Aku sangat sedih jika mengenangnya.  

Rasanya aku perlu buka rahasia soal mengapa perburuan Dugong bisa membuat kami menuju kepunahan. Kami terhitung lambat dalam bereproduksi. Jangan samakan kami dengan ikan-ikan, yang sekali bertelur bisa mencapai puluhan bahkan ratusan telur. 

Kami ini binatang mamalia. Satu ekor Duyung membutuhkan waktu 9-15 tahun untuk menjadi dewasa dan siap bereproduksi. Sementara itu, dibutuhkan waktu 14 bulan bagi Dugong untuk melahirkan satu individu baru setiap 3-7 tahun sekali. Itulah mengapa aku sangat gelisah dengan kelangsungan hidup kami.

Aku gelisah, jangan-jangan aku adalah generasi terakhir dari Dugong-Dugong yang tersisa!

Dugong Semakin Sulit Mencari Makan

Hal lain yang membuatku resah adalah soal kondisi padang lamun tempatku mencari makan. Tunggu, kalian tahu apa itu lamun? Lamun yang menjadi makanan utamaku adalah sejenis tumbuhan  berbunga yang tumbuh di dasar pesisir. Hamparan luas lamun itu yang kusebut padang lamun.

Padang Lamun sebagai sumber utama makanan Dugong (sumber: Booklet Status Lamun 2017, LIPI)
Padang Lamun sebagai sumber utama makanan Dugong (sumber: Booklet Status Lamun 2017, LIPI)
Nama inggrisnya, Seagrass. Kamus Meriem Webbster (2003) mendefinisikan seagrass sebagai  any of various grass like plants that inhabit coastal areas. Namun lamun bukanlah rumput laut (seaweed). Lebih tepat mungkin kusebut saja ilalang laut, untuk membedakannya dengan rumput laut. Di beberapa wilayah Indonesia sendiri, penamaannya berbeda-beda. 

Di teluk Banten, seagrass disebut lamun, di kepulauan seribu disebut rumput pama, di kepulauan Riau disebut rumput setu atau setu laut, sedangkan di Maluku utara disebut rumput gusumi.

Selain menjadi makanan utamaku, lamun juga menjadi ekosistem bagi hewan laut lainnya. Di padang lamun ikan baronang, kakap dan ikan lainnya biasanya bermain-main pada masa usia belia (nursery). Di sana aku sering bertemu dengan mereka yang berenang lincah disela-sela daun lamun. Kadang aku juga sering bertemu dengan penyu-penyu yang mencari makan di padang lamun.

Itulah mengapa salah satu kebiasaanku ketika memakan lamun adalah kerap memutar kepala maupun mengacak-acak pasir disekitar lamun yang kumakan. Ini tak lain supaya ikan-ikan kecil yang bermain disekitar lamun bisa segera menyingkir. Kalau tidak bisa-bisa ikan-ikan tersebut  ikut tertelan juga.

aku suka sekali makan lamun. Dalam sehari aku bisa mengkonsumsi sebanyak 40 kilogram lamun. Demi mendapatkannya, aku bisa bertualang dari satu padang lamun ke padang lamun lainnya. Indonesia memiliki kurang lebih 1507 Km2 padang lamun. 

Tapi kata para ahli, mungkin hanya sekitar 5 persen yang kondisinya masih bagus, sisanya tergolong tidak sehat. Inilah yang menjadi kekhawatiranku saat ini. Bagaimana aku bisa mendapatkan makanan jika kondisi padang lamun tersebut tidak sehat?

Status Lamun di Indonesia menurut hasil riset LIPI (Sumber: Booklet Status Lamun 2017, LIPI)
Status Lamun di Indonesia menurut hasil riset LIPI (Sumber: Booklet Status Lamun 2017, LIPI)
Lalu apa yang menyebabkan padang lamun tersebut tidak sehat? Dari para peneliti lembaga DSCP Indonesia yang sering kucuri dengar saat mereka bercakap-cakap di laut, aku mengetahui setidaknya ada banyak faktor penting yang menyebabkan kerusakan padang lamun.

Selain oleh bencana alam, seperti tsunami, badai maupun arus laut yang kuat, ada juga faktor lain yang disebabkan oleh aktifitas manusia. Faktor alam tentu saja tak dapat dicegah, tapi faktor kerusakan yang disebabkan oleh aktifitas manusia harusnya dapat dihindari. Apa saja itu?

Pertama, pembangunan konstruksi yang makin menjorok ke laut. Kalian tahu kalau padang lamun berada pada perairan dangkal dekat pesisir? Ketika pesisir dirubah menjadi bangunan beton, entah untuk pelabuhan, dermaga, resort, atau mungkin reklamasi yang sedang ngetren saat ini, menyebabkan padang lamun disekitar pesisir pantai tergerus habis. Selain itu pengerukan dan penimbunan wilayah pesisir secara terus menerus menyebabkan banyak area padang lamun harus rela berkurang.

Padahal aku yakin pemerintah sudah memiliki rencana rata ruang dan rencana wilayah yang membuat zonasi khusus untuk wilayah pesisir. Namun, terkadang atas nama ekonomi dan pembangunan, kawasan lindung ataupun konservasi bisa direvisi dan dirubah menjadi zona industri maupun kawasan ekonomi. Banyak contoh untuk ini, dan sepertinya alih fungsi lahan sudah menjadi hal yang umum.

Aku masih ingat, dulu aku sering bermain-main di sekitar teluk Balikpapan. Tapi kini, aku sudah tak pernah bisa bermain ke sana. Kini daerah tersebut menyeramkan bagiku. Berdirinya industri pengolahan minyak bumi disana membuat daerah tersebut berubah total. 

Ada banyak kapal-kapal besar hilir mudik disana. Aku takut tertabrak oleh mereka. Aku tak tahu apakah disana masih ada padang lamun? Namun yang pasti, kalau pun ada, pastilah lamunnya sudah tercemar oleh buangan limbah akibat aktifitas disekitarnya.

Kedua, efek dari alih fungsi lahan pesisir ini adalah adanya pembuangan limbah organik dan kimia yang terbawa ke laut yang menyebabkan komposisi kimawi lautan menjadi terganggu. Ini tentu saja akan mengganggu pertumbuhan lamun. Polutan ini bisa menjadi racun yang mematikan bagi lamun atau membuat lamun kehilangan kondisi idealnya untuk tumbuh.

Ketiga, kebiasaan manusia yang seringkali membuang sampah sembarangan turut menyumbang perusakan padang lamun. Kamu mungkin tak sadar, ketika bermain di pantai terus kamu membuang botol air mineral atau bungkus plastik makanan ke pantai, itu akan terbawa ke lautan, termasuk sampai di padang lamun.

Seringkali ketika aku mencari lamun, aku menemukan kantong plastik terselip diantara deretan daun-daun lamun. Duh, sekarang mah aku harus lebih hati-hati lagi. Jangan sampai ketika memakan lamun ada plastik-plastik iktu termakan.

Aku pernah mendengar cerita tentang seekor paus yang mati terseret ombak ke pantai. Kemudian ketika diotopsi, didalam tubuhnya terdapat sampah-sampah plastik dalam jumlah banyak. Apakah plastik itu tak sengaja termakan? Tapi kok bisa sampai banyak gitu ya? Duh, aku tak mau mengalami nasib serupa. Meninggal gara-gara ada plastik yang termakan dan tak bisa dicerna tubuhku.


Belum lagi aktifitas deforestrasi hutan akibat penambangan liar maupun pembukaan lahan untuk pertanian dan tambang juga membawa efek negatif bagi padang lamun. Deforestrasi menyebabkan terbawanya material sedimentasi maupun polutan ke laut, yang pada akhirnya merugikan pertumbuhan lamun.

Berdasarkan data ilmiah, sampai saat ini kerusakan lamun dunia telah mencapai 58 persen dan sejak tahun 1980 setiap 30 menit dunia kehilangan lamun sebesar lapangan sepak bola. Aku tak bisa membayangkan, bagaimana seandainya padang lamun semakin terkikis habis. Kemana aku harus mencari makan?

Apa Pentingnya Dugong dan Padang Lamun?

Setelah kamu membaca kisahku diatas. Maukah kamu membantuku mengatasi kegelisahanku tersebut? Setidaknya tolong jaga aku. Stop perburuan Dugong dan stop perusakan padang lamun. Bisakah kau melakukannya?

Buat apa membantu Duyung dan padang lamun? Apa untungnya buat manusia? Duh, aku jadi sedih kalau sampai kamu berpikir seperti itu. Semoga tidak yaa,...

Kalau kau bertanya apa gunanya melindungi aku dan padang lamunku, baiklah biar kuceritakan apa manfaat padang lamun untuk manusia.

Pertama, padang lamun berperan dalam menjaga stabilitas pangan. Kok bisa? Iya, secara tak langsung lamun berkontribusi dalam perkembang biakan ikan-ikan laut tangkap, seperti kakap ataupun baronang. 

Seperti sudah kubilang, padang lamun menjadi habitat bagi ikan-ikan laut dalam mengasuh anak-anaknya sampai usia tertentu. Kalau padang lamun tak ada, dijamin populasi ikan tangkap juga akan berkurang. Kamu yang suka makan ikan-ikan seafood, tentu tak ingin ini terjadi bukan?

Survey Widlife Conservation Society di Wakatobi menyebutkan 68 persen aktifitas penangkapan ikan oleh nelayan Wakatobi berada di areal padang lamun, dengan komoditas terbesar ikan baronang. 

Aku sering bertemu anak-anak Baronang bermain-main di padang lamun. Survey ini juga menemukan setidaknya terdapat 407 jenis ikan hidup di padang lamun. Ini mengindikasikan bahwa padang lamun memiliki kontribusi penting dalam menjaga populasi ikan tangkap untuk dikonsumsi masyarakat.

kedua, padang lamun berperan dalam menjaga daerah pesisir dari abrasi. Bersama mangrove dan karang, padang lamun menjadi zona pertahanan untuk mencegah kerusakan daerah pesisir. Ketika ada ombak besar dan arus menerjang pantai, lamun bersama-sama mangrove akan menjadi benteng pertahanan pantai dalam mengurangi daya ombak dan arus laut tersebut. 

Berikutnya, dan ini mungkin yang terpenting bagimu. Padang lamun berperan dalam menahan pemanasan global. Asal tahu saja, padang lamun dapat menahan CO2 dua kali lebih besar dibanding hutan di daratan. Padang lamun ternyata dapat menyimpan 83.000 ton CO2/Km2. Jadi, bukan Cuma hutan saja yang dapat mencegah global warming.

Nah, untuk menjaga kelestarian padang lamun tersebut, aku juga setidaknya punya peranan penting lho. Biarpun aku pemakan lamun, tapi aku juga turut berkontribusi menjaga kelestarian padang lamun. Caranya?

Hmm, dari ritualku ketika memakan lamun yang sering mengacak-acak dasar lamun, turut  membantu kesuburan padang lamun. Gerakan mengacak-acak tersebut turut membantu unsur hara  yang dibutuhkan tumbuhan lamun untuk tumbuh turut terangkat dari dalam dasar pasir karena gerakanku.  Kalau dianalogikan, tingkahku mungkin serupa kerbau yang membajak sawah!

Simbiosis mutualisme antara Dugong dan Lamun (Sumber: DSCP Indonesia)
Simbiosis mutualisme antara Dugong dan Lamun (Sumber: DSCP Indonesia)
Menjaga Duyung Terus Melamun

Setelah membaca apa yang aku ceritakan diatas, semoga kamu faham betapa pentingnya menjaga aku dan padang lamunku. Bantu aku untuk tetap melamun. Bantu aku agar tetap bisa bermain-main di padang lamun bersama penyu, baronang, kakap dan ikan-ikan lainnya.


Aku tak muluk-muluk. Untuk membantuku tetap melamun, kamu bisa memulai dari melakukan hal-hal yang sederhana. Misalnya, tidak membuang sampah sembarangan, terutama ketika berada dipantai atau laut. Ingat cerita Paus yang meninggal akibat kebanyakan memakan plastiK? 

Aku seringkali menemukan banyak plastik berserakan disela-sela tumbuhan lamun. Please atuhlah, jangan kotori lamunku dengan plastikmu. Bisa kan?

Kalau ada yang menawarimu daging Dugong, tolong jangan mau yaa. Mungkin ada yang menawarimu air mata duyung dengan iming-iming bisa membuatmu jadi super sakti, tolong jangan percaya yaa. 

Oh ya, laporkan saja kalau ada yang menawarimu segala sesuatu yang berhubungan dengan hal tersebut. Kami, para Dugong, sudah ditetapkan pemerintah sebagai hewan yang dilindungi melalui Undnag-Undang Nomor 7 tahun 1999 tentang Konservasi Flora dan Fauna.

Kamu juga bisa menunjukkan kepedulianmu dengan mendukung setiap aksi konservasi Dugong dan Padang Lamun. Salah satunya dengan mendukung proyek regional bernama Dugong and Seagrass Convervation Project (DSCP) dimana Indonesia tergabung didalamnya bersama Negara Malaysia, Madagaskar, Srilanka, dan Vanuatu. 

Proyek ini diinisiasi oleh United Nation Environment Programme-Convention on the Conservation of Migratory Species (UNEP-CMS) bekerjasama dengan Mohammed bin Zayed Species Convervation Fund (MbZ). Biar lebih faham soal konservasi Dugong dan Lamun, main-mainlah ke laman facebook, instagram, twitter atau channel youtube DSCP Indonesia, dan temukan beragam fakta tentang kami disana.

Kemudian, kamu juga bisa mengajak teman-temanmu biar sama-sama peduli pada pelestarian Dugong dan padang lamun. Caranya bisa dengan menyebar informasi tentang Dugong dan padang lamun di media sosialmu. Sekarang kan anak-anak milenial sangat aktif bermain medsos. Jika kamu menyebar info soal kisah kami di akunmu, akan ada banyak teman-temanmu yang melihat dan semoga saja lebih peduli pada kami. Misalnya, kamu boleh banget menyebar tulisanku ini di akun medsosmu biar viral, atau yang paling gampang adalah dengan menyebar ulang info dari media sosial DSCP Indonesia?

Nah, permintaanku tak sulit kan untuk dilakukan? Setidaknya langkah-langkah sederhana tersebut bisa kamu lakukan untuk membantu kami tetap melamun.

Ah, rasanya aku sudah terlalu banyak menulis curhatanku ini, semoga saja kisahku bisa menggugah perhatianmu terhadap nasib kami. Terakhir, pesanku Cuma satu untukmu: Biarkan Duyung Terus Melamun!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun