Mungkin karena terpikat dengan citarasanya itulah dia sampai meminta saya mengajari cara membuatnya. Tentu saja saat sesi mengajarinya membuat bala-bala saya juga mengungkap bumbu rahasia andalan saya, penyedap rasa Aji-No-Moto® cap mangkok merah.
Homestay yang kami tempati punya dapur yang mirip-mirip resto Jepang tradisional dimana koki langsung berhadapan dengan meja makan. Ini membuat kami bisa saling melihat bagaimana kemampuan memasak kami. Komunikasi tentu makin terjalin intensif. Saling cerita yang diselingi canda tawa menjadi keseruan tersendiri.
Ketika teman lain mengajukan diri untuk membuat sate, takoyaki, dan menu lainnya, saya memilih menyiapkan nasi goreng untuk sarapan. Gampang saja, nasi goreng itu masakan terpraktis bagi seorang koki amatir seperti saya. Lagipula, saya membawa bumbu masak praktis Sajiku. Jadi dijaminlah soal rasa gak bakal gagal.
Pagi itu saya memutuskan memasak nasi goreng seafood. Kebetulan Sajiku yang saya bekal buat fieldtrip pun memang rasa seafood udang. Bahan-bahan pelengkapnya saya ambil dari sisa-sisa ikan yang dibawa sensei untuk membuat sushi. Ada tuna, udang dan potongan kecil cumi sisa bahan Takoyaki. Telor selalu menjadi pelengkap yang dirasa wajib ada. Sementara untuk bumbu sayurnya, saya menggunakan bawang daun, bawang Bombay dan potongan kecil wortel yang juga sisa bahan masakan lain.
Bagaimana hasilnya? Sensei saya bilang, “Oishi….” Vid, teman asal Slovenia yang juga ikut field trip bilang, this is great! Keita, salah satu teman Jepang meminta bungkus Sajiku yang tak terpakai untuknya. Katanya dia ingin membuat nasi goreng di apatonya nanti saat pulang.
Arigato Aji-No-Moto®...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H