Ofi S. Gumelar, Sate Maranggi, Purwakarta
“Sate Maranggi… warisan indung Sunda
Cita rasa alami…Selera Tatar Sunda
Sate Maranggi… Jurus sakti pendekar Hihid
Sejatinya rasa… Budaya Adiluhung
Sate Maranggi, asli Purwakarta
Lezat dan nikmat, selera kita-kita”
Begitulah lirik lagu goyang maranggi yang diciptakan Tya Subiakto, salah satu composer dan konduktor handal Indonesia. Lagu ini seakan menegaskan sate maranggi sebagai icon kuliner khas Purwakarta, Jawa Barat. Lagu ini pula menjadi pengiring dari tari goyang maranggi yang filosofi gerakannya terinspirasi dari proses memasak sate maranggi, kurang lebih bagaimana mengipas sate yang dibakar diatas tungku arang menggunakan hihid (kipas bambu).
Goyang Maranggi (Sumber: akun youtube Sandy Yustie)
Sate maranggi memang telah terkenal dari jaman baheula sebagai icon kuliner tradisional Purwakarta, sebuah kabupaten terkecil di provinsi Jawa Barat. Sate maranggi dan Purwakarta bagaikan dua sisi koin mata uang yang tak terpisahkan. Kalau bicara Purwakarta, biasanya orang sudah langsung mengasosiasikannya dengan sate maranggi.
Kini sate maranggi bukan saja menjadi milik Purwakarta, tapi telah menjadi bagian dari kuliner bangsa Indonesia. Terbukti dengan masuknya sate maranggi sebagai salah satu dari 30 ikon kuliner tradisional Indonesia (IKTI) yang dikukuhkan oleh Kemenkeraf beberapa tahun lalu. Bukan itu saja, baru-baru ini sate maranggi diboyong untuk mewakili Indonesia di ajang World Street Food Congress yang diselenggarakan di Manila, Filipina bulan april lalu. Disana, sate maranggi terpilih sebagai salah satu dari 7 jajanan kaki lima favorit dunia. Keren yaa...
Makan Dimana?
Ada banyak rumah makan sate maranggi yang tersebar di seluruh wilayah Purwakarta. Anda yang sering melintas jalur Pantura, mungkin lebih tahu Sate Cibungur. Lokasinya yang strategis, dekat gerbang tol Cikampek, serta tempatnya yang berada ditengah hutan jati, membuat Sate Cibungur banyak diserbu para pelaju di jalur Pantura. Setiap hari ratusan mobil silih berganti keluar masuk rumah makan Sate maranggi Cibungur ini.
Tapi sate maranggi bukan hanya sate maranggi Cibungur saja. Cobalah mampir lebih jauh ke Purwakarta. Di sepanjang jalur Purwakarta-Wanayasa anda akan menemukan deretan Rumah Makan Sate Maranggi di sana. Yang terkenal ada Sate Abah Use dan Sate Anwar. Di depan Situ Wanayasa, anda juga akan menemukan deretan warung Sate, untuk sekedar menemani bersantai sambil menikmati panorama Situ Wanayasa. Mampir lebih jauh, di daerah Plered tersedia pusat jajan sate maranggi di dekat Stasiun Kereta Api. Sementara itu, setiap malam minggu, di areal taman kota Situ Buleud, digelar Kampoeng Maranggi sebagai pusat jajan sate Maranggi di dalam kota. Foodstand yang ada disana berasal dari penjual maranggi yang terkenal di Purwakarta.
Apa yang membedakan sate maranggi dengan jenis sate lainnya? Sate yang terbuat dari daging sapi atau kambing ini memang sedikit unik karena tak disajikan dengan bumbu kacang, sebagaimana lazimnya sate dari daerah lain. Sate maranggi biasanya disajikan dengan saus kecap pedas. Dengan campuran bumbu khusus, bumbu kecap ini menjadi terasa berbeda dibanding bumbu kecap biasa. Ia lebih kental dan tentu saja lebih gurih.
Sebelum dibakar, daging untuk sate maranggi ini harus direndam terlebih dahulu dalam beragam campuran bumbu. Soal campurannya, saya sendiri kurang tahu pasti apa saja, tapi yang jelas ada campuran lada, beragam rempah dan gula di dalamnya. Umumnya pula, sate maranggi biasa dipotong berbentuk dadu, dengan 3 potong daging kecil dalam setiap tusukannya. Keseragaman ini terlihat dengan menempatkan lemak ditengah potongan daging. Ini membuat rasanya lebih gurih dan aromanya sangat tercium saat disajikan. Adanya lemak dalam potongan sate maranggi juga akan membuatnya lebih nikmat dinikmati saat panas.
Makan sate maranggi terasa tak lengkap tanpa didampingi oleh sajian menu lainnya. Di Purwakarta, sate maranggi biasa disajikan dengan sop daging sapi dan karedok. Apa tuh karedok? Hmmm,…kalau istilah kerennya karedok adalah sejenis salad tradisional khas tatar sunda. Bahan olahan sayuran mentah terdiri dari kol, ketimun, terong dan kacang panjang yang dicampur dengan bumbu kacang.
Ayo ke Purwakarta…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H