Judul : Hidup Yang Lebih Berarti: Sosok Inspiratif untuk Dayakan Indonesia
Penulis : 20 Blogger Kompasiana
Penerbit : PT. Elex Media Komputindo
Cetakan : I
Tahun terbit : 2016
Tebal : X+190
ISBN : 978-602-02-7978-7
Bangsa Indonesia tidak pernah kekurangan orang-orang hebat. Di berbagai sudut negeri ini kita bisa menemukan orang-orang yang mampu membawa perubahan baik bagi dirinya maupun orang disekitarnya. Hebatnya, mereka bukan berasal dari golongan pengusaha besar, politisi, pejabat atau trah darah biru yang memiliki power lebih. Sosok-sosok sederhana yang menginspirasi ini tertangkap dalam tulisan 20 kompasianer yang terangkum dalam sebuah buku berjudul “Hidup Yang Lebih Berarti”.
“Kesuksesan bukan seberapa banyak uang yang mampu Anda hasilkan. Ini tentang perbedaan yang Anda buat bagi kehidupan orang lain”- (Michele Obama).
Saat membaca buku terbitan Elek Media Komputindo ini saya serasa membaca seri buku “Chicken Soup” yang sempat ngetrend beberapa waktu silam. Ini tak lain karena buku Hidup Yang Lebih Berarti ini memang berisi kisah-kisah yang berisi vitamin motivasi yang menggugah, terutama bagi mereka yang bergelut dengan dunia usaha maupun pemberdayaan. 20 kisah yang ada dalam buku ini berisi catatan perjalanan orang-orang yang bergerak dari titik nol hingga kemudian menemukan arti hidup yang lebih berarti, sesuai judul buku ini.
Menariknya, mereka yang diceritakan dalam buku ini adalah sosok-sosok manusia biasa seperti kita kebanyakan. Ya, buku ini memang bukan kumpulan kisah jatuh bangun para konglomerat dalam membangun bisnisnya atau perjalanan hidup pejabat besar maupun selebritis yang banyak dikenal masyarakat. Buku ini bercerita tentang perjuangan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), pemuda penggerak pemberdayaan, dan para pensiunan yang menolak diam hanya menunggu gaji pensiunan mereka. Bagi saya, kisah mereka membuat sisi inspirasional dari buku ini terasa lebih menyentuh. Bukankah ini lebih mengena di hati kita (pembaca) yang mayoritas adalah orang ‘biasa’ juga? Ini pula yang membuat saya seperti ketagihan untuk terus membaca lembar demi lembar buku ini sejak cerita pertama hingga terakhir. Terlebih gaya bahasa yang digunakan 20 kompasianer dalam buku ini banyak menggunakan cara bertutur, Story Telling, yang membuat kita serasa hadir dalam cerita mereka.