Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Belajar dari Metamorfosis Kota Bandung

25 September 2015   22:04 Diperbarui: 30 September 2015   06:06 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana dengan walikota lain dengan latar pendidikan jauh dari arsitektur atau perencanaan kota? Ini bukan masalah. Jauh sebelum Bandung, kita bisa melihat keberhasilan Surabaya dalam menata kotanya serta bagaimana kota tersebut menyediakan banyak ruang publik. Sebelum periode walikota Risma, adalah walikota Surabaya Bambang DH yang telah meletakkan dasar tata kota Surabaya hingga bisa menjadi seperti sekarang ini. Background akademisnya adalah bidang pendidikan, bukan perencana kota. Jadi, soal latar belakang pendidikan pemimpin kota bukanlah poin pentingnya.

Ini menjadi peringatan bagi kita. Jika kita ingin hak atas ruang publik di kota kita terpenuhi, mulai sekarang mari cermati dulu program-program yang ditawarkan oleh mereka yang maju mencalonkan diri jadi pemimpin kota nantinya. Adakah niat untuk membangun ruang publik yang memadai dalam program kerja mereka? Atau jangan-jangan hanya menambah sesak kota dengan pembangunan gedung-gedung beton kapitalis?

Tantangan kedua yang selalu mengemuka adalah soal pembiayaan. Banyak pemerintah kota mengklaim APBD mereka tidak mencukupi untuk membangun banyak ruang publik. Dana yang tersedia sudah banyak tergerus oleh urusan lain yang dirasa lebih urgent. Untuk hal ini, lagi-lagi Bandung memberi contoh bagaimana solusinya.

Persoalan APBD yang pas-pasan juga dihadapi oleh pemerintah kota Bandung. Namun, alih-alih mengabaikan pembangunan ruang publik, secara kreatif kota ini mencari sumber pembiayaan lain. Bandung kemudian menyasar pembiayaan dari dana CSR (corporate Social Responsibility) beberapa perusahaan besar baik nasional maupun multinasional. Bahkan demi mengejar dana CSR ini, walikotanya rela terbang menjemput bola ke berbagai Negara. Menurut Ridwan Kamil, di luar sana banyak perusahaan multinasional yang kebingungan mengucurkan dana CSR mereka. Inilah peluang yang coba ditangkap oleh kota Bandung.

Sebagai gambaran, selama tahun 2014 kota Bandung mampu mengumpulkan dana sebanyak 18 Milyar sebagai sumbangan pihak ketiga (salah satunya dari CSR) untuk revitalisasi taman kota. Sedangkan untuk tahun 2015 sumbangan dana pihak ketiga sampai bulan Juli saja mencapai 25 Milyar yang peruntukannya lebih difokuskan untuk bersolek dalam menyambut Konferensi Asia Afrika (KAA). Dampaknya? Lihat saja sepanjang jalur Asia Afrika, kini lebih tertata dan menarik.

[caption caption="Warga Bersantai di Sepanjang Jl. Asia Afrika (Sumber foto kiri: FB Ridwan Kamil; Foto kanan: galamedianews.com)"]

[/caption]

Katanya Bandung juga berencana menggunakan skema PPP (Public Private Partnership) untuk pembangunan kota mereka. Nantinya melalui skema pembiayaan ini pembangunan beberapa project besar di kota ini akan didanai oleh swasta terlebih dahulu, mungkin termasuk pembangunan ruang publiknya. Meskipun masih debatable, setidaknya ini menjadi gambaran bagaimana kota ini berupaya mencari sumber alternatif pembiayaan pembangunan daripada hanya berpaku pada APBD saja.

Permasalahan ketiga yang sering mengemuka adalah soal penyediaan lahan yang terbatas. Soal ini Bandung mengambil langkah dengan melakukan revitalisasi taman kota eksisting, serta mempergunakan lahan kosong maupun terlantar untuk disulap menjadi ruang publik. Sebagai gambaran, Bandung sebenarnya telah memiliki 604 taman kota yang tersebar di berbagai wilayah. Dari jumlah ini, ditargetkan akan direvitalisasi sebanyak 40 taman menjadi taman tematik. Sebagian taman sudah berwujud sebagaimana kita lihat di kota Bandung saat ini. Lihatlah bagaimana Taman Alun-Alun Bandung dirubah menjadi hamparan karpet hijau tempat para orang tua bercengkerama dengan anak-anaknya.

[caption caption="Revitalisasi Taman Alun-Alun Bandung (Sumber foto kiri: bisnisislam.kemenag.co.id; foto kanan: beritasatu.com)"]

[/caption]

Soal pemanfaatan lahan terlantar, tengok bagaimana Bandung menyulap area kolong jembatan jalan layang Pasupati yang tadinya digunakan sebagai lahan parkir liar serta tempat mangkal anak jalanan berubah menjadi taman tematik. Disana berdiri Taman Jomblo, Taman Film serta area bermain Skateboard. Lahan yang dulunya terkesan gelap, kumuh dan menyeramkan diubah menjadi taman yang atraktif.

[caption caption="Metamorfosis Kolong Jalan Layang Pasupati (Sumber Foto Kiri: infobandung.co.id; foto kanan: tempo.co)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun