Bagaimana Teknologi Blue Core sepeda motor matik keluaran Yamaha bisa menghasilkan performa yang maksimal? Ternyata ia akan bekerja optimal apabila dipadukan dengan bahan bakar jenis Pertalite. Bagaimana bisa? Berikut penjelasannya berdasarkan pengalaman saya sendiri menggunakannya.
Setiap kali ada sales datang menawarkan barang, biasanya saya tak pernah menanggapi serius penjelasan mereka mengenai produk yang ditawarkannya. Saya selalu menyetel alarm curiga di otak ini terhadap mereka. pastinya setiap sales akan selalu menyebutkan barangnya adalah yang terbaik, makanya saya tak pernah percaya pada mereka. Dalam memilih barang, saya harus selalu berdasarkan pengalaman sendiri,atau dari testimoni teman terdekat.
Pengalaman ini saya alami pula dengan produk Yamaha. Masih ingat dalam ingatan awal tahun ini kantor kami kedatangan sales Yamaha menawarkan motor andalah mereka. dengan membawa booklet berisi produknya, mereka mulai mengumpulkan kami untuk melakukan presentasi mereka. yang saya ingat, mereka menawarkan produk motor matic keluaran terbaru mereka, masih dari berbagai varian Yamaha Mio. Seingat saya, berkali-kali sang sales menekankan bahwa motor ini dikembangka berdasarkan teknologi Yamaha terbaru yang diberi nama Blue Core. Yang saya ingat, katanya dengan teknologi ini motor matik Yamaha terbaru akan lebih efisien, handal dan bertenaga.
[caption caption="Booklet Promosi Yamaha (sumber: Dokpri)"]
Saat itu, saya tak terlalu menanggapi penjelasannya secara serius. Alarm curiga saya bekerja dalam otak ini, pastilah dia melebih-lebihkan produknya demi mendapatkan konsumen. Mana ada motor yang bisa lari kencang tapi irit bahan bakar? Yang ada motor jenis ini pastilah boros bahan bakar. Atau kalau dibalik, motor irit pastilah gak bisa diajak lari kencang. Si Blue Core rupanya mau membalikkan fakta tersebut? Mana ada,.. alarm curiga ini membuat saya bersikap skeptis.
Waktu berlalu, beberapa teman kantor yang memang fanatic Yamaha pada akhirnya membeli motor matik Yamaha generai Blue Core tersebut. Entah karena termakan rayuan si sales atau memang mereka butuh beli motor baru, yang jelas beberapa teman kantor akhirnya memakai motor Yamaha Mio terbaru.
Sempat mencoba beberapa kali motor Yamaha teman tersebut dalam rentang waktu yang lama, persepsi saya pada penjelasan sales berubah. Saya harus mengakui bahwa apa yang dibilang olehnya benar adanya. Motor Yamaha keluaran terbaru ini ternyata memang irit dan bertenaga. Memang ada syarat aneh yang diminta teman setiap kali saya meminjam motornya; isi bensinnya harus dengan Pertalite. Teman-teman tahunya bensin jenis inilah yang disarankan para montir di bengkel resmi Yamaha tempatnya melakukan service berkala. Ini sebenarnya syarat yang menyebalkan. Bukan apa-apa, Pertalite di kota kami hanya tersedia di 2 SPBU saja, masih terbatas.
[caption caption="Mio berteknologi Blue Core yang sering saya pinjam (sumber: dokrpri)"]
Entah karena faktor mesin Blue Core dalam motor tersebut, atau karena faktor Pertalite, atau memang kombinasi keduanya, motor Yamaha yang saya pinjam memang benar-benar beda. Ia lebih responsif diajak lari kencang, tak ada hentakan ketika motor digas mendadak, mesin terasa halus, tak terdengar bunyi klitik-klitik dari mesin, serta tentu saja irit bahan bakar. Indikator bensin tak beranjak turun meskipun motor ini diajak berkeliling kota seharian penuh. Suatu pengalaman yang benar-benar beda. Saya sampai geleng-geleng kepala.
Sedikit penasaran, saya mencoba mencari tahu rahasia kehandalan motor-motor Yamaha yang saya pinjem ini. analisa awal saya, selain dari faktor mesinnya, pasti juga ada pengaruh penggunaan Pertalite dalam motor mereka yang menyebabkan kinerjanya begitu handal. Saya coba menginvestigasinya. Dan inilah penjelasannya.
Teknologi Blue Core
Teknologi Blue Core Yamaha ini pada dasarnya adalah inovasi yang dilakukan oleh Yamaha terhadap desain konstruksi mesin yang sudah ada, istilahnya merekonstruksi ulang setelan mesin yang ada. Apa yang diharapkan dari hasil rekonstruksi ini adalah akan dihasilkan mesin yang mampu menghasilkan proses pembakaran menjadi lebih sempurna, bensin lebih irit, jarak tempuh lebih jauh. Untuk menghasilkan mesin dengan karakteristik tersebut, rekonstruksi mesin harus berprinsip pada tiga hal; meningkatkan efisiensi pembakaran (increasing combustion efficiency), mengurangi potensi tenaga yang hilang (reducing power loss), dan meningkatkan efisiensi pendinginan (increasing cooling efficiency).Â
Rekonstruksi yang dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi pembakaran, antara lain dengan dilakukan dengan menggunakan kapasitar alat pembersih udara (air cleaner) yang besar; mengoptimalkan settingan sistem injeksi bahan bakar; mengoptimalkan layout dan ruang pembakaran yang lebih kompak.
[caption caption="Perbandingan Kinerja Pembakaran Teknologi Blue Core dengan Desain Mesin Sebelumnya (Sumber: Channel Youtube Freedom Otomotif)"]
Sedangkan untuk meningkatkan efisiensi pendinginan, dilakukan dengan mendesain posisi radiator dan cooling fan yang lebih kompak pada sisi samping mesin; mendesain thermostat dengan penambahan katup bypass yang menjaga sirkulasi pendingin pada radiator untuk memaksimalkan proses pendinginan untuk mencapai efisiensi bahan bakar; serta menggunakan DiASil silinder berbahan full aluminium yang berkontibusi pada performa pendinginan yang lebih maksimal.
[caption caption="Konfigurasi Sistem Pendingin dalam Teknologi Blue Core Yamaha (sumber: channel Youtube Freedom Otomotif)"]
Terakhir, untuk mengurangi potensi tenaga yang hilang, rekonstruksi dilakukan dengan menambahkan roller rock arm yang berfungsi mengurangi resistensi friksi; penggunaan offset Silinder untuk mengurangi daya tekan piston terhadap dinding silinder yang dapat mengurangi daya friksi; dan penggunaan Compact ACM yang berfungsi sebagai generator listrik yang efisien.
Dari ketiga prinsip rekonstruksi mesin inilah, teknologi Blue Core mampu menghasilkan mesin yang  irit, tapi tetap bertenaga. Dengan teknologi Blue Core ini, mesin tetap handal meskipun dipake dalam jangka waktu yang lama.
Pertalite untuk Teknologi Blue Core
Mesin yang handal akan bekerja optimum apabila disuplai dengan bahan bakar yang sesuai karakteristik mesin tersebut. Mesin motor Yamaha berteknologi Blue Core disetting dalam rasio kompresi berkisar pada angka 9.3:1 sampai dengan 10,5:1. Untuk mendukung kinerja mesin pada rasio ini perlu didukung dengan bahan bakar dengan nilai oktan minimal 90. Nah, Pertalite memiliki nilai Research octane number (RON) 90, artinya memenuhi standar untuk dipakai pada mesin Blue Core. Inilah alasannya mengapa motor Yamaha yang saya pinjam memiliki performa maksimal.
Sedikit membahas hubungan nilai oktan dengan rasio kompresi motor, nilai oktan pada bahan bakar ini sangat berhubugan dengan peruntuka rasio kompresi, dimana rasio kompresi adalah perbandingan antara volume langkah piston dengan volume ruang bakar saat piston pada posisi titik mati atas (TMA). Makin tinggi rasio kompresi mesin maka membutuhkan bahan bakar dengan nilai oktan makin tinggi (makin tahan tekanan tinggi sebelum terbakar). Karena itu, penting untuk megetahui berapa rasio kompresi motor yang kita pakai.
Mengapa tidak memakai Pertamax dengan angka RON 92? Tentu saja bisa, malah lebih bagus. Tapi perlu diingat ada faktor harga yang juga menentukan pemilihan bahan bakar motor kita. Harga pertamax yang cukup mahal membuat kantong bisa tipis, sementara harga Pertalite yang tak berbeda jauh dari premium (RON 88) cukup ekonomis dibanding menggunakan pertamax. Yang penting nilai RON Pertalite memenuhi syarat oktan yang dibutuhkan oleh mesin Blue Core ini.
Saran saya, kalau bisa sih usahakan tidak memakai bahan bakar jenis premium untuk motor Yamaha berteknologi Blue Core ini. Selain performa mesin tidak akan maksimal, kandungan timbal yang tinggi dalam bensin jenis ini juga bisa menimbulkan kerak dalam mesin yang bisa merusak kinerja mesin dalam jangka waktu yang lama. Sayang kan motor berteknologi tinggi, dengan jaminan efisien, handal dan bertenaga harus rusak gara-gara penggunaan bahan bakar yang salah. Mau irit tapi malah bikin bangkrut dikemudian hari juga gak bijak kan?
Salah satu kendala dalam penggunaan Pertalite ini adalah distribusi penyedia bahan bakar ini yang belum merata. Pertalite masih tersebar secara terbatas di beberapa SPBU, bahkan di kota saya hanya 2 SPBU yang menyediakannya, sementara SPBU lain masih belum menyediakannya. Tapi yakin deh, ke depannya pihak Pertamina akan lebih gencar mendistribusikannya secara merata.
Dari penjelasan diatas, bolehlah disimpulkan bahwa performa hebring Yamaha Blue Core ini bisa tercapai maksimal bila didukung dengan Pertalite, yang memang sangat pas sebagai paduan teknologi ini. Bukan begitu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H