APA DASAR REALITAS ?
Pertanyaan yang sederhana dan sangat mendasar tapi rumit untuk dijawab, Mengapa ?
Karena sains,filsafat maupun agama memiliki jawaban berbeda.Dalam sains saja teori Newton,teori relativitas serta teori kuantum bisa memiliki jawaban berbeda, karena 3 teori besar itu melihat realitas dari dimensi berbeda.Apakah 3 teori besar ini saling meruntuhkan ketika bicara kenyataan ? Sebenarnya tidak
Dalam filsafat seperti kita tahu ada beragam aliran ontologi,bahkan yang berlawanan pandangan seperti idealisme vs materialism.Dalam agama wahyu jawaban akan terfokus pada satu jawaban karena di muarakan hanya pada satu Tuhan walau di ruang penafsiran bisa ada beda pendapat
Secara logika dan contoh di dunia nyata untuk memahami dasar tentu kita mesti mengamati permukaan karena permukaan mencerminkan dasar dan dasar bisa diselami lewat permukaan.Secara logika permukaan mustahil kontradiksi dengan dasar karena permukaan adalah fenomena yang dihadirkan oleh adanya dasar atau karena memiliki dasar.Bila antara permukaan dengan dasar difahami berlawanan-kontradiksi maka yang keliru nampaknya adalah sang pengamat dan bukan obyek
Istilah "permukaan" di dunia metafisika atau di dunia ilmu secara umum itu sering merujuk pada suatu yang nampak-yang lahiriah-yang empirik, Sedang dasar nya sering difahami sebagai suatu yang abstrak atau tak nampak atau metafisis kalau dalam metafisika
Di dunia metafisika hubungan antara yang nampak sebagai permukaan dengan yang abstrak sebagai dasar itu di telusuri oleh akal melalui mekanisme hukum kausal, Contoh adanya hal beraturan di alam itu menunjukkan adanya mekanisme deterministik terus dihubungkan dengan keharusan adanya penata.Dan prinsip kebetulan (menolak adanya desainer) ditolak karena tidak sinkron dengan hukum kausalitas
Nah cara sains berbeda, Dalam dunia sains upaya untuk mencari dasar dari realitas itu bukan dengan cara berpikir logic tapi mencarinya dengan cara menelusurinya hingga ke level dunia kuantum lalu bertemulah dengan narasi seperti ketakpastian-probabilitas-realitas yang seperti ilusi-absurditas-dualisme gelombang partikel-fenomena partikel tuhan,dark energi,dark matter dlsb
Jadi sains tidak peduli dengan argument logic atau cara cara akal dalam mereduksi dunia nampak karena acuan sains bukan logika atau permainan akal tapi pengamatan atas obyek materi sebatas ia dapat diamati tentunya
Nah kontradiksi antara pandangan berdasar sains dengan argument akal dapat terjadi ketika bicara dasar realitas
Contoh ; Kalau kita amati fenomena adanya suatu yang beraturan-mekanisme deterministik di dunia nampak maka logika akan menyatakan bahwa itu mustahil lahir dari ketakpastian atau prinsip probabilistik apalagi chaotik-Artinya mesti berasal dari kepastian pula atau dari kepastian yang telah diatur oleh yang mengatur,Terlepas orang mau percaya atau tidak pada Tuhan tapi logika tetep akan menyatakan bahwa "keteraturan mustahil lahir dari kebetulan-prinsip probabilistik apalagi chaotisme".Mengapa ? Karena itu contoh yang ada-terjadi di dunia nyata.Prinsip "kebetulan yg bisa melahirkan ketertataan" tak akan pernah bisa di praktekkan di dunia nyata bahkan sains pun tidak bisa melakukannya
Tapi apa sains peduli dengan argument akali ?
Kalau fenomena yang ditemukan sains di dunia kuantum adalah ketakpastian dan lalu orang menyebut itulah dasar realitas berdasar sains ya orang tak bisa maksa agar orang pake persfectif akali bukan ?
Tinggal mau kemana pilihan orang berlabuh ; Mau berpegang pada deskripsi akal atau pada tangkapan inderawi atas realitas kuantum ?
Apakah anda mau memakai akal atau dunia indera sebagai acuan dalam memahami dasar realitas ? Atau berupaya menggabungkan keduanya ?
Kalau saya memilih berupaya menggabungkan keduanya  termasuk menyelidiki secara logika mengapa sih dalam dunia kuantum bisa ada fenomena ketakpastian ?
..............
ARTIKEL KEDUA
Penjelasan sederhana sudah saya jelaskan pada artikel sebelumnya bahwa bila dalam dunia nampak atau level permukaan kita menangkap adanya sistem-mekanisme maka secara logika mustahil dasarnya adalah ; kebetulan,keacakan,ketakpastian,probabilistik karena tak pernah ada contoh di dunia nyata bahwa kebetulan, ketakpastian, keacakan,chaotisme SIM SALABIM bisa mewujud menjadi mekanisme yang beraturan-baku- permanen.Sebuah konstruksi mesin misal,tak bisa berasal dari pikiran acak penuh ketakpastian.
Sebuah mesin dibuat dengan tujuan pasti,dengan mekanisme yang baku-permanen,digunakan untuk tujuan tertentu yang telah dididesain.Jadi tak ada pikiran acak atau serba tak pasti dibalik sebuah mekanisme mesin
Tapi apakah prinsip sains mengacu pada argument logika (murni) seperti itu ? Tentu saja tidak,se rasional apapun penjelasan logika,maka sains tetep akan punya cara dan metode tersendiri dalam upaya mengungkap realitas hingga ke dasarnya
Dan cara sains tentu bukan meloncat ke jalur penjelasan metafisis dengan memakai kategori penjelasan logic,seperti dalam filsafat karena itu bertentangan dengan prinsip metodologi sains
Seperti kita tahu sampai saat ini sains mencarinya lebih ke atau di ranah kuantum. Disanalah para saintis mengamati apa yang mereka persepsikan sebagai "sifat dasar realitas".Dan seperti kita tahu lahir deskripsi deskripsi ttg realitas ala kuantum yang kadang sulit difahami logika dan - karena kadang dipertentangkan dengan realitas nampak.Seperti tak ada penjelasan linear antara dunia mikroskopis dengan level makrokosmos nya.Dunia kuantum menjadi seperti area penuh mysteri dibanding level makrokosmos yang sistemnya lebih mudah dibaca
Apalagi bila lalu dimuarakan ke simpulan filosofis misal pandangan sebagian orang bahwa "dasar realitas adalah prinsip ketakpastian".Sebuah simpulan filosofis yang berbeda baik dengan  filsafat maupun ala agama
...............................
ARTIKEL KE 3
Jadi,beda dengan filsafat serta agama yang melihat dari aspek metafisik,sains mencari dasar realitas bukan ke dunia metafisik tapi masih dunia fisik yang masih dapat diamati tapi levelnya sudah mikroskopis-level partikel elementer.Dan seperti kita tahu lahir deskripsi deskripsi kuantum yang berbeda dengan tetapan tetapan baku fisika klasik bahkan seperti berlawanan dengan logika dunia nampak
Kalau pada level realitas "dunia nampak" atau "materi padat" (fisika klasik) realitas fisik dapat di deskripsikan dengan hukum hukum deterministik dan matematis maka pada akar atau dasarnya, realitas dijelaskan oleh seperangkat penjelasan matematis yang nampak absurd
Matematika kuantum tidak menempatkan hukum kausal sebagai unsur determinan- yang bisa menggambarkan urutan sebab-akibat tanpa henti dan mereduksinya pada prinsip deterministik seperti fisika Newton.Ini tentu berdasar observasi bahwa fisika sebab-akibat deterministik gagal ketika diterapkan di level sub atomik
Maka matematika kuantum memberi peluang probabilitas untuk kemungkinan hasil yang berbeda - utk sesuatu yg tak dpt diramalkan. Maka prinsip ketidakpastian dianggap memiliki peluang untuk ada didalamnya.Bila satu bagan dapat diukur dengan tepat, beberapa ketidakpastian tetap ada untuk bagan yg lain.Inilah bedanya mekanika kuantum dengan mekanisme Newton,ia bisa masuk ke area yg tak terjangkau hukum fisika klasik yang mereduksi realitas pada tetapan tetapan kepastian.
Seperti kata Bohr dalam perdebatan filosofisnya dengan Einstein ; penjelasan deterministik adalah ambigu dalam sistem kuantum.Ini menggambarkan ada perdebatan sengit dikalangan saintis sendiri soal dasar dari realitas bila di tarik ke level filosofis,Dan perdebatan Einstein vs Bohr adalah simbolik nya
Mekanisme kuantum seperti memeriksa ulang realitas yang sudah dirumuskan teori teori besar sebelumnya (Newton,relativitas), Dengan kata lain, perlu penjelasan kuantum bila ingin mengetahui  dasar realitas versi sains terkini
Maka itulah dasar realitas yang digali dalam dunia kuantum sepintas seperti berlawanan dengan logika yang disusun oleh perangkat sebab akibat deterministik seperti konsep yang ada dalam agama wahyu maupun fisika klasik
Pertanyaannya ; Apakah hakikatnya memang demikian ? Apakah partikel elementer memiliki dunia dan hukum tersendiri yang berbeda dan terpisah dengan dunia kasat mata nya ?
Itu mustahil,Karena dunia kuantum dan dunia nampak adalah suatu kesatuan dalam keseluruhan dan mustahil dua bagan itu di konstruks oleh hukum yang misal berlawanan atau berjalan ke arah yang berlawanan.Mekanisme yang ada di alam semesta mustahil kalau dikendali oleh dua daya-kekuatan yang berlawanan
Lalu mengapa ada prinsip ketakpastian, ambigu,probabilitas,dunia ilusi dlsb seperti narasi narasi yang dibuat orang ketika bicara teori kuantum ?
Kalau pake logika dasar bahwa "(untuk memahami) dasar cerminnya adalah permukaan dan permukaan adalah cermin dari dasar" tentu mustahil dunia nampak dan dunia kuantum ada pada dua kutub yang substansinya terpisah termasuk secara hukum alam universal.Atau dengan kata lain,dua dimensi itu secara logika mesti ada dalam satu ikatan hukum alam universal.
Masalahnya adalah ; Apakah manusia bisa membaca secara utuh bentangan hukum alam universal termasuk yang kaki kaki nya sudah ada di ranah non fisik ?
Apa yang manusia amati di ranah kuantum dan tampak sebagai fenomena ketakpastian, probabilitas,ambigu,seperti dunia ilusi,itu sebenarnya bukan hakekat realitas tapi cuma penampakan kepada manusia yang batas kemampuannya dalam membaca bentangan hukum sebab akibat universal memang terbatas
Karena itu prinsip ketakpastian lebih pada ketakmampuan manusia membaca hal hal yang pasti secara lebih jauh,Dan probabilitas lebih pada ketak mampuan manusia membaca secara utuh bentangan hukum sebab akibat yang menyeluruh
.............
Mana yang lebih "berkuasa" atau punya otoritas dalam menentukan realitas ; mekanisme deterministik atau probabilitas yg mengacu pada ketakpastian ? Jawabannya akan seperti bergantung kemana kita mau melihatnya dari sudut mana.Tapi agama jelas bukan melihat dari sudut sudut kuantum seperti yang dideskripsikan para saintis
Kalau memakai persfective logika-bukan kuantum maka unsur kepastian dan faktor determinan tentunya yang lebih dikedepankan walau itu bukan bersifat empiris tapi logic-difahami dalam pikiran.Ini tentu mendukung penjelasan agama dan bersesuaian dengan realitas yang ada dlm keseharian kita bahwa tak ada hal pasti-mekanistis yang bisa didesain oleh ketakpastian probabilistik (seperti logika teknologi)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI