Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

R.I.P ; Ketika kebenaran sekarat lalu mati

28 Januari 2025   08:18 Diperbarui: 28 Januari 2025   08:18 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian orang menganggap kebenaran agama "tidak dinamis" seperti sebagaimana perkembangan filsafat serta sains,Tapi kalau landasan agama adalah sesuatu yang bisa dirubah ubah oleh manusia,berubah ubah oleh situasi dan kondisi zaman atau oleh perkembangan ilmu maka agama tidak akan bisa jadi pedoman hidup.Jadi pedoman hidup itu idealnya pada sesuatu yang bersifat tetap,baku,permanen alas "hakiki",Yang berubah ubah tanpa ada kepastian dan ketetapan bagaimana bisa dijadikan pedoman hidup hakiki ?

Para filsuf klasik masih memiliki karakter mencari cari formula-system metafisika untuk merumuskan bentuk kebenaran seperti itu-bentuk kebenaran yang konstruktif-sesuai fitrah akal yang karakter cara berpikirnya sistematis- terstruktur- tidak kacau,Maka karakter logosentris (oroentasi pada pemahaman akal) sesuai untuk itu.Tapi para filsuf kontemporer menggoyangnya dan lahirlah filsafat yang lebih orientasi pada kebebasan menafsir ketimbang mencari kebenaran terstruktur ala rasionalism dimana akal menjadi pemain utamanya

Di era post mo kebenaran seperti makhluk hidup yang tengah sekarat,Karena kedudukan sentralnya sebagai pemilik otoritas akal terus digoyang goyang oleh pemikiran pemikiran baru yang tidak orkentasi pada karakter logosentris,  Dan di era post truth kebenaran (model agama wahyu- logosentrisme-rasionalisme) itu nampaknya sudah mati

Karena di era post truth orang seperti tak lagi mempersoalkan persoalan mendalam seperti "kebenaran hakiki" dengan model cara berpikir yang logosentris,alias sudah dianggap konsep kuno,Di saat itu yang lebih menyita perhatian orang adalah hal hal yang tengah viral,opini opini yang berseliweran di media.Orang orang seperti tak lagi tertarik bicara atau menulis soal "kebenaran," karena itu dianggap ranah pribadi-privat-hal subyektif bahkan SARA

Dan bila kita renungi sungguh ironis bahwa sejarah perjalanan kebenaran di wilayah "barat" adalah perjalanan kebenaran menuju kematiannya (?)

Tapi kenyataannya memang demikian adanya,perjalanan filsafat sejak era klasik hingga era milenial saat ini seperti seorang yang asalnya ada di dasar laut nan dalam lalu makin lama makin berjalan menuju ke permukaan,Dan akhirnya setelah ada di permukaan ia lupa jalan kembalinya ke tempat asalnya di kedalaman karena jalan kembalinya telah ditutup

Itulah tak dapat dipungkiri bahwa perjalanan filsafat di dunia "barat" makin lama makin berjalan menuju cara pandang empiristik,positivistik,materialistik,Itu dimulai misal ketika John locke-David hume dan para pemikir aliran empirisme memproklamirkan system filsafatnya, Kemudian Kant membelah filsafat pada dualisme fenomena- noumena,Kemudian para filsuf aliran Wina seolah menegaskan harus kemana filsafat barat berlabuh,Dan Auguste comte memberi bingkai penyempurna-sentuhan akhir bagi filsafat barat yang menegaskan hegemoni sains sebagai konsep ilmu materi yang sudah resmi berpisah dengan metafisika

Kondisi demikian itu memberi jalan bagi filsafat materialisme maupun materialisme ilmiah untuk bangkit kembali dalam peradaban dan seolah kini memiliki legitimasi baru dalam sains

Dan di sisi lain metafisika yang makin ditinggalkan telah dinyatakan "mati" oleh sebagian orang termasuk oleh pernyataan Hawking (pernyataannya ; "filsafat telah mati").Dan hadirnya gagasan "post truth" adalah hanya salah satu muara-akibat dari beragam kondisi ysng saya gambarkan tadi,Itu terjadi ketika konstruksi yang menopang kebenaran (argument akali-logosentrisme) sudah digoyang goyang oleh para pemikir post mo dan seperti runtuh sama sekali di era post truth

.........

Artikel ke 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun