Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bermain logika dalam sains

31 Desember 2024   09:26 Diperbarui: 31 Desember 2024   09:26 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images ; worksheet planet

Sampai level kuantum sebenarnya kondisi demikian masih ditemukan,buktinya orang bisa mengelola partikel atau element kuantum menjadi teknologi digital atau AI. Karena teknologi bisa dibuat bila element yang membentuknya dapat di ukur dengan pengukuran serba pasti dan terukur

Tapi ujung terdalam dari dunia kuantum bukanlah obyek yang serba bisa diamati- diukur dan di pastikan.Melihat realitas materi di level kuantum seperti melihat gradasi warna dari hitam ke putih dan batasnya bukan sesuatu yang bisa diamati secara kasat mata.Di dunia kuantum kita seperti melihat gradasi warna abu abu lalu gradasi tersebut menghilang kedalam putih

Jadi kalau menilai pake logika ; disini kita bisa menemukan batas sains dalam mengukur obyek.Obyek bisa di ukur dan dipastikan hasil pengukurannya bila obyek nya dapat diamati dan di ketahui seluruh atribut yang membatasinya semisal volume nya,massanya,verakannya dlsb yang orang sains lebih tahu

Sedang di dunia kuantum pengamatan sudah mulai blur hingga subyektifitas sang pengamat bisa ikut terlibat dan atribut yang melekat pada obyekpun sudah tidak bisa serba dipastikan,sebagai contoh dualisme partikel-gelombang ketika kita mengamati cahaya,Atau superposisi kuantum yang tidak tetap-permanen pada satu posisi

3.Mengapa prinsip sains dengan materialisme dan saintisme berbeda ?

Sains adalah institusi ilmu dengan visi misi merumuskan kebenaran empiris- bentuk kebenaran yang dapat di verifikasi secara indera.Maka dlm sains sesuatu belum diposisikan sebagai kebenaran bila belum bisa dibuktikan secara empiris

Sedang visi misi materialisme maupun sainstisme itu sudah berbeda dengan sains dan arahnya bersifat filosofis-bahkan ideologis-substabsinya bukan lagi terkait obyek fisik-materi yang dikelola oleh sains

Maka berdasar logika,dua hal yang substansi-prinsip sampai visi misinya berbeda tidak bisa serba di paralelkan atau apalagi disejajarkan atau disederajatkan,Sehingga pertama kita harus menempatkan sains pada posisinya sesuai prinsip dasarnya dan yang sudah berbeda prinsip dasarnya maka harus ditempatkan diluar sains.Sehingga mesti di pertanyakan bila penganut pandangan materialisme atau saintisme selalu mengatas namakan sains.Karena substansinya sudah berbeda antara obyek sains yang bersifat fisik-materi dengan sesuatu yang sifatnya sudah filosofis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun