Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menjelaskan manusia,bisakah full secara material ?

28 Desember 2024   17:14 Diperbarui: 28 Desember 2024   17:14 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

-Menggunakan terminologi yang materialistik dan tidak meminjam istilah yang sifatnya dualistik atau metafisis.

Saat ini, sains memiliki banyak istilah untuk menggambarkan fungsi otak, seperti "sinapsis," "neurotransmiter," atau "neuroplasticity," tetapi belum memiliki bahasa materialistik yang sepenuhnya menggantikan istilah seperti "pikiran" atau "kesadaran."

4. Potensi dan Tantangan Masa Depan.

Materialisme ilmiah mungkin terus berkembang, terutama dengan kemajuan dalam neurosains, fisika kuantum, dan teknologi AI.
Namun, untuk menyamai atau bahkan menggantikan penjelasan dualistik, harus ada:
-Kemajuan signifikan dalam memahami mekanisme dasar kesadaran.
-Bahasa ilmiah yang benar-benar baru untuk menggambarkan pengalaman manusia tanpa bergantung pada istilah psikologi-ruhaniah.

Jika ini tercapai, mungkin saja peran psikologi tradisional atau agama dalam menjelaskan kesadaran akan berkurang.
Namun, hingga saat ini, penjelasan dualisme jiwa-raga tetap relevan karena mampu mengakomodasi aspek subjektif manusia yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh sains material.

5. Kesimpulan.

Fenomena pikiran-kesadaran manusia adalah wilayah yang kompleks dan multidimensional. Materialisme ilmiah menghadapi tantangan besar untuk menjelaskan aspek-aspek ini secara penuh, baik dari segi mekanisme maupun bahasa. Selama sains belum mampu menjelaskan kesadaran secara komprehensif dalam kerangka materialistik, penjelasan dualisme jiwa-raga akan tetap menjadi pendekatan yang sahih dan relevan.

-oOo-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun