Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apakah AI bisa mereplikasi pikiran secara seutuhnya

22 November 2024   08:56 Diperbarui: 24 November 2024   10:30 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images ; cold spring harbour laboratory

Seseorang di group debat mengatakan bahwa kesadaran pikiran saat ini sudah bisa di replikasi oleh AI dengan cara melacak fungsi neuron manusia,sebuah klaim yg menyiratkan kesadaran yang ada pada diri manusia seolah hanya mekanisme material yang diproduk neuron yang eksistensi pergerakannya sepenuhnya dapat ditiru oleh teknologi AI sebagaimana data data dalam teknologi komputasi dapat mereplikasi cara berpikir manusia yang sistematis.Seolah dalam diri manusia tak ada lagi yang mysteri karena semua-keseluruhannya termasuk cara berpikirnya serta trigger atau pemicu berpikirnya dapat direplikasi oleh teknologi AI

Dibalik data data yang bermain dalam mesin AI adalah mekanisme algoritma yang grand design-kerangka dasar-operation systemnya disetting sang programmer, Sedang dibalik pikiran manusia yang bermain dalam neuron bukan mekanisme algoritmatik yang bisa dibaca mesin AI dan ditiru programmer karena latar atau triggernya berupa niat,hasrat serta kehendak jiwa yang tidak bisa dibaca,direkap serta direplikasi oleh teknologi komputasi

Dan kalau melihat teknologi AI yang telah berkembang hingga saat ini maka terlalu banyak dari diri manusia yang belum bisa ditiru,bukan hanya hasrat dan kehendak personalnya tapi juga aspek ruhaniah-psikologis lain seperti mimpi, intuisi,imajinasi bebas,rasa cinta dlsb. Artinya teknologi AI masih bergantung sepenuhnya pada kreasi atau settingan programmer.Sang programmer belum bisa membuat robot berteknologi AI yang misal bisa sepenuhnya mikir sendiri lalu melahirkan ide-gagasan berdasar kreatifitasnya sendiri,Atau misal mengalami mimpi,memperoleh intuisi, memiliki keyakinan dst

Jadi data yang bermain dalam mesin AI atau settingan programmer hanya bisa meniru mekanisme cara berpikir manusia tapi tidak akan bisa meniru misal sifat serta hal yang bersifat personal dari diri manusia.Maka mesin robot AI memainkan data data itu bukan berdasar kehendak personal sang robot tapi berdasar tiruan atau replikasi cara berpikir  nalar manusia

Robot AI juga belum bisa memiliki teknologi "timang rasa" atau menimang nimang dengan rasa seperti halnya manusia yang memiliki perasaan hati.Manusia bisa menimang nimang dengan perasaan apakah sesuatu baik atau tidak untuk dilakukan atau dikatakan.Ini terjadi karena robot tidak memiliki perasaan seperti manusia

Jadi misal kedalam robot sudah berhasil di tanam tiruan atau replikasi sifat personal manusia maka pada diri sang robot AI itu sudah tak perlu lagi ditanam settingan program yang harus dimainkan karena secara otomatis akan "berpikir" sendiri berdasar sifat personalnya tersebut-bukan lagi berdasar settingan sang programmer.Mengapa sang robot AI perlu settingan programmer (untuk memainkan data data yang ditanam di dalamnya) ? Ya logikanya karena ia tidak bisa berpikir sendiri

Terus mengapa manusia tak perlu settingan dari luar dirinya agar ia bisa berpikir ? Karena dengan memiliki sifat personal dalam dirinya maka ia bisa berpikir sendiri,bisa mengarahkan kemana arah berpikir berdasar niat dan hasratnya sendiri atau berdasar visi misinya, atau berdasar keyakinannya, atau berdasar maksud serta tujuannya

Bisakah membuat robot AI yang bisa berpikir sendiri berdasar kehendaknya, Bisakah sifat personal manusia ditiru atau direplikasi teknologi,ini sebenarnya lebih merupakan bahan renungan untuk manusia ketimbang jadi inovasi teknologi,renungan bahwa dalam diri manusia ada sesuatu yang tak akan pernah bisa ditiru tiruan manusia

Jadi sampai saat ini mekanisme cara berpikir (penalaran-ber nalar) pikiran manusia yang sistematis secara matematis dapat ditiru dengan memakai model algoritma tapi trigger atau pemicu atau latar belakang lahirnya beragam pikiran manusia yang bisa berbeda beda bahkan bisa berlawanan itu tak akan pernah bisa direplikasi mesin karena manusia tidak akan bisa membuat bahannya

Manusia bisa melahirkan pikiran yang berbeda beda dan pikiran manusia tidak bisa di setting seperti settingan robot itu karena dalam diri manusia ada bahan yang tidak bisa dibuat manusia dengan teknologi komputasi dan bahan itu bernama ruh serta jiwa (entitas yang muncul dari keberadaan roh).Maka karakter jiwa itu serupa karakter ruh yaitu tidak bersifat material maka itu jiwa manusia tidak bisa sepenuhnya di replikasi teknologi AI apalagi sifat personalnya

Kalaulah pikiran itu muncul semata dari fungsi demi fungsi neuron mungkin pikiran manusia bisa sepenuhnya dibaca dengan mengetahui secara detail seluruh fungsi neuronnya,Tapi pikiran manusia itu bukan cuma refleksi-penjabaran dari fungsi neuron tapi refleksi jiwa yang tak bisa diketahui sepenuhnya bahkan oleh para neurosaintis yang kerjaannya mengamati fungsi neuron

Bahkan andai neurosaintis bisa tahu secara detail fungsi dari keseluruhan fungsi neuron maka jalan pikiran manusia tetep tidak akan bisa dibaca apalagi dipetakan,mengapa ? Karena neuron itu bukan produsen pikiran dan bukan pengendali pikiran tapi fungsi utamanya adalah penghantar pikiran menuju dimensi sadar biologis.Dengan memiliki jaringan saraf-neuron maka jiwa manusia memiliki infrastruktur untuk hadir di dunia sadar biologis

Analoginya ibarat bila hafal seluruh ruas jalan di sebuah kota bukan berarti kita akan tahu kemana saja kendaraan akan bergerak karena kendaraan tidak dikendali oleh jalan,Dengan mengetahui seluruh komponen serta element dari hardware komputer kita tidak akan tahu data apa saja yang akan hadir di layar monitor karena infrastruktur hardware tidak menciptakan pekerjaan komputasi seperti apa yang diinginkan sang pengguna komputer

Teknologi AI bisa menghadirkan apa yang orang sebut "kesadaran virtual"-bentuk "kesadaran" yang di rekayasa oleh teknologi dengan menggunakan mekanisme algoritma-bukan berdasar kesadaran personal seperti yang terjadi pada manusia, Dan ini menjadi kunci utama untuk memahami dasar perbedaan antara manusia dengan robot AI seperti yang  sering saya tulis

Jadi ketika AI bekerja misal melalui chat GPT yang mesti kita pikirkan adalah ; Apakah itu berdasar kesadaran personal sang mesin atau hanya merupakan bagian  dari mekanisme algoritma yang berjalan yang kerangka dasarnya didesain sang programmer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun