Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Metode Empirik, Apakah Satu-satunya Metode Ilmiah?

1 November 2024   23:18 Diperbarui: 15 November 2024   06:51 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : Project Augustine


METODE EMPIRIK,APAKAH SATU SATUNYA METODE ILMIAH ?

Metode empiris sering menjadi andalan bagi sebagian orang yang menganggap sebagai satu satunya metode ilmiah.Tapi kalau melulu hanya mengandalkan metode empiris maka berapa persen sih obyek ilmu pengetahuan yang dapat di observasi ? Atau,berapa persen realitas yang dapat dibuktikan secara empiris

Pada prinsipnya karena realitas itu tidak seluruhnya bersifat fisik-materi serta tidak seluruhnya dapat dijangkau oleh pengalaman indera manusia maka otomatis penerapan metode empiris itupun terbatas.

Jadi bila ingin faham dari dasar mengapa metode empiris tidak bisa menjadi satu satunya metode ilmiah maka ya fahami saja apa itu REALITAS KESELURUHAN. Orang yang menganggap metode empiris sebagai satu satunya metode ilmiah maka   biasanya ia tidak faham konsep realitas menyeluruh

Jangan jauh jauh,mari kita bercermin dulu pada diri kita sebagai manusia,Berapa persen sih dari diri manusia yang dapat diketahui secara empiris ? Apakah metode empiris dapat dipraktekkan secara sepenuhnya ketika kita menyelidiki manusia secara ilmiah ?

Metode empiris dapat dipraktekkan biasanya ketika kita menyelidiki hal hal yang berkaitan dengan unsur tubuh biologis manusia,itu biasa dipraktekkan dalam ilmu kedokteran.Tapi ketika kita bicara aspek kejiwaan atau menggali hal hal yang bersifat ruhaniah atau yang menyangkut alam pikiran serta perasaan maka bisakah metode empiris secara mutlak diberlakukan ?

Ketika kita bicara hal hal non fisik-non materi-non biologis dari diri manusia maka bukan metode empiris yang diberlakukan tapi Biasanya adalah METODE KESADARAN.Metode kesadaran inipun dapat disebut metode ilmiah pula karena penerapannya dapat kita kontrol serta dapat kita ketahui dengan alam pikiran kita walau tidak selalu tepat atau akurat alias bisa keliru.Tapi itu salah satu metode yang digunakan ketika metode lain tidak bisa diterapkan

Contoh ketika kita ingin mengetahui atau memastikan apakah seseorang berjiwa tulus atau munafik atau picik maka selain metode inderawi kita juga memakai bantuan metode kesadaran.Dengan metode kesadaran kita dapat menyadari atau setidaknya meraba keadaan atau kondisi alam pikiran serta kejiwaan seseorang.Metode kesadaranpun biasa digunakan ketika kita mendalami hal hal metafisis seperti persoalan filsafat maupun persoalan agama

Salah seorang filsuf yang memakai metode kesadaran sebagai fundament berpikir ilmiah (tertata) adalah Rene Descartes.Mengapa ia memakai metode kesadaran,karena ia menyadari bahwa dasar paling dasar untuk memahami realitas serta kebenaran ada dalam kesadaran terlebih dahulu.

Bahkan Immanuel kant yang di awal sangat dipengaruhi empirismenya David hume ia menyadari bahwa dibalik fenomena (dunia nampak) terdapat noumena yang sudah tidak bisa diketahui manusia,Dan itu disadari Kant bukan dengan inderawi nya tapi melalui metode kesadaran pikiran

(Sayang di dunia "barat" metode kesadaran diri ala Descartes ini lambat laun memudar dan dikalahkan oleh dominasi empirisme serta filosofi positivisme  Auguste comte.Dan tragisnya saat ini mencoba dibunuh oleh materialist ekstrim yang memproklamirkan "kematian filsafat")

Kita menyadari bahwa kita adalah makhluk berpikir- berkesadaran itu bukan dengan inderawi-bukan dengan alat teknologi-bukan dengan metode empiris tapi dengan metode kesadaran

Bahkan metode kesadaran ini lebih komplit infrastrukturnya,penopang kesadaran bukan hanya indera,unsur biologis tubuh tapi juga akal budi,emosi hingga hati nurani.Dengan metode kesadaran dan bukan dengan metode empirislah kita bisa memahami hal hal non fisik-metafisis semisal apa itu cinta,kasih sayang,kebijaksanaan,keadilan hingga persoalan etika,moral,kebaikan dan secara keseluruhan persoalan kebenaran

Sekarang bayangkan kalau manusia hanya memilik dunia indera tapi kesadarannya tidak ditopang oleh unsur akal budi maka kualitas berpikir manusia tak akan jauh beda dengan para hewan

Dan sekarang bayangkan kalau ada orang yang mencoba menerapkan prinsip empirik ketika berhadapan dengan persoalan persoalan yang sudah bersifat metafisis seperti persoalan yang ada dalam dunia filsafat serta agama maka ia bukan hanya tidak bijak tapi bisa disebut tidak memiliki akal pikiran yang waras

.........................

Artikel ke 2


REALITAS MENYELURUH MELAHIRKAN ADANYA DUA BENTUK ILMU DAN DUA METODE ILMU BERBEDA

Sudah sering saya ungkapkan bahwa konsep ilmu pengetahuan itu idealnya HADIR UNTUK MENJELASKAN KESELURUHAN (walau ketika bicara obyek yang sangat beragam ilmu pengetahuan terbagi kepada banyak disiplin keilmuan).Tapi yang saya ungkap adalah filosofi dasar dari keberadaan ilmu pengetahuan di dunia manusia

Dan banyak orang yang tidak faham dan tak mau terima prinsip paling dasar dari konsep ilmu pengetahuan yang bersifat menyeluruh ini,Mereka hanya mau terima bila ilmu pengetahuan mengelola atau menjelaskan hanya obyek fisik-materi karena itu adalah obyek yang dapat di observasi secara metode empirik dan (sebagian) dapat dibuktikan secara empirik.Kaum materialist tidak mau menerima premis-rumusan ilmu yang tidak empiris karena dianggapnya "tidak pasti"

Tapi dengan prinsip ala materialist (hanya fokus ke dunia fisik-materi dan hanya menerima ilmu yang bersifat fisik-materi) itu tanpa sadar orang membawa ilmu pengetahuan ke dalam ruang lingkup - wawasan yang lebih sempit lalu menciptakan world view seolah ilmu pengetahuan hanya ada di sebatas dunia fisik-hanya ilmu fisika,hanya yang bersifat empiris sedang metafisika tidak dianggap wilayah serta kajian ilmu.Malah istilah "ilmiah" diatas muka bumi-dan di seluruh akademi pendidikan seolah sudah disetting "harus bersifat atau paralel dengan hal empirik",Dan banyak yang tidak kuasa keluar dari "settingan ilmiah  kaum materialist-positivis" tersebut-kecuali yang betul betul kritis dan berpikir mendalam

Dan inilah jurang perbedaan yang menganga antara pandangan agama wahyu-dunia timur-kaum metafisikus dengan peradaban ilmiah barat yang dalam hal ilmu pengetahuan makin mengerucut pada prinsip empirisme

Dalam pandangan agama wahyu ilmu pengetahuan adalah konsep yang harus menjelaskan mengelola,mendalami serta menjelaskan keseluruhan baik yang fisik-materi maupun non fisik-metafisik,Mengapa ? Ini rahasianya ;

Dasar dari semua ilmu dan prinsip paling dasar dari keberadaan ilmu pengetahuan  (yang bersifat menyeluruh) adalah REALITAS.Ya sering saya tulis bahwa realitas adalah dasar dari semua ilmu atau ilmu level 1-level dasar.Artinya pemahaman terhadap apa itu "ilmu" harus berangkat dari realitas

Kalau realitas terdiri dari fisik-non fisik,materi-non materi maka wajar bila ada dua bentuk ilmu yang bicara 2 dimensi berbeda ; dimensi fisik dan non fisik.Maka wajar bila lalu ada ilmu berkarakter fisika dan ilmu berkarakter metafisika.Kalau ilmu lalu dikonsep hanya untuk mengelola dunia fisik-materi maka itu artinya dimensi lain ditanggalkan dan itu kelak akan menimbulkan kepincangan dalam memahami apa yang disebut "kebenaran".Karena ilmu pengetahuan akan mengerucut membentuk konsep "kebenaran"

Kalau ilmu dianggap sesuatu yang hanya paralel dengan obyek empirik maka kelak kebenaran pun akan difahami sebagai sesuatu yang bersifat empiris pula- Kebenaran diterima bila ada bukti empirik langsungnya. Sedang kita tahu yang dicari atau visi misi filsafat serta agama itu bukan kebenaran empiris tapi bentuk kebenaran metafisis (yang bukan untuk ditangkap indera tapi untuk difahami oleh alam pikiran-akal budi)
...........

Ya,karena realitas itu terdiri dari 2 dimensi ; fisik-non fisik maka otomatis ilmu pengetahuan pun akan terbagi pada 2 dimensi,Dan itu terbukti bahwa dalam sejarah peradaban umat manusia ada penggalian ilmu yang bersifat fisik dan yang bersifat metafisik,Ini paralel dengan fakta bahwa persoalan keilmuan-kebenaran yang dihadapi atau ditemukan manusia selalu 2 dimensi ; fisik-metafisik.Maka wajar kalau lalu lahir sains yang menggumuli aspek fisika dan filsafat serta agama yang menggumuli utamanya persoalan persoalan metsfisika.(Walaupun materialist mati matian menolak dimensi metafisika sebagai obyek ilmu)

Dan karena prinsipnya ada dua dimensi ilmu berbeda maka wajar kalau lalu lahir 2 rel metode ilmu yang berbeda,metode empirik dan metode metafisika,dimana metode metafisika yang paling umum digunakan adalah metode rasional.Lagi lagi kaum materialist hanya mau menerima metode empirik sebagai satu satunya metode ilmiah dan metode lain dianggap bukan metode ilmu.Inpun menimbulkan kepincangan di dunia ilmu pengetahuan

Itulah dibalik dominasi peradaban ilmiah barat yang materialist kita harus mengungkap borok borok kekurangan dan kelemahannya,supaya kita tidak ikut tertipu oleh world view ilmu pengetahuan yang dibuat oleh kaum yang memiliki karakter cara pandang materialistik

Kita boleh sesaat bercermin ketika dulu ilmu pengetahuan masih berada dalam dominasi kaum muslim,saat itu apapun yang dapat digali dan dapat difahami secara ilmiah baik yang bersifat fisik maupun non fisik akan masuk kategori ilmu pengetahuan,Dan tak ada pemilahan ektrim antara dimensi fisika dengan metafisika seperti yang terjadi saat ini

Mengapa worldview ilmiah materialist itu timpang dan tak bisa menyelesaikan semua problem keilmuan dan kebenaran yang ditemukan oleh umat manusia ďisepanjang pengalaman hidupnya ? Intinya karena cara pandang materialist hanya melahirkan pemahaman terhadap konsep ilmu pengetahuan yang bersifat fisika-materi dan dibuat hanya untuk menjawab persoalan persoalan yang bersifat fisik-materi,Maka aspek metafisik dan persoalan persoalan metafisik telah ditanggalkan dan kini malah tak diakui sebagai persoalan ilmu.

Ini berlawanan dengan prinsip ilmu pengetahuan yang saya tulis dimuka bahwa "ilmu pengetahuan harus merupakan konsep yang bisa menjelaskan keseluruhan baik fisik maupun non fisik dan mesti bisa menyatupadukan dua dimensi tersebut dalam pemahaman yang menyatu padu

..................

Artikel ke 3

Ada yang menganggap ilmu pengetahuan adalah segalanya dan tujuan utama hidup manusia.Padahal dalam ranah agama yang namanya ilmu pengetahuan adalah alat-sarana untuk memperoleh sesuatu dan bukan tujuan akhir kehidupan !

Ada sesuatu yang lebih tinggi dari ilmu pengetahuan yang orang mesti menggapainya melalui ilmu-tak cukup hanya dengan keyakinan.Sesuatu itu mesti jadi cita cita hidup yang abadi.Sesuatu itu hanya bisa difahami bila orang mendalaminya,tak cukup misal hanya dengan indoktrinasi

.......

Dan dalam kehidupan manusia yang namanya keyakinan maupun keraguan pasti akan selalu saling berintegrasi dengan ilmu pengetahuan,Dalam bahasa lain ; akan selalu saling berkomunikasi,mengapa ?

Karena kebutuhan manusia bukan hanya sekedar ilmu pengetahuan.Ada sesuatu yang lebih besar dari ilmu pengetahuan yang ilmu pengetahuan sendiri memiliki keterbatasan untuk menjelaskannya

.............

Salah satu persoalan besar ilmu pengetahuan adalah  ;
BISAKAH SEGALA SUATU DI EMPIRISKAN ?
MENGAPA TIDAK BISA ?
DAN BAGAIMANA MENYIKAPI REALITAS YANG TIDAK BISA SELURUHNYA EMPIRIS ITU ?
............

Jadi untuk siapapun yang selalu berprinsip seolah metode empiris adalah "final", "satu satunya" dan "segalanya" dalam dunia ilmu pengetahuan,maka pertanyaan awalnya selalu ini ;
Bisakah segala suatu di empiriskan dan diselesaikan dengan metode pembuktian empiris ?
Bila tidak bisa maka ; bagaimana cara menyikapi atau menyelesaikannya ?

Dalam sains saja TIDAK SEMUA HAL BISA SELALU DI EMPIRISKAN (!).Maka sains mengenal konsep "asumsi,hipotesa-dugaan-penjelasan teoritis". Nah apalagi hal hal yg bersifat gaib yang tidak bisa ditembus dengan metode empiris

Jadi jangan juga mempersempit wawasan ilmu seolah obyek ilmu itu hanya terkait hal yang dapat di empiriskan.Manusia diberi akal itu fungsinya untuk melapis keterbatasan dunia inderanya,Karena dalam kehidupannya manusia akan berhadapan dengan persoalan kompleks yang mustahil semua bisa diselesaikan dengan metode pembuktian empiris

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun