Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mempertanyakan Ateisme dari Dasar

11 Oktober 2024   08:45 Diperbarui: 11 Oktober 2024   15:25 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images ; HarusPintar.com

MENOLAK ATEISME DENGAN JALAN PIKIRAN SEDERHANA

Saya tidak bisa menerima ateisme awalnya sebenarnya bukan dengan  pemikiran yang rumit tapi berdasar fakta dan jalan pikiran sederhana yang mana anak yang baru akil balig pun mungkin dapat memahaminya.Artinya betapapun saya banyak menulis hal yang lebih rumit tapi awal perlawanan terhadap ateisme itu bermula dari hal sederhana yang anak anak SD dapat menangkapnya karena akal pikiran mereka umumnya masih jernih-belum terkontaminasi misal oleh pemikiran yang bermacam ragam

Dalam kehidupan ini saya sangat suka sekali memperhatikan serta merenunginya apapun wujud yang memiliki karakter-sifat khas alami yang permanen atau yang memiliki desain alami di alam ini, apakah itu benda benda mati  semisal air,api,tanah,udara,Atau beragam desain tumbuhan-bunga bunga maupun desain beragam makhluk hidup semisal desain ribuan atau bahkan mungkin sampai jutaan hewan

Lalu saya berpikir andai itu semua bisa tercipta tanpa perlu ada desainernya dan artinya tercipta hanya berdasar prinsip "kebetulan" dan TANPA TUJUAN maka harus saya katakan bahwa terlalu banyak kebetulan yang tanpa tujuan yang terjadi di alam ini.Bayangkan kalau semua desain yang ada dan terjadi di alam yang mungkin mencapai triliunan terjadi tanpa harus ada desainernya dan tanpa memiliki tujuan,sungguh sulit masuk logika akal sehat

Artinya,secara prinsipiil saya mempertanyakan bagaimana bisa ada suatu desain tanpa ada desainernya, tatanan tanpa ada penata nya,aturan tanpa ada pengaturnya ? Ini mudah ditangkap bahkan oleh jalan pikiran anak anak SD karena sebab akibatnya mudah difahami dan kedua, contohnya didunia nyata melimpah

Karena kalau kita amati dalam kenyataan semua benda teknologi yang didesain terstruktur-sistematis itu jelas memiliki desainer dan memiliki tujuan.Jadi kalau saya katakan bahwa kepercayaan akan adanya desainer di alam serta kepercayaan akan adanya tujuan sang desainer atas ciptaannya itu memang ada contohnya di dunia nyata,Jadi berdasar fakta dan juga logika sebab akibat yang jelas (ada akibat benda buatan ada sebab pembuat dan tujuan pembuat,ada akibat desain ada sebab desainer,ada akibat tatanan ada sebab penata,ada akibat aturan ada sebab pengatur dlsb)

Sedang prinsip "kebetulan" ala ateisme sandarannya dalam kenyataan kemana ? Struktur sebab-akibatnya bagaimana ?

Dalam fakta-kenyataan tak ada contoh prinsip kebetulan yang bisa menghasilkan puluhan,ratusan, ribuan,jutaan apalagi sampai triliunan desain,aturan, hukum, mekanisme.Prinsip kebetulan sulit difahami secara hukum logika karena mekanisme sebab-akibatnya tidak bisa direkonstruksi

Dewasa ini ada fihak yang mencoba menjadikan energi sebagai sandaran "sebab pertama" dari segala suatu atau "Tuhan" dlm bahasa agama mungkin agar prinsip kebetulan yang dituduhkan pada ateis dapat terjawab,Tapi argument "God is energi" tersebut sangat lemah dan mudah dipatahkan secara logika,Karena energi adalah bagian dari komponen alam dan terikat secara mekanis dengan materi.Sedang posisi Tuhan harus otonom dari ciptaannya sebagaimana manusia otonom dari semua benda teknologi buatannya

Fihak lain mencoba mengkonsep alam sebagai "tuhan itu sendiri" tapi ketika diminta rekonstruksi element mana dari alam yang bertanggung jawab membentuk beragam desain yang triliunan itu mereka tak memiliki dasar argument yang kuat

Ada juga fihak yang menyandarkan terjadinya beragam desain di alam itu pada proses evolusi yang menurut mereka terjadi dalam rentang waktu jutaan tahun.Tapi ini hanya semacam hipotesa-dugaan (atau imajinasi) karena pembuktian empirisnya tidak pernah bisa.Atau,pembuktian empiris dari proses alami yang terjadi dalam rentang waktu jutaan tahun itu suatu yang tidak mungkin,maka hal demikian hanya bisa dikonsep sebaga hipotesa atau dugaan.Miris kalau ada yang menganggap atau klaim atau yang menarasikan proses evolusi dalam rentang waktu jutaan tahu itu sebagai "fakta" tapi  pembuktian faktualnya tidak pernah bisa silakukan

Ateis sering menyerang orang beragama atas nama fakta sains dan logika tapi ketika berhadapan dengan persoalan desain dan desainer mereka sama sekali tak bisa bersandar pada fakta maupun logika (karena prinsip kebetulan tidak didukung oleh hukum sebab-akibat yang konstruktif-terstruktur),Jadinya prinsip kebetulan ya lebih mirip kepercayaan tak berdasar fakta dan logika

Nah kalau mesti ada desainernya atau perancangnya,lalu siapa yang layak menjadi penciptanya ? Dan apa tujuannya menciptakan ?... Itu sudah masuk ke bahasan lain.Disini saya hanya ingin mengungkap atau mempertanyakan hal yang sebenarnya sangat mendasar dulu bagi kita-umat manusia yang memiliki akal pikiran

Persoalan ini bukan persoalan empiris-bukan persoalan sains sebagai ilmu dunia fisik-materi,Persoalan ini adalah persoalan logika yang di tunjang oleh bukti faktual yang sebenarnya sangat melimpah

INTISARI ;
Artinya melawan gelombang ateisme itu tak selalu harus fokus pada tema tema tertentu yang biasa diwacanakan atau diperdebatkan di group group debat,Atau tema tema kekinian,Atau tema tema akademik,di level paling sederhana pun orang punya cara untuk mempertanyakan hal yang bersifat sederhana tapi sangat fundamental dalam nempertanyakan ateisme,Dan tema sederhana ini yang memang biasanya paling banyak dibicarakan di ranah umum termasuk dikalangan awam

....................................................


SALING SILANG SOAL KETUHANAN ANTARA TEIS VS ATEIS

Ketika debat soal ketuhanan fihak ateis selalu menuntut fihak teis membuktikan keberadaan Tuhan TAPI dengan MODEL PEMBUKTIAN YANG BISA DITERIMA FIHAK ATEIS !

Ketika menuntut pembuktian Tuhan mereka selalu memakai dalih burden of proof tapi itulah sarat pembuktiannya HARUS YANG SESUAI KEINGINAN FIHAK ATEIS

Jadi di satu sisi ada tuntutan burden of proof kepada teis tapi di sisi lain ateis telah lebih dulu membuat sarat pembuktian yang bisa mereka terima

Sedang dalam kitab suci para nabi tertera DEFINISI TUHAN VERSI TEIS PENGIKUT PARA NABI.Definisi Tuhan para nabi itu diantaranya menyebutkan bahwa Tuhan  itu maha tak terbatas-bukan wujud fisik-materi

Nah dengan definisi Tuhan seperti itu jelas  mustahil teis bisa memberi ateis pembuktian Tuhan yang bisa mereka terima.Pembuktian yang bisa diterima ateis berdasar prinsip materialism yang mereka pedomani adalah bahwa bila segala suatu yang ada menurut mereka adalah yang bisa dideteksi peralatan inderawi serta alat bantu sains maka Tuhan pun bila memang ada mesti masuk pada kategori seperti itu pula

Karena definisi Tuhan yang tertera dalam kitab adalah seperti diatas itu maka cara pembuktian Tuhan pun mesti memakai cara yang selaras dengan definisinya tersebut.Tak bisa definisi nya berdasar kitab tapi pembuktiannya berdasar metode sainstifik.Kalau pembuktiannya mesti berdasar metode sainstifik maka obyek yang diamati atau di observasi pun harus yang sesuai atau selaras dengan metode tersebut-bukan obyek seperti yang dideskripsikan kitab

Jadi selama ini teis memberi pembuktian berdasar definisi Tuhan dalam kitab sedang di sisi lain ateis menuntut pembuktian tapi bukan berdasar definisi dalam kitab.INILAH SALING SILANG SOAL KETUHANAN YANG TAK PERNAH USAI antara teis vs ateis.Masing masing punya pemahaman yang kontradiktif soal masalah ketuhanan

..........

Jawaban saya kepada komentator dibawah ;

Terus siapa yang mengharuskan desainer itu mesti muncul secara empirik ?

Sedang dalam kitab suci kami tertulis Ia maha tak terbatas-bukan berwujud fisik-materi

Jadi sebelum kalian menuntut kami membuktikan Tuhan kami PELAJARI DULU DEFINISI TUHAN DALAM KITAB KAMI

Pemahaman kami soal Tuhan TIDAK DIBENTUK OLEH KONSEP ATAU IMAJINASI FIHAK ATEIS !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun