Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kesepakatan yang Melahirkan Obyektifitas

21 September 2024   18:55 Diperbarui: 21 September 2024   18:57 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan kata lain sains,logika filsafat serta agama itu memiliki obyektivitasnya tersendiri yang berbeda karakternya antara satu dengan yang lain

Dalam sains yang disebut kebenaran itu bukan berdasar pendapat pribadi (subyektifitas) tapi berdasar prinsip dan metode yang telah ditetapkan dalam sains.Dalam ranah ilmu logika kebenaran itu tidak ditentukan oleh subyektifitas pribadi tapi oleh kaidah-prinsip yang telah ditetapkan dalam ilmu logika.Demikian pula dalam ranah agama kebenaran itu tidak ditentukan oleh subyektifitas pribadi tapi oleh sesuatu yang tercantum dalam kitab yang menjadi acuan bersama.Itu sebab aliran aliran sesat dalam ranah agama yang bermunculan ditolak oleh mainstream agama itu karena pemahaman aliran sesat itu bersifat subyektif dalam arti hanya mengikuti pemahaman satu kelompok yang menjadi anggota aliran tersebut

Maka substansi sains tidak terdapat dalam pandangan atau keyakinan subyektif orang per orang karena substansi sains mengacu pada prinsip dasar sains

Demikian pula substansi ilmu logika itu tidak terdapat dalam pandangan pribadi sang subyek yang mendalaminya tapi ada dalam prinsip - kaidah logika yang keberadaannya telah difahami dan disepakati bersama oleh yang memahaminya

Demikian pula substansi kebenaran agama tidak terdapat dalam pandangan dan keyakinan sang subyek (subyektifitas) tapi dalam konsep berdasar wahyu Ilahi yang jadi pedoman bersama orang orang yang memahami dan menerimanya

Maka kalau mau faham sains atau ilmu logika atau ilmu agama secara obyektif ya jangan menyandarkan pada pemahaman per individu tapi pada apa yang menjadi prinsip - kaidah yang telah difahami dan disepakati bersama untuk menjadi acuan-parameter bersama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun