Dengan kata lain sains,logika filsafat serta agama itu memiliki obyektivitasnya tersendiri yang berbeda karakternya antara satu dengan yang lain
Dalam sains yang disebut kebenaran itu bukan berdasar pendapat pribadi (subyektifitas) tapi berdasar prinsip dan metode yang telah ditetapkan dalam sains.Dalam ranah ilmu logika kebenaran itu tidak ditentukan oleh subyektifitas pribadi tapi oleh kaidah-prinsip yang telah ditetapkan dalam ilmu logika.Demikian pula dalam ranah agama kebenaran itu tidak ditentukan oleh subyektifitas pribadi tapi oleh sesuatu yang tercantum dalam kitab yang menjadi acuan bersama.Itu sebab aliran aliran sesat dalam ranah agama yang bermunculan ditolak oleh mainstream agama itu karena pemahaman aliran sesat itu bersifat subyektif dalam arti hanya mengikuti pemahaman satu kelompok yang menjadi anggota aliran tersebut
Maka substansi sains tidak terdapat dalam pandangan atau keyakinan subyektif orang per orang karena substansi sains mengacu pada prinsip dasar sains
Demikian pula substansi ilmu logika itu tidak terdapat dalam pandangan pribadi sang subyek yang mendalaminya tapi ada dalam prinsip - kaidah logika yang keberadaannya telah difahami dan disepakati bersama oleh yang memahaminya
Demikian pula substansi kebenaran agama tidak terdapat dalam pandangan dan keyakinan sang subyek (subyektifitas) tapi dalam konsep berdasar wahyu Ilahi yang jadi pedoman bersama orang orang yang memahami dan menerimanya
Maka kalau mau faham sains atau ilmu logika atau ilmu agama secara obyektif ya jangan menyandarkan pada pemahaman per individu tapi pada apa yang menjadi prinsip - kaidah yang telah difahami dan disepakati bersama untuk menjadi acuan-parameter bersama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H