Jadi orang bisa bersepakat itu karena ADA OBYEK YANG BISA DITERIMA BANYAK FIHAK walau tidak semua- keseluruhan orang.Karena tidak semua orang faham atau satu pandangan
Contoh lain ; hukum dan keadilan itu istilah dan obyeknya bukan produk ilmu fisika,tapi obyeknya ada dan disepakati banyak fihak lalu berdirilah ilmu hukum,fakultas-pendidikan hukum,institusi hukum.Artinya dalam persoalan hukum ada obyek yang pemahamannya tidak mutlak bergantung pada subyektifitas-pemahaman subyektif per individu walau memang benar untuk faham apa itu hukum dan keadilan perlu pendalaman subyektif.Tapi pendalaman subyektif tidak melulu menghasilkan hal subyektif bila pendalaman tersebut melahirkan hal yang juga difahami dan diterima semua orang yang lalu sepakat untuk membuat obyek hukum yang baku yang berlaku untuk semua fihak
Artinya,Hukum itu ada, logika itu ada, seni itu ada (obyeknya) walau ia abstrak dan diterima banyak orang maka semua itu ada tercantum dalam kamus bahasa
Dalam dunia metafisika pun idem,dalam dunia metafisika termasuk filsafat dan agama ada pendalaman subyektif yang ternyata lalu melahirkan pemahaman dan kesepakatan bersama.Lahirnya ilmu logika serta ilmu teologi itu karena ada pemahaman dan kesepakatan bersama dan artinya bukan mutlak bergantung pada pemahaman per individu
Dan artinya kalau sesuatu full subyektif MUSTAHIL MASUK KAMUS DAN JADI KESEPAKATAN !!
Anda pikir yang obyektif itu musti yang empirik mulu ? Ya itu adalah pemahaman terhadap makna "obyektif" yang paling dangkal.Tapi di group debat banyak orang mati matian menegakkannya demi menolak metafisika sebagai obyek ilmu dan mereka mati matian ingin memposisikan metafisika termasuk agama sebagai "full subyektif"
...........
MENGAPA ALIRAN SESAT DI TOLAK MAINSTREAM AGAMA ?
MENGAPA LOGICAL FALLACY DITOLAK ILMU LOGIKA ?
MENGAPA PSEUDOSAINS DITOLAK SAINS ?
Ini adalah artikel jawaban saya khusus untuk yang menganggap dalam metafisika seolah semua ditentukan hanya oleh subyektifitas pribadi dan tak ada hal yang difahami dan disepakati bersama dan menjadi acuan bersama.Atau seolah selain sains semua adalah "subyektif" atau bergantung pada pemahaman,penerimaan serta keyakinan pribadi
3 pertanyaan diatas saya bikin sekaligus tiada lain untuk membuka pikiran anda bahwa dalam sains,dalam ranah logika maupun dalam ranah agama masing masing memiliki prinsip yang menjadi acuan-parameter tersendiri sekaligus menjadi pedoman dimana hal yang tidak sesuai dengan parameter tsb akan ditolak
Dengan kata lain,dalam sains,dalam ranah logika serta dalam agama ada sesuatu yang menjadi pedoman bersama dan karena itu TIDAK BISA BERDASAR PEMAHAMAN ATAU SUBYEKTIVITAS PRIBADI walau pemahamannya memerlukan pendalaman subyektif