Roh dan jiwa memang tidak akan bisa di observasi secara empiris mengingat ia bukan entitas materi, Maka memahami keberadaannya tidak bisa melalui metode empiris tapi harus dengan cara lain diantaranya dengan metode kesadaran diri atau menangkap keberadaannya melalui  tanda tanda yang pikiran kita bisa memahaminya
Jadi segala suatu itu memiliki media sebagai tempat atau sarana untuk eksist,contoh ikan medianya adalah air, sinyal-gelombang medianya udara.Maka media bagi pikiran sehingga bisa bergerak adalah ruh
Bagaimana kalau ruh ditiadakan atau tidak diterima ?
Maka satu satunya yang tersisa adalah tubuh biologis dan artinya segala fenomena psikologis-ruhaniah harus dijelaskan secara biologis,Mungkinkah ? .. Ini yang mustahil
Masalahnya fenomena psikologis dan ruhaniah itu tidak bisa dijelaskan baik secara hukum fisika maupun ilmu kimiawi karena ia tidak bergerak dalam media biologis tubuh.Tapi semisal darah,hormon,kelenjar dlsb itu bisa dijelaskan secara biologis karena media nya adalah tubuh biologis
Dengan kata lain tanpa ada roh dan jiwa sebagai media pikiran dan berpikir maka satu satunya media pengganti adalah tubuh biologis dan ini adalah element material
Kalau pikiran dikendali media biologis ia akan tunduk pada hukum hukum biologis.Dan pikiran tak akan memiliki kekuatan untuk melawan hukum biologis seperti lapar dan birahi.Tapi pikiran bisa melawan lapar saat puasa,pikiran bisa melawan keinginan birahi,pikiran bisa melawan amarah di dada,Pikiran bisa melawan rasa sakit di tubuh demi sebuah perjuangan dll.Itu pertanda bahwa pikiran bukan berada dalam kendali hukum biologis tubuh
Sesuatu yang hidup dalam media biologis tubuh akan tunduk mutlak pada hukum biologis-kimiawi tubuh.Sebaliknya,sesuatu yang hidup dalam media ruh-jiwa itu TIDAK TERIKAT MUTLAK PADA HUKUM FISIKA DAN BIOLOGIS.Maka sesuatu yang hidup dalam dimensi ruhani dapat mengendali bahkan melawan fenomena biologis tubuh
Jadi ada 2 mekanisme dalam diri manusia ; mekanisme biologis tubuh dan mekanisme ruhani,Masing masing memiliki otonomi tersendiri artinya keduanya bukan satu mekanisme yang paralel.Sakit fisik tidak berarti akan paralel sakit psikis atau ruhaninya,begitu pula sakit psikis tak langsung paralel sakit fisiknya (orang gila fisiknya nampak sehat)
Maka orang bebas berpikir dan bisa bebas melawan hukum biologis yang dirasakan tubuhnya itu karena ada kekuatan lain dibalik biologis tubuh yaitu yang berasal dari ruh-jiwa yang otonom dari tubuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H