Analoginya itu seperti sebuah gedung besar maka dunia indera hanya dapat menangkap permukaannya sedang konstruksi yang menopangnya tidak dapat  dilihat secara langsung tapi dengan akal kita dapat faham bahwa gedung tsb tidak akan bisa berdiri tanpa konstruksi besi beton yang menopangnya.Sebuah gedung adalah contoh suatu yang berdiri diatas konstruksi pasti bukan diatas keacakan yang probabilistik.
Itulah fungsi vital dari akal adalah ia peralatan berpikir yang dapat menangkap sesuatu dibalik yang fisik-nampak- empirik yang binatang tidak dapat menangkapnya karena mereka tidak memiliki akal,Tapi manusia dapat mendalaminya bahkan hingga level terdalamnya-hingga level hakikat dan makna terdalamnya yang bukan untuk ditangkap secara indera tapi untuk difahami oleh akal budi.
Contoh dari konstruksi paling dekat ke permukaan (karena dapat dibaca secara langsung oleh sains) adalah keberadaan hukum alam dan turunannya ; hukum fisika termasuk hukum biologi sebagai bagian dari hukum fisika yang berjalan pada entitas hidup.Sains dapat membaca konstruksi hukum fisika karena mekanismenya dapat dibaca melalui pergerakan dunia material.
Tapi konstruksi dari realitas bukan hanya hukum fisika yang masih dapat dibaca oleh sains  tapi berlapis hingga ke level atau dimensi yang lebih dalam dimana pada level atau dimensi lebih dalam itu sains sudah tak bisa lagi membacanya secara langsung sehingga pada level lebih dalam konstruksi dari realitas itu dibicarakan dalam filsafat serta agama.
Contoh konstruksi dari realitas yang dibicarakan dalam filsafat serta agama adalah HUKUM KAUSALITAS.Hukum kausalitas adalah konstruksi dari realitas yang dapat dibaca oleh logika akal pikiran manusia.Dengan kata lain, adanya hukum kausalitas di dunia metafisika itu membuat akal pikiran manusia bisa membaca konstruksi realitas secara tertata-sistematis-mekanistis-tidak secara acak dan tidak bersandar pada prinsip kebetulan-probabilistik.
Dan dalam filsafat ia di olah oleh beragam model berpikir yang berbeda yang menghasilkan beragam system metafisika.Atau di modif kedalam beragam bentuk metode berpikir analitis- sistematis semisal metode logika tradisional Aristoteles atau metode dialektika Hegel ; tesis-sintesis-antitesis.
Walaupun para filsuf mengolah prinsip sebab-akibat itu dengan cara berbeda- mengarahkan ke arah berbeda-memakai kacamata sudut pandang berbeda dan melahirkan system berpikir yang berbeda tapi intinya prinsip sebab akibat itu adalah suatu yang ada dan eksist dibalik yang fisik.
Kemudian hasil olah prinsip hukum sebab-akibat itu dalam dunia filsafat melahirkan konsep ilmu logika.Artinya ilmu logika berdiri pada dasarnya karena manusia membaca adanya prinsip kausalitas dibalik fenomena nampak.
Jadi bila hari ini manusia bicara "logika-ilmu logika" maka itu artinya manusia bisa membaca dengan akal pikirannya adanya konstruksi dibalik fenomena fenomena yang dunia indera dapat menangkapnya-bukan saja berdasar sebab akibat yang mengacu pada hukum fisika tapi juga berdasar sebab akibat yang dapat difahami secara argument logis-berdasar logika murni.
BAGAIMANA PERAN AGAMA WAHYU DALAM MENGUNGKAP KONSTRUKSI REALITAS SECARA LEBIH DALAM?
(Bersambung pada edisi berikutnya)