Nah dari dua contoh sederhana tsb kita dapat menangkap adanya konstruksi yang menyatukan yang fisik dan non fisik hingga keduanya dapat kita fahami sebgai 2 element yang membentuk realitas keseluruhan.
Nah bagaimana cara kita memahami realitas adanya yang abstrak dibalik yang empirik ? Tentu bukan lagi dengan perangkat indera tapi dengan peralatan yang abstrak pula yaitu pikiran,akal, kesadaran itu semua adalah peralatan penangkap realitas yang bersifat abstrak-tak kasat mata.
Contoh ; Dengan mata indera kita melihat realitas fisik gerak-tindakan- perilaku- lahiriah seseorang tapi dengan pikiran kita berupaya menangkap pikiran apa dibaliknya,dengan perasaan kita menangkap perasaan apa dibaliknya, dengan akal kita berlogika apa kiranya yang membuat ia melakukan tindakan tsb.
Nah di alam upaya memahami realitas abstrak dibalik realitas fisik alam itu misal melalui pemahaman adanya hukum alam serta hukum fisika dibalik yang fisik.Tapi apakah abstraksi atau pemahaman abstrak dibalik fisik alam hanya sebatas memahami adanya hukum hukum?
Tentu saja tidak,yang namanya akal akan terus mendalami hingga ke level akar atau dasar paling dasarnya hingga mempertanyakan misal apakah ada desainernya dan kalau ada siapa desainernya.
Dan-maka realitas itu secara keseluruhannya mustahil di nampakkan atau direkonstruksikan oleh sains melalui metode empiris, sehingga manusia membutuhkan filsafat serta agama untuk membantu manusia memahami bagan lain yang abstrak yang ada di dunia non fisik untuk kepentingan memahami system atau konstruksi realitas secara keseluruhan.
Artikel ke 2 ;
Seperti sudah ditulis dalam artikel sebelumnya bahwa realitas itu adalah suatu yang memiliki konstruksi.Dan konstruksi dari realitas itu adalah suatu yang dunia inderawi kita tidak bisa langsung melihatnya maka ia hanya bisa dibaca oleh perangkat berpikir abstrak yang selain indera seperti akal pikiran serta hati nurani.
Adanya konstruksi dibalik realitas itu membuat realitas menjadi suatu yang memiliki grand system-tata aturan-mekanisme dan artinya bukan suatu yang berjalan secara acak-bukan dikonstruks oleh keacakan-serba kebetulan atau berjalan berdasar prinsip acak dan probabilistik.
Kalau dibalik dunia kuantum orang menangkap adanya prinsip probabilistik-ketakpastian maka BUKAN BERARTI ITU ADALAH DASAR REALITAS tapi hanya sesuatu yang indera + alat sains sudah tak dapat lagi menangkapnya secara utuh.Adanya hukum alam-hukum fisika di duia materi yang dapat dianalisa-diukur bahkan dipastikan (sebagai hal deterministik) itu menunjukkan bahwa dunia materi adalah suatu yang dikonstruks oleh hukum fisika dan bukan dikonstruks oleh keacakan-sifat. probabilistik-serba kebetulan serta ketakpastian
Kalau ada yang menganggap bahwa "prinsip kebetulan" yang mengacu pada sifat probabilistik sebagai dasar realitas alam maka itu = tak faham konstruksi realitas.Makna "konstruksi" tidak identik dengan prinsip kebetulan dan keacakan tapi identik dengan suatu yang memiliki tatanan yang deterministik.