Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Fakta dan Logika Sebagai Jembatan Iman

18 Agustus 2024   18:55 Diperbarui: 18 Agustus 2024   19:05 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Pinterest/Mickaël Aubard

FAKTA DAN LOGIKA SEBAGAI JEMBATAN IMAN

Masih banyak yang belum faham hubungan antara agama dengan fakta dan logika terus membuat statement agama hadir terpisah diluar ruang fakta dan logika

Terus kata siapa tak ada fenomena yang mendukung ?

Dalam buku buku teologi rumusan keharusan adanya Tuhan itu tidak ujug ujug dibuat secara sembarang berdasar imajinasi bebas tapi awalnya berangkat terlebih dulu dari pengamatan atas realitas.Misal mengamati fakta alam dan misal menemukan adanya sifat determinisme di alam (bersifat-mekanis-sistematis-tetap) atau wujud wujud yang memiliki desain seperti desain  tubuh manusia atau beragam hewan

Apakah berhenti sampai disana ?

Tidak,Konsep agama wahyu bukan untuk mengumpulkan data data empiris sebagaimana karakter sains.Apa artinya ribuan data atau dokumentasi fakta fakta temuan bila sekedar dokumentasi

Agama itu mengkonsep PENDALAMAN ATAS FAKTA.Dan pendalaman atas fakta itu bertahap serta tidak mengikuti fiksi- imajinasi bebas dan liar tapi mengikuti kaidah kaidah ilmu pengetahuan yang terstruktur

Bila tangga pertama pencarian ilmu ketuhanan adalah penggunaan indera atas realita maka level berikutnya yang merupakan pendalaman metafisis level pertama adalah PENGGUNAAN AKAL-LOGIKA.Misal setelah tahu adanya hal deterministik-wujud wujud yang memiliki desain maka akal berpikir ; mungkinkah terjadi secara kebetulan tampa ada entitas yang menata ? Ini contoh akal yang berangkat dari fakta

Nah bila di tangga pertama penggunaan indera yang diikuti adalah kaidah-metode sains maka ketika masuk level penggunaan logika maka kaidah saintifik sudah tidak lagi mutlak dipakai.Maka dimensi ilmu akali itu menyusun sendiri kaidah kaidahnya yang berbeda dengan kaidah sains.Ini kita kenal sebagai kaidah ilmu logika.Ilmu logika bukan hadir dari ranah sains tapi dari ranah filsafat tempat manusia mengoptimalkan kemampuan akalnya

Bila visi misi empirisme yang menjadi prinsip serta metode sains adalah mencari kebenaran empirik maka visi misi ilmu akali-ilmu logika itu bukan mencari kebenaran empirik tapi mengkonsep kebenaran akali,yaitu bentuk kebenaran yang di rumuskan oleh akal-untuk konsumsi akal-konstruksinya dibuat oleh akal.

Artinya kebenaran logika itu UNTUK DIFAHAMI AKAL-BUKAN UNTUK DI TANGKAP INDERA.Maka melekatkan akal hanya dengan pembuktian empirik seolah yang masuk akal itu harus yang bisa dibuktikan secara empirik itu = membelenggu atau mengerangkeng akal supaya tidak memikirkan hal hal yang tidak ada bukti empiriknya.Atau membuat akal tunduk takluk menjadi hamba sahaya dunia indera.Karakter akal seperti ini tidak akan bisa dibawa berkelana ke dunia metafisika atau menyelesaikan persoalan persoalan yang sudah metafisis

MENGAPA AKAL TAK BOLEH TERIKAT MUTLAK PADA (INPUT) INDERA ?

Nah ini harus berangkat dari pemahaman terhadap realitas dulu.Orang harus faham konsep realitas yang bersifat utuh- menyeluruh dulu supaya faham statement yang saya buat tsb

Realitas yang bersifat utuh-menyeluruh itu bukan semata fakta fakta atau fenomena yang bisa masuk pengalaman dunia indera dan jadi obyek sains.Realitas yang kita tangkap dengan indera itu hanya sebagian kecil dari realitas atau realitas yang bersifat permukaan.Dibalik itu ada realitas lain yang pengalaman dunia indera kita tak akan bisa menangkap secara langsung secara empiris

Jadi sebelum bicara lebih jauh soal fakta dan logika kita harus faham terlebih dulu konsep realitas yang utuh.Karena bila seluruh realitas faktual atau bisa difaktualkan maka akal tidak perlu bekerja diluar pengalaman inderawi.Akal bekerja di ranah metafisika salah satu sebab dasarnya adalah KARENA REALITAS TIDAK SELURUHNYA EMPIRIS

Ateis sering vonis iman tidak berdasar fakta dan tidak berdasar logika itu karena pemahamannya terhadap konsep realitas sudah salah dari awal,seolah yang disebut sebagai realitas hanya sebatas yang bisa ditangkap pengalaman inderawi

Bagaimana memastikan adanya realitas lain yang diluar tangkapan indera dan alat sains (sebagai alat bantu indera) ? Itu bukan melalui metode empiris-inderawi tapi dengan membaca TANDA TANDA atau BUKTI EKSISTENSI

Contoh ; Dengan indera kita bisa menangkap beragam perbuatan lahiriah-fisik tapi Apa dibalik hal fisik tersebut maka dunia indera-sains sudah tak bisa mengamatinya secara langsung karena bersifat abstrak-bersifat pikiran-psikologis-ruhaniah yang sudah bukan ranah sains lagi

Contoh lain dari membaca tanda dan bukti eksistensi keberadaan yang gaib adalah dengan mengamati apa yang terjadi pada eksistensi para nabi.Para nabi sudah biasa dilekatkan dengan hal yang sifatnya mukjizat dan itu masuk akal karena itu memiliki tujuan yaitu agar umatnya faham bahwa dibalik nabi ada yang maha kuasa.Demikian pula penghukuman terhadap umat umat durhaka itu tanda dan bukti eksistensi adanya yang maha kuasa dibalik para nabi.Bukti eksistensi Ilahiah yang real-terjadi dalam sejarah para nabi itu tak terjadi misal pada penganut Zeus,dewa ini dan itu.Maka wajar kalau agama wahyu dibedakan dengan agama yang didesain manusia

Contoh lain; konsep pengadilan akhirat itu berangkat dari kenyataan yang sudah sering saya tulis tentang kenyataan.Dalam realitas ada pertarungan antara benar-salah,baik-buruk,kebenaran-kebatilan, kebaikan kejahatan maka logika bermain dengan menggunakan prinsip sebab akibat bahwa pengadilan akhirat adalah suatu yang ideal adanya

Ateis sering vonis alam akhirat khayalan atau tidak logis karena ukuran logis bagi mereka adalah prinsip empirisme-hal yang bisa dibuktikan secara empirik. Padahal apa kelak realitas yang akan dialami manusia setelah mati tak ada seorang pun yang bisa memastikan secara empiris berdasar observasi,orang beragama pun memiliki keyakinan itu karena mengikuti penjelasan kitab suci

MENGAPA ADA NARASI "IMAN VS LOGIKA" PADA SEBAGIAN FIHAK (?)

Itu terjadi pada fihak yang menjadikan akal-logika sebagai acuan-parameter utama dan satu satunya.Dan juga pada fihak yang melekatkan logika hanya dengan hal empirik.Dalam agama ada ranah ketika akal sudah tidak bisa memutuskan maka wahyu yang berbicara dan ketika wahyu bicara maka akal memiliki jembatan untuk memahami lebih jauh hal gaib-metafisis

Contoh,persoalan apa yang akan terjadi sesudah manusia mati maka bukan akal yang memutuskan tapi wahyu Ilahi.Nah ketika wahyu sudah memberitahu maka akal bisa kembali bermain memikirkan misal ; mengapa manusia harus dibangkitkan dari kematian ? Ini sebenarnya bisa difahami secara logika berdasar prinsip sebab-akibat

Akal bisa faham bahwa dibangkitkannya manusia dari kematian itu untuk menegakkan keadilan Ilahiah yang di dunia banyak ketakadilan terjadi karena sifat dunia adalah hanya ujian dan cobaan

Dengan kata lain,dalam deskripsi deskripsi metafisika agama akal dapat bermain bila mengacu pada prinsip sebab-akibat-bukan pada prinsip empirisme

Intisari dari tulisan ini adalah bahwa akal bisa menjadi jembatan menuju iman andai-kalau orang faham apa itu hakikat akal termasuk batas kemampuannya dan faham apa serta bagaimana cara berpikir logic,menguasai ilmu logika.Dan tidak melekatkan atau mfmbelenggu logika dengan prinsip empirik-atau dengan prinsip sains karena itu sama dengan menutup akal untuk menjadi jembatan iman

Barang siapa yang diawal sudah berpandangan bahwa hanya sains serta metode sains yang logic maka kedepan ia akan menganggap perjalanannya menuju iman tidak bisa didampingi akal atau akan menganggap iman sebagai suatu yang diluar logika

Maka perbaiki cara mu dalam memahami akal-logika-hal logis-rasionalitas supaya ia bisa menjadi jembatan untuk menghadapi beragam persoalan metafisika yang sudah ada diluar ranah sains

Ingat bahwa sandungan utama bagi akal adalah pandangan pandangan ateistik-materialistik yang melekatkan logika selalu dengan pembuktian empirik dan mereka tak memperbolehkan akal bergerak sendirian tanpa selalu didampingin input inderawi.Jadilah akal yang hanya bisa berjalan pada rel atau dengan prinsip "logika dialektika materialist"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun