MENGAPA ADA NARASI "IMAN VS LOGIKA" PADA SEBAGIAN FIHAK (?)
Itu terjadi pada fihak yang menjadikan akal-logika sebagai acuan-parameter utama dan satu satunya.Dan juga pada fihak yang melekatkan logika hanya dengan hal empirik.Dalam agama ada ranah ketika akal sudah tidak bisa memutuskan maka wahyu yang berbicara dan ketika wahyu bicara maka akal memiliki jembatan untuk memahami lebih jauh hal gaib-metafisis
Contoh,persoalan apa yang akan terjadi sesudah manusia mati maka bukan akal yang memutuskan tapi wahyu Ilahi.Nah ketika wahyu sudah memberitahu maka akal bisa kembali bermain memikirkan misal ; mengapa manusia harus dibangkitkan dari kematian ? Ini sebenarnya bisa difahami secara logika berdasar prinsip sebab-akibat
Akal bisa faham bahwa dibangkitkannya manusia dari kematian itu untuk menegakkan keadilan Ilahiah yang di dunia banyak ketakadilan terjadi karena sifat dunia adalah hanya ujian dan cobaan
Dengan kata lain,dalam deskripsi deskripsi metafisika agama akal dapat bermain bila mengacu pada prinsip sebab-akibat-bukan pada prinsip empirisme
Intisari dari tulisan ini adalah bahwa akal bisa menjadi jembatan menuju iman andai-kalau orang faham apa itu hakikat akal termasuk batas kemampuannya dan faham apa serta bagaimana cara berpikir logic,menguasai ilmu logika.Dan tidak melekatkan atau mfmbelenggu logika dengan prinsip empirik-atau dengan prinsip sains karena itu sama dengan menutup akal untuk menjadi jembatan iman
Barang siapa yang diawal sudah berpandangan bahwa hanya sains serta metode sains yang logic maka kedepan ia akan menganggap perjalanannya menuju iman tidak bisa didampingi akal atau akan menganggap iman sebagai suatu yang diluar logika
Maka perbaiki cara mu dalam memahami akal-logika-hal logis-rasionalitas supaya ia bisa menjadi jembatan untuk menghadapi beragam persoalan metafisika yang sudah ada diluar ranah sains
Ingat bahwa sandungan utama bagi akal adalah pandangan pandangan ateistik-materialistik yang melekatkan logika selalu dengan pembuktian empirik dan mereka tak memperbolehkan akal bergerak sendirian tanpa selalu didampingin input inderawi.Jadilah akal yang hanya bisa berjalan pada rel atau dengan prinsip "logika dialektika materialist"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H