Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Manusia Bisa Mengalami Pengalaman Beragam

31 Mei 2024   06:28 Diperbarui: 31 Mei 2024   07:05 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images: Berbagi suaraNya

Maka saran saya bagi orang orang tertentu yang pernah mengalami pengalaman mistis yang unik,lebih baik menyimpannya untuk diri sendiri sebagai pengalaman yang menuntun anda untuk berpikir lebih dalam tentang realitas-bukan hanya melihat atau fokus pada yang nampak.Percuma mengkomunikasikannya dengan sesama manusia yang belum mengalami walau ia berprofesi psikolog,psikiater,neurosaintis dll paling yang mereka keluarkan hanya hipotesa lalu dibalut dengan "teori"

Ingatlah bahwa kalau Tuhan berkehendak ia bisa memberi seseorang pengalaman tertentu dan itu bisa untuk tujuan agar anda bisa mengenalNya secara lebih dekat dan tidak melulu bahas persoalan ketuhanan secara logika seperti yang terjadi di group group debat

Jadi menyikapi beragam pengalaman kompleks manusia termasuk yang unik-mistis jangan juga menjadikan teori teori buatan manusia apakah yang ada dalam psikologi atau neurosains sebagai acuan-parameter dalam menilai karena teori teori itupun dibuat oleh manusia yang belum tentu mengalami pengalaman seperti yang orang lain alami.Karena yang lebih faham suatu pengalaman kejiwaan adalah yang mengalami itu sendiri.

Maka teori teori yang dibuat apakah dalam ranah psikologi atau neurosains dalam kasus tertentu bisa ibarat hanya meraba dari permukaan

Walaupun mesti saya ingatkan bahwa tidak semua yang disebut pengalaman mistis itu baik dalam pandangan agama,karena yang namanya dukun,paranormal,pelaku ilmu hitam itu mereka sudah biasa dengan pengalaman mistis tapi bukan yang menuju jalan Ilahi.Tidak seperti materialist mereka itu faham dunia gaib-mistis itu ada karena itu sudah dunia mereka tapi mereka menjalaninya bukan untuk menyembah Tuhan

KOMPLEKSITAS JIWA DAN PIKIRAN MANUSIA

Manusia itu makhluk yang dalam dirinya memiliki alam rohani,ini adalah dimensi paling dalam dari diri manusia,disini terdapat apa yang dalam psikologi disebut dunia bawah sadar-suatu yang identik dengan kedalaman.Pikiran pikiran yang ada dalam dunia ruhani yang dalam sulit dibaca dari permukaan.Cara berpikir yang ada dan terjadi di alam ruhani sulit diketahui dan dibaca apalagi ditiru teknologi semacam AI.

Alam ruhani yang mencerminkan kedalaman ini akar katanya dari ruh (bahasa arab ?) kalau di terjemahkan kedalam bahasa melayu mungkin padanannya bisa disebut "batin,sukma,nurani".Orang biasa memainkan kata kata ini bila ingin melukiskan atau mengekpresikan hal mendalam yang terjadi atau dirasakan atau dialami dalam jiwa nya.

Alam batiniah seseorang sulit dibaca dari permukaan karena kadang sulit di logika kan dan bisa tidak nampak melalui ekspressi raut muka.Orang yang pikirannya sudah biasa bermain di dunia alam batiniah itu menunjukkan seorang yang pikirannya sudah mendalam,kualitas berpikir yang biasanya sudah dewasa secara ruhaniah, berbeda dengan orang yang misal masih level emosional

Kemudian ada dimensi akali atau cara berpikir logic.Ini dimensi yang lebih bersifat permukaan.Cara berpikir logic adalah cara berpikir yang bahkan bisa ditiru oleh AI karena cara berpikirnya yang sistematik,tertata,konstruktif,matematis.Orang yang memainkan pikirannya secara logika biasa mengungkapkan pikirannya dengan cara yang tertata-terstruktur sehingga orang lain dengan akalnya juga bisa menangkap jalan pikirannya

Kemudian ada dimensi yang lebih mudah untuk nampak atau dilihat dari permukaan yaitu dimensi emosi-nafsu.Orang yang memperlihatkan emosi tertentu apakah sedih,gembira,marah itu biasanya mudah dilihat dari gestur tubuh dan ekpresi wajah.Tapi orang dengan tipikal emosional bisa disebut seorang yang kualitas berpikirnya rendahan.Orang jenis ini lebih mudah memperlihatkan ekpressi emosional semisal benci atau marah ketimbang berupaya berpikir secara lebih mendalam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun