Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pluralisme sebagai Filsafat yang Merusak Hukum Ilmu Pengetahuan

25 November 2019   09:07 Diperbarui: 2 Desember 2019   12:46 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : Manusia Bumi

Ada tiga gagasan besar yang digali dari filsafat terkait substansi atau dasar yang membangun realitas yaitu monisme, dualisme dan pluralisme.dan tiga gagasan dasar itu menjadi terminologi filsafat yang  digunakan sebagai narasi untuk menjabarkan atau merekonstruksi realitas tentu saja mengikuti cara pandang mazhab atau aliran filsafat yang memegangnya

Narasi monisme adalah menggambarkan realitas sebagai suatu yang berasal dari satu substansi misal melukiskan realitas sebagai perwujudan ide ide di dunia roh menurut aliran idealisme,atau sebaliknya menggambarkan realitas sebagai perwujudan eksistensi dari entitas yang bersifat fisik menurut aliran materialisme

Narasi dualisme menitik beratkan pada melukiskan interaksi dinamis-mekanistis-perpaduan harmonis antara dua dua substansi yang membentuk realitas.misal interaksi antara panas dengan dingin,jiwa dengan raga,kehidupan dengan kematian,rasa sedih dengan gembira dan banyak lagi bentuk interaksi harmonis antara dua dua hal yang serba berpasangan yang ujungnya melahirkan seperangkat nilai misal : kebenaran,kebaikan,keselamatan,kemuliaan

Dan ini adalah narasi yang paling akali-rasional-bersesuaian dengan cara berfikir nalar yang karakter alami cara berfikirnya adalah bersifat dualistik,artinya ber nalar -menggunakan akal misal selalu mengacu pada dualisme prinsip benar-salah, mencari konstruksi benar-salah nya dari berbagai permasalahan secara jelas dan terang benderang

Ini (pemahaman dualistik) adalah narasi yang membentuk konsep 'ilmu pengetahuan' dan konsep 'kebenaran',artinya dua konsep besar yang sangat fundamental itu dibentuk terlebih dahulu oleh pemahaman manusia terhadap adanya serta difahaminya interaksi antara hal hal yang dualistik

Kita faham apa itu 'kebenaran' itu karena sebelumnya kita telah memiliki pengetahuan tentang rangkaian dualisme yang membangunnya utamanya dualisme benar-salah sebagai bentuk dualisme yang paling utama dan mendasar. atau kita bisa faham apa itu 'kebenaran' karena sebelumnya telah memahami prinsip benar-salah yang membangunnya.dan mustahil kita faham apa itu 'kebenaran' kalau sebelumnya kita tidak faham dualisme benar-salah serta interaksi antara dua substansi yang berpasangan itu

Demikian pula konsep 'ilmu pengetahuan' itu pun dibangun oleh utamanya dualisme benar-salah serta semua varian nya.dari interaksi dualisme benar-salah itulah manusia dapat merumuskan ilmu pengetahuan tentang segala suatu

Itulah peran vital prinsip dualisme dalam membangun pemahaman terhadap konsep kebenaran serta ilmu pengetahuan. dengan kata lain, prinsip dualisme dengan seluruh instrument pendukungnya adalah peralatan atau infrastruktur ilmu pengetahuan yang sangat vital dimana tanpa adanya prinsip dualisme mustahil ilmu pengetahuan serta konsep kebenaran bisa tegak serta eksist

Nah prinsip dualisme dalam agama perannya sangat vital karena agama Ilahi sangat menekankan pemahaman terhadap prinsip benar-salah serta variannya : baik-buruk, keselamatan-kebinasaan, dunia-akhirat,kehidupan-kematian, kebahagiaan-penderitaan dlsb. dan intinya menekankan pemahaman terhadap konsep 'kebenaran' yang eksistensinya dibangun oleh interaksi antara entitas yang serba berpasangan itu.

Dan karena itu peran akal sebagai alat penangkap serta pengelola prinsip dualisme dalam agama itu teramat sangat vital, sehingga sabda nabi menyatakan bahwa 'tidak ada agama kecuali bagi yang ber akal'.dan sebagaimana kereta api itu tidak akan bisa jalan tanpa ada rel maka akal tak akan bisa jalan bila prinsip dualisme tidak ada atau dihilangkan atau diabaikan

Nah narasi narasi ilmiah yang konstrukstif -rasional-akali artinya dapat dibangun dan direkonstruksi serta difahami oleh akal itu sulit dan tak akan pernah bisa di wujudkan apabila prinsip yang digunakan adalah filsafat monisme.filsafat idealisme atau materialisme misal tak akan dapat memberi penjelasan konstruktif perihal apa itu benar dan apa itu salah secara terstruktur atau berbicara banyak tentang 'kebenaran' karena keduanya tidak memiliki perangkat atau peralatan ilmiah yang memadai

.........

Tetapi dalam artikel ini narasi diatas adalah pendahuluan untuk menjelaskan apa-bagaimana peran filsafat pluralisme dalam kehidupan umat manusia 

Dalam dunia filsafat penjelasan ontologis tentang pluralisme adalah "faham yang memandang realitas sebagai suatu yang dibangun oleh banyak substansi",ini proposisi yang berbeda dengan monisme atau dualisme.tapi peran besar faham ini kelak adalah ketika ia diaplikasikan untuk menyikapi adanya realitas yang dipandang beragam misal adanya keragaman agama.jadi ada pluralisme sebagai aliran filsafat dan ada pluralisme sebagai gagasan dunia dalam menyikapi realitas adanya kemajemukan

Artinya, filsafat pluralisme ini bila ditarik secara lebih luas bukan saja pada habitat nya di dunia filsafat maka perannya dalam kehidupan manusia membentang demikian luas nya,karena ia telah menjadi suatu cara pandang dunia atau world view tersendiri dimana yang paling menonjol misal adalah pluralisme keagamaan.atau cara pandang terhadap agama yang digagas para pemikir tertentu dan menjadi 'worldview' yang banyak berpengaruh diakhir abad 20 dan awal abad 21

Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya memandang kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah

Dalam dunia filsafat pengaruh besar faham pluralistik lebih kentara terlihat pada ranah kontemporer,dimana bila filsafat klasik orientasi pada konsep rasionalistik dengan mengacu pada benar-salah yang jelas-dengan hukum logika yang ketat maka pada ranah kontemporer yang lebih ditekankan justru adalah prinsip kebebasan dan keragaman pandangan bukan lagi prinsip ini benar-ini salah

Demikian pula pluralisme dalam ranah filsafat yang memandang semua ide-gagasan-konsep filsafati sebagai sederajat tanpa memilah mana yang benar dan mana yang salah

Dan pluralisme lalu dapat dipandang sebagai faham destruktif karena faham ini tak lagi orientasi pada dualisme benar-salah yang jelas-terang benderang sehingga konsep 'kebenaran' menjadi ter abaikan demikian pula hukum ilmu pengetahuan semisal hukum logika menjadi ambigu karena orientasinya bukan pada konsep kebenaran atau acuannya bukan pada hukum ilmu pengetahuan tapi lebih pada penghargaan terhadap keragaman

Kasarnya,misal dalam ranah filsafat kontemporer itu orang sudah tak peduli lagi pada mana benar mana salah yang memerlukan penjelasan argumentatif berdasar kaidah keilmuan yang ketat itu tapi yang dipentingkan-diutamakam dan lebih dihargai adalah keragaman pandangan

Artinya juga prinsip ini lebih orientasi pada kebebasan termasuk kebebasan menafsir atau memaknai termasuk bebas dari kaidah keilmuan superketat yang mungkin dipandang oleh sebagian sebagai suatu yang membelenggu

Demikian pula dalam memandang kemajemukan agama agama faham atau cara pandang pluralisme tak lagi orientasi berfikir mana agama yang benar mana agama yang salah karena orientasinya lebih pada penerimaan terhadap adanya banyak agama sehingga klaim 'paling benar' dari satu agama pun lantas ditolaknya dan kebenaran agama kemudian dijatuhkan pada posisi relatif,lalu makna 'kebenaran hakiki' yang dikonsepsikan agama otomatis menjadi hilang

Karena bila kita mengikuti kaidah keilmuan dengan benar-salah yang harus jelas-terang benderang maka adanya keragaman agama itu sebenarnya untuk didalami-di analisis untuk kemudian dapat disaring mana yang lebih dapat diterima secara akali atau mana yang dapat dikategorikan serta diyakini sebagai 'benar' dan otomatis yang konsepsinya berlawanan harus diposisikan terbalik pula,artinya yang berkebalikan dengan yang benar musti diposisikan sebagai salah,ini hukum ilmu pengetahuan

Dan dalam hal fundamental ini agama Ilahiah pun mengacu pada prinsip keilmuan yang intinya menjelaskan mana agama yang benar dan mana yang salah tentu dengan membawa setumpuk argumentasi dan artinya bukan orientasi pada penerimaan akan keragaman semata karena lebih mengedepankan prinsip benar-salah sebagai prinsip keilmuan yang baku

Artinya secara prinsip keilmuan maka filsafat pluralisme dapat dipandang sebagai faham yang merusak itu intinya karena didalamnya persoalan benar salah sudah tak dipikirkan lagi,sudah tak jadi orientasi sehingga makna 'kebenaran hakiki' sebagai suatu yang menjadi tujuan berfikir dan menjadi tujuan ilmu pengetahuan menjadi hilang

Sehingga faham pluralisme lebih mendekatkan manusia pada faham nihilisme yang me nihil kan adanya desain Ilahiah yang bertujuan disamping me nihil kan adanya 'kebenaran Ilahiah yang bersifat hakiki' yang hanya mungkin ada satu akibat menyerahkan persoalan kebenaran lebih pada keragaman berpendapat.

Dan secara ideologi ini semua mendekatkan manusia kepada berfaham atheistik karena mustahil beriman sekaligus berpandangan pluralistik terhadap agama agama karena iman meniscayakan pengakuan tunggal terhadap satu Tuhan dan satu konsep kebenaran 'hakiki'

Itu sebab bisa disebut disamping mendestruksi kaidah ilmu pengetahuan maka filsafat pluralisme juga mendestruksi agama karena menghancurkan asas mendasar dari agama yang hanya menerima dan mengakui satu kebenaran

Sedang disebut mendestruksi hukum logika misal karena memandang hal hal yang substansinya saling berlawanan sebagai sama rata dan sejajar serta sederajat sedang dalam kaidah ilmu pengetahuan termasuk kaidah agama Ilahiah maka yang benar dengan yang salah itu harus dibedakan karena tidak sederajat bukan malah disamaratakan

Dalam konsep agama Ilahi menyembah Tuhan tang esa dengan menyembah berhala itu tidak bisa disebut sederajat lalu disama ratakan karena tersandung kaidah benar-salah.tapi pluralisme disebut destruktif secara akali maupun secara keilmuan karena persoalan benar-salah di relatifkan demi penerimaan terhadap keragaman

Secara kaidah keilmuan berdasar hukum logika-hukum identitas dua atau lebih hal hal yang substansinya saling berlawanan mustahil dipandang sama benar serta sederajat.dan berdasar kaidah ilmiah inilah maka konsep penyamarataan seluruh agama atau seluruh faham filsafati dalam dunia filsafat yang substansinya saling berbeda bahkan saling berlawanan itu disebut destruktif secara keilmuan

Sebab itu pluralisme yang 'benar' itu adalah yang membatasi diri yaitu sebatas toleransi saling menghargai pilihan masing masing,bukan masuk terlalu dalam kepada hal hal yang bersifat teologis seperti merelatif kan kebenaran agama

Masalahnya sekarang ini persoalan faham pluralisme ini tumpang tindih antara yang sebatas saling menghargai dengan yang sudah destruktif-sudah masuk ke wilayah teologis dan mendestruksi konsep agama yang paling mendasar.orang awam kadang belum bisa memilah antara mana yang masih dapat diterima dan mana yang sudah bersifat men destruksi

Jadi menilai sebagai 'destruktif' ini bukan semata subyektifitas pribadi atau sentimen pribadi berdasar emosi kemarahan misal, tapi berdasar analisis terhadap efek pengaruhnya pada penolakan terhadap kaidah ilmu pengetahuan-kaidah logika hanya demi penerimaan terhadap kemajemukan,sehingga kaidah ilmu pengetahuan itu menjadi nampak tak bernilai dimata pluralist

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun