Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Politik Stigmatisasi, Mencederai Lawan Politik dengan Stigma

25 Maret 2019   10:13 Diperbarui: 25 Maret 2019   13:07 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehingga sangat tak adil bila hal yang negatif itu di timpakan hanya pada satu kubu-satu fihak sedang fihak atau kubu lawan berupaya di citrakan sebagai korban.ini adalah sebuah bentuk penyesatan opini publik

Dengan kata lain,ada pengaburan melalui opini di media utamanya seolah kubu pendukung yang satu adalah 'hitam' dan yang satu adalah 'putih',seolah yang satu adalah 'penganiaya' dan yang satu adalah fihak yang 'ter aniaya'. 

Padahal dalam dunia politik itu yang mana kedua pihak orientasi pada kemenangan maka hal hal yang negatif sebagaimana disebut diatas itu berpotensi sama sama dilakukan oleh kedua pihak.

Demikian pula faktanya di dunia medsos yang disebut hoax, fitnah,  menganiaya, mendzalimi itu sebenarnya sama sama dilakukan oleh pendukung kedua belah fihak, tak bisa disebut kelompok yang satu disebut sebagai kelompok yang selalu benar-suci-jujur dan yang satu sebagai fihak atau kelompok yang cenderung selalu jahat-licik atau tidak jujur. Potensi baik-buruk akan bisa sama sama muncul pada kedua belah fihak bergantung pada kualitas masing masing individu 

Apa yang harus kita lakukan ?

Jadi yang harus kita lakukan adalah melakukan analisis serta verifikasi atas semua hal hal yang tidak baik dan tidak benar yang ada-terjadi pada dua kubu atau yang dilakukan kedua pendukung kubu politik. Lalu mengatakan yang benar sebagai benar dan yang salah sebagai salah tanpa bermaksud menyudutkan kubu politik tertentu kecuali hanya sekedar murni mencari kebenaran

Bila jari kita cenderung selalu menunjuk pendukung kubu politik lawan sebagai pelaku kejahatan-hal hal negatif atau memuarakan hal hal yang negatif melulu hanya pada kubu politik lawan dan kubu politik yang di dukung selalu di upayakan agar selalu nampak benar bahkan dicitrakan sebagai 'korban' atau fihak ter aniaya maka disamping ada ketak adilan hal demikian juga ber potensi merusak akal sehat.

Karena akal sehat maupun nurani itu tak mengenal pemihakan politis apalagi fanatisme politis sebab hanya akan membenarkan apa yang benar yang ada atau dilakukan kubu politik manapun serta akan menyalahkan yang salah yang ada atau dilakukan kubu politik manapun.

Soal kemana kecenderungan hati memihak itu biarlah itu dikembalikan kepada kebebasan hati masing masing individu.jangan sampai publik di indoktrinsi atau dipengaruhi melalui penggiringan opini karena publik itu terdiri dari individu individu yang masing masing memiliki nurani dan akal sendiri.

Mendidik publik untuk cerdas termasuk cerdas secara politis adalah mendesain agar mereka berfikir dan memilih sendiri tanpa tekanan-tanpa indoktrinasi termasuk indoktrinasi via stigmatisasi

.......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun