Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menembus Dimensi Hakikat sebagai Lapisan Realitas Terdalam

16 Maret 2019   08:03 Diperbarui: 17 Maret 2019   21:04 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hakikat akan senantiasa menggiring pada ke satu an-ke tunggalan pandangan karena kelak akan mencerminkan atau mendeskripsikan satu pandangan Ilahiah bukan pluralitas pandangan manusiawi.dengan kata lain, hakikat bukan  suatu yang orientasi pada pluralitas,keragaman dan kebhinekaan tapi pada ke tunggalan.dimana semua fenomena yang plural-beraneka ragam itu adalah jalan-ujian berliku bagi para pencari kebenaran sejati untuk tiba pada pemahaman akan kebenaran yang hakikatnya hanya mungkin ada satu ! 

Atau dengan kata lain,hakikat itu bersifat tunggal karena mendeskripsikan essensi terdalam dari segala suatu yang adalah hanya mungkin bersifat tunggal-tidak mungkin plural.contoh,hakikat dari perbuatan lahiriah seseorang itu hanya mungkin berasal dari niat yang tunggal-bukan niat yang plural-yang berlawanan satu sama lain

Dan karena banyak yang gagal ketika dihadapkan pada ujian keragaman, lalu mereka memproklamirkan faham pluralisme yang menolak adanya kebenaran tunggal serta Tuhan yang satu. 

Padahal pluralisme itu suatu yang tidak memiliki kedudukan yang hakiki atau bukan suatu kebenaran yang bersifat hakiki karena hanya ibarat bayang bayang yang diekspresikan oleh pandangan manusiawi belaka dan pluralisme ini pandangan kekinian yang secara massiv dapat merusak serta membunuh pemahaman terhadap apa itu 'kebenaran hakiki' yang adalah bersifat tunggal-tidak plural karena Tuhan sang pencipta realitas itu pun tunggal-tidak banyak

Pemujaan-kultus terhadap pluralitas-keragaman dalam faham pluralisme membuat manusia kehilangan orientasi-fokus kepada mencari cari kebenaran hakiki-sejati yang adalah hakikat nya hanya mungkin ada satu-mustahil banyak.karena Tuhan yang satu tidak akan memiliki pandangan pluralistik yang satu sama lain saling membunuh atau saling melenyapkan

Karena realitas yang plural itu adalah batu ujian bagi para pemikir pencari kebenaran sejati agar merekonstruksi,memilah,menganalisis, mempertimbangkan, memperbandingkan untuk kelak diambil kesimpulan mana yang paling benar dan itulah hal yang logis dari adanya keragaman.

Tuhan mendesain hingga di dunia ini ada keragaman karena tanpa keragaman maka kita tidak akan berfikir keras untuk mencari kebenaran sesungguhnya-hakiki.Yang tidak logis adalah bila lalu berpandangan 'semua baik dan benar' karena hal itu disamping berlawanan dengan hukum logika juga berlawanan dengan pemahaman terhadap hakikat

Itu sebab kaum beragama Ilahiah harus ekstra waspada terhadap faham faham yang ketika bicara agama melulu hanya orientasi pada keragaman-pluralitas bukan fokus mencari kebenaran hakiki

.........

Sekali lagi sebagai bahan perbandingan,apakah pemahaman terhadap 'hakikat' dapat dicapai oleh sains atau filsafat ?

Sebagaimana disebutkan diatas,sains tidak dapat mengantar manusia kepada pemahaman akan 'hakikat' karena memang tidak memiliki metodologi untuk sampai ke arah itu,karena pengetahuan tentang hakikat adalah pengetahuan metafisika sedang sains dikonsep hanya terbatas sebagai ilmu yang menelusur dunia fisik-materi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun