Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Sebenarnya Kebalikan dari Iman?

3 Maret 2019   09:27 Diperbarui: 3 Maret 2019   11:55 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banjar, CNN Indonesia -- Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (NU) menyarankan agar Warga Negara Indonesia yang beragama non-Muslim tak lagi disebut sebagai kafir. Kata 'kafir' dianggap mengandung unsur kekerasan teologis.

Berita itu sangat mengejutkan sekaligus menyedihkan hingga lantas saya merenung, berfikir tentang masa masa  menjelang akhir zaman sebagaimana di nubuatkan rasul dimana saat itu kitab suci tinggal tulisannya belaka sedang essensi-substansinya sudah hilang-sudah tak lagi dipegang. 

Mungkin orang orang nampak masih beribadat secara lahiriah tapi mungkin sudah tanpa ruh tauhid lagi ? Mudah mudahan baru sekedar kekuatiran tentunya.sikap khawatir bukanlah suatu yang negatif bagi spirit iman

Tetapi peristiwa itu juga memantik logika untuk aktif bermain kembali untuk memeriksa-merekonstruksi-menganalisis untuk ujungnya dimuarakan kepada mana benar-mana salah sebagaimana yang sudah rutin menjadi tugas akal sehat

........................................

Apa sebenarnya kebalikan dari iman ? Demikian pertanyaan seorang guru terhadap murid nya suatu saat. Para murid kebingungan karena kebalikan dari iman itu tak disebutkan dengan jelas dalam kamus kamus. Rupanya kata yang mengidentifikasi karakter yang merupakan kebalikan dari iman itu telah dihapus dari kamus umum karena dianggap dapat menimbulkan efek negatif bagi kehidupan sosial

Itu hanya imajinasi belaka.tapi boleh dijadikan bahan renungan tersendiri. apabila saat ini muncul ide ingin melenyapkan kata 'kafir' dari kehidupan bermasyarakat mungkin karena dianggap 'diskriminatif'-'provikatif' dan tidak mengenakkan perasaan warga negara yang berbeda agama.bagaimana bila suatu saat anak cucu kita tak lagi mengenal kebalikan dari iman ?

Karena secara hukum logika maka manusia bisa memahami identitas sesuatu apabila ia mengenal kebalikan dari sesuatu itu.kita bisa mengenal apa itu 'benar' karena kita faham apa itu 'salah',kita faham apa itu 'terang' karena kita tahu apa itu 'gelap',demikian juga dengan hidup dan mati, bahagia dan derita,kebaikan dan keburukan dlsb. 

Bila salah satu dari pasangan kata itu kita lenyapkan maka yang menjadi pasangannya itu tak akan dapat lagi difahami. Coba buang kata 'sakit' maka makna 'sehat' tak akan lagi difahami.itulah rahasia prinsip dualisme yang didesain Tuhan ada hadir dalam kehidupan manusia sehingga logika akal fikiran kita bisa bermain diatasnya.karena akal adalah penterjemah prinsip dualisme-hal yang diciptakan Tuhan serba berpasangan

.....................

Cawapres Ma'ruf Amin menyebut rekomendasi Munas Alim Ulama dan Konbes NU soal larangan penyebutan kafir bagi non-muslim merupakan upaya menjaga keutuhan bangsa.

"Kalau itu disepakati ulama berarti ada hal yang diperlukan pada saat tertentu, untuk menjaga keutuhan bangsa. Istilah-istilah yang bisa menimbulkan ketidaknyamanan itu harus dihindari," ujar Ma'ruf kepada wartawan di kediamannya, Jl Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (2/3/2019).

"Jadi, tidak tepat menyebut saudara kita yang agamanya berbeda sebagai kafir. Saudara kita menjadi tidak nyaman perasaannya. Anjuran agama tidak mengajarkan pada kita untuk membuat saudara sebangsa tersinggung,” ungkap Wasekjen PBNU KH.Masduki baidlowi

Tetapi sebagai orang beragama kita tak cukup melihat masalah itu dari sudut pandang manusiawi serta untuk alasan kepentingan manusiawi semata sebab kata 'iman' dan kebalikannya itu berkaitan dengan asas paling mendasar dari agama yaitu keimanan itu sendiri.apa artinya beragama bila makna iman itu sudah tak difahami misal,dan salah satu yang membuat kita bisa memahami makna iman secara logika teologis adalah kita faham apa kebalikan dari iman.

Artinya,kita juga harus melihat masalah ini dari sudut pandang Ilahiah karena kata iman dan kebalikannya itu berasal dari desain firman Tuhan artinya berkaitan dengan visi misi Ilahiah terhadap manusia

Dengan kata lain kata 'iman' maupun kebalikannya itu memang sudah tertera dalam kitab suci dan saya yakin tak ada seorangpun yang berani menghapusnya karena kata 'iman' dan kebalikannya itu adalah definisi yang dibuat sendiri oleh Tuhan-sama sekali bukan hasil pemikiran manusia dan itu bukan hanya terdapat dalam kitab suci yang dipegang oleh kaum muslim tetapi juga dalam kitab suci yang dipegang oleh kaum Yahudi dan Nasrani. 

Dan Kaum nasrani atau kaum Yahudi pun mungkin akan heran bila ada golongan muslim yang memiliki ide melenyapkan kata itu dari pergaulan sosial karena mereka sendiri pun mungkin tidak berfikiran hingga sejauh itu

Dan jangankan kata iman dan kebalikan dari iman,kata 'mukmin','muttaqin', 'munafik', 'fasik', masing masing beserta penjelasan karakteristiknya (serta akibat yang akan diperolehnya) itupun berasal atau berdasar dari penjelasan Tuhan.bukan berasal dari kamus bahasa Arab atau bukan hasil rekayasa bahasa yang dibuat manusia

Untuk apa Tuhan membuat istilah istilah yang menggambarkan berbagai karakter manusia itu ? 

Tiada lain agar tiap manusia dapat bercermin diri serta mengetahui jalan mana yang harus ditempuh serta yang tak boleh ditempuh agar dirinya dapat selamat baik di dunia maupun akhirat.atau agar dapat bercermin diri  agar orang beriman menghindari karakter karakter negative sebagaimana yang dilukiskan sendiri oleh Tuhan itu

Tapi sekarang ada 'terobosan baru' dari umat Tuhan tertentu yang tidak menyukai kata yang merupakan kebalikan dari iman itu.mereka tidak mau lagi menggunakan istilah 'kafir' sebagai sebutan bagi orang di luar agamanya karena menganggap kata demikian itu didalamnya terdapat 'kekerasan teologis'.entah apa makna nya.mungkin sang penggagas ingin orang orang yang berbeda kepercayaan atau yang diluar agamanya tidak tersakiti-tersinggung oleh istilah itu

Tapi apa betul orang orang diluar agama kita pasti tersinggung bila disebut 'kafir' ? 

Sebenarnya belum tentu,bisa jadi mereka  sendiri sebenarnya menerima karena memang menyadari berbeda kepercayaan. Mungkin mereka itu sendiri menggunakan kata yang kurang lebih maknanya sama bagi orang diluar agama mereka. Kalau sudah begitu sebenarnya tinggal saling menghormati keyakinan saja apa sih susahnya daripada mengutak atik hal yang akan berkaitan dengan masalah tauhid

Dengan kata lain,banyak orang yang mungkin merasa rigid ketika membawa istilah 'kafir' dalam pergaulan sosial.tapi sebenarnya itu cuma sekedar perasaan manusiawi belaka. Sebab orang orang beragama luar islam mungkin tak ada satupun yang tersinggung oleh kata itu karena mereka tahu definisi itu bukan buatan kaum muslim sendiri tapi tertera dalam kitab suci mereka sebagai definisi yang berasal dari Tuhannya

..........

Said Aqil, mengisahkan istilah kafir berlaku ketika Nabi Muhammad SAW di Makkah untuk menyebut orang yang menyembah berhala, tidak memiliki kitab suci dan agama yang benar.

"Tapi ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Tidak ada istilah kafir bagi warga Madinah. Ada tiga suku non muslim di Madinah, di sana disebut nonmuslim tidak disebut kafir," kata Said Aqil.

Bisa jadi itu bentuk toleransi-pengghargaan Rasul terhadap umat yahudi dan nasrani karena mereka berbeda dengan kaum kafir Mekkah,mereka mengimani Tuhan yang sama walau berbeda kitab suci.tapi apakah setelah itu Rasul membuat rekomendasi untuk umatnya agar jangan lagi menggunakan istilah 'kafir'?

Tentu saja tidak karena rasul tahu bahwa istilah itu berasal dari Tuhan dan karenanya memiliki makna teologis yang BERSIFAT HAKIKI, artinya mustahil bisa dihapus karena menghapusnya secara hukum logika sama dengan melenyapkan makna iman itu sendiri.

"Status nonmuslim dalam negara bangsa seperti Indonesia adalah warga negara (muwathin) yang memiliki hak dan kewajiban yang setara dengan warga negara lain," ujar Gus Rozin kepada wartawan, Jumat (1/3/2019).

Ya,itu manusia dalam pandangan manusia tentunya.sebagai orang beriman kita seharusnya faham bahwa ada kriteria manusia dalam pandangan Tuhan dan itu tertera dalam buku buku fikih klasik yang pasti sangat di kuasai para ulama. Artinya kita juga harus menghormati kriteria manusia dalam pandangan sang penciptanya

Istilah 'iman' dan sekaligus kebalikannya adalah bagan dari grand konsep Ilahiah yang membentuk konsep tauhid sehingga bila salah satu nya dilenyapkan maka makna tauhid otomatis akan hilang pula.bisa saja suatu saat orang orang berpakaian agama, memakai simbol simbol yang disebutnya berkaitan dengan agama tapi ruh tauhid nya dipertanyakan

Yang harus dilakukan kaum muslim utamanya yang memiliki ide pelenyapan kata 'kafir' adalah bukan melenyapkan kata itu dalam pergaulan berbangsa dan bernegara karena itu sama dengan menolak deskripsi Ilahi perihal karakter manusia tapi bijak dalam penggunaannya. 

Lebih baik digunakan secara pribadi-dalam hati apabila memang takut menyinggung perasaan orang apabila diucapkan secara langsung.saya yakin para penganut agama lain akan faham dan mengerti.karena bukankah sebelumnya mereka telah diajari prinsip ber toleransi ?

Penutup,sebagai muslim saya menangisi fenomena demikian,sesuatu yang berasal dari Tuhan seolah dikorbankan hanya demi perasaan manusiawi-kepentingan manusiawi. Rasanya jalan menuju kearah kiamat makin dekat karena essensi agama menghilang  satu demi satu.ada yang menghilang oleh alasan prinsip pluralisme-kebhinekaan,kerukunan,perdamaian,persaudaraan dlsb. yang bersifat manusiawi.

Padahal upaya menciptakan kerukunan-perdamaian diantara sesama tak mesti mengorbankan asas asas penting yang merupakan substansi agama cukup dengan saling menghormati pilihan masing masing bukan harus saling membuang sekat perbedaan yang sudah berkaitan dengan iman kalau bagi kaum beriman. Hal demikian sukses dijalankan rasul sehingga orang yang non muslim pun saat itu menghormati nya.

.............

Cawapres Ma'ruf Amin menyebut rekomendasi Munas Alim Ulama dan Konbes NU soal larangan penyebutan kafir bagi non-muslim merupakan upaya menjaga keutuhan bangsa.

Sederhana saja pertanyaan saya; Apakah demi hal demikian sampai harus mengorbankan apa yang menjadi bagian dari tiang-fondasi tauhid ? Apakah rasul melakukan hal demikian untuk menghindari perpecahan diantara bangsa Arab  misal ? Toh non muslim itu sendiri tidak  ada yang menuntut kepada umat islam untuk menghilangkan kata itu.

Mereka tahu bahwa kata iman dan kebalikannya itu bukan buatan manusia-bukan buatan kaum muslim melainkan berasal dari Tuhannya,jadi kalau mengacu pada prinsip toleransi maka tinggal saling menghormati saja

Sekali lagi,bila memang bertujuan menjaga kerukunan berbangsa-demi perdamaian maka yang harus kita lakukan adalah penggunaan kata itu harus lebih bijak bila memang betul dapat menimbulkan perasaan tersinggung. Tapi jangan pernah secara resmi ingin membuangnya dari kamus kehidupan beragama karena itu akan membuat manusia harus berurusan dengan yang di atas !

......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun